Pesona dan Sejarah Kampung Bugis di Tanjunguban, Bintan

Loading...

Oleh: Dedi Arman, Peneliti Sejarah Puslit Arkenas

KAMPUNG Bugis secara administratif adalah sebuah kampung di Kelurahan Tanjunguban Utara, Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan.

Keanekaragaman suku bangsa juga terdapat di Kelurahan Tanjunguban Utara. Selain Bugis, ada suku Melayu, Jawa, Minang, Batak dan masih banyak lagi. 

Keberagaman dicerminkan melalui nama kampung mereka, seperti Kampung Jawa dan Kampung Bugis.

Dalam kesehariannya masyarakat berkomunikasi menggunakan bahasa Melayu Kepulauan Riau.

Namun hal itu tidak menimbulkan kesenjangan dilingkungan masyarakat Tanjung Uban Utara.

Etos bekerjasama, gotong royong dan hidup saling berdampingan sudah tertanam dalam keseharian kehidupan bermasyarakat.

Maka tak jarang masyarakat di Tanjunguban Utara melakukan kegiatan gotong royong. Misalnya saat ada warga yang punya hajatan seperti pernikahan, maka penduduk di sekitar akan membantu mempersiapkan acara tersebut.

Mata pencaharian masyarakat  Kampung Bugis dan masyarakat Tanjunguban Utara lainnya yang dominan, adalah nelayan dan karyawan swasta dibidang pariwisata.

Hal itu tidak lepas dari letak geografis Tanjunguban Utara yang berada di pesisir pantai, serta tidak jauh dari lokasi kawasan pariwisata Lagoi, Bintan.

Dedi Arman, Peneliti Sejarah Puslit Arkenas

Kondisi daerah yang terletak di pesisir dan masyarakatnya yang nelayan menyebabkan di Tanjunguban Utara berkembang kerajinan tangan.

Di tangan ibu-ibu kreatif ini, kerajinan sisik ikan saat ini sudah memiliki nilai jual. Dan pembeli tetap yang dalam setiap bulannya selalu memesan hasil dari kerajinan sisik ikan ini.

Kerajinan sisik ikan ini juga dipasarkan ke kawasan wisata Lagoi dan kawasan wisata di sekitar Tanjunguban Utara.

Sejarah Kampung Bugis

 Diaspora dan migrasi, adalah sebuah fenomena yang banyak dijumpai dalam perjalanan sejarah bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia.

Salah satu fenomena yang paling menonjol dalam sejarah diaspora di kepulauan Indonesia,adalah diaspora suku bangsa Bugis sejak abad ke- 17.

Orang-orang Bugis membangun koloni-koloni di Kalimantan bagian timur, di bagian tenggara, Pontianak, Semenanjung Melayu, khususnya di barat daya Johor dan di wilayah lainnya.

Masyarakat Bugis dikenal dengan tradisi merantau. Dalam kaitan dengan merantau, (Naim (2010), menjelaskan bahwa lima suku (etnik) Indonesia yang dikenal dengan tradisi merantau, diantaranya adalah Bugis.

Merantau bagi orang Bugis dianggap menjadi jalan memperbaiki hidup. Juga meningkatkan harkat dan martabat, baik harga diri maupun kelompok.

Karena itulah diaspora Bugis lebih berhasil, disebabkan oleh situasi historis dan keunikan orang-orang Bugis untuk melakukan pembaharuan

Orang Bugis Ada di Mana-mana

Kampung Bugis bertebaran seantero nusantara, bahkan hingga mancanegara. Di Kepulauan Riau, hingga saat ini ada sejumlah kampung yang bernama Kampung Bugis.

Di Batam, Kampung Bugis ada di Belakangpadang. Di Daik Lingga juga ada Kampung Bugis. Di Tanjungpinang, nama Kampung Bugis menjadi nama kelurahan di Kecamatan Tanjungpinang Kota. 
Nama Kampung Bugis juga ditemui di Kelurahan Tanjunguban Utara, Kabupaten Utara.

Zainal dan Wahyuni (2018) menjelaskan, ada tiga kelompok orang Bugis yang ada Kota Tanjungpinang dilihat dari asal ia lahir.

Pertama, orang Bugis yang lahir dan besar di Sumatera yang kemudian menetap di kota Tanjungpinag.

Kedua, orang Bugis yang lahir dan besar di Sulawesi Selatan kemudian merantau ke Tanjungpinang.

Ketiga, orang Bugis yang lahir dan besar di kota Tanjungpinang.

 Orang Bugis yang ada di Kampung Bugis yang ada di Kelurahan Tanjunguban Utara, besar kemungkinan orang Bugis yang sudah lahir dan besar di Pulau Bintan.

Selain itu, ada juga mereka yang lahir di daerah Sumatra, baru merantau ke Pulau Bintan. Meski namanya Kampung Bugis, namun kondisi masyarakat di kampung tersebut sudah bercampur baur dengan etnik lainnya.

Dari informasi di lapangan, masyarakat Bugis yang ada di Tanjunguban Utara ini memiliki kekerabatan dengan orang Bugis yang ada di Tanjungpinang dan daerah lainnya di Pulau Bintan.

Namun, mereka berdiam di Tanjunguban Utara relatif baru seiring perkembangan Kota Tanjunguban.

Asal Mula Terbentuknya Tanjunguban

Tanjunguban terbentuk menjadi sebuah kota karena keberadaan pangkalan minyak sejak zaman Belanda yang eksis hingga saat ini.

Ramainya Tanjunguban tidak dapat dilepaskan dari pembangunan instalasi pangkalan minyak milik Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM) yang kini “diwariskan” ke Pertamina.

Tidak berlebihan bila mengatakan bahwa tonggak penting sejarah Kota Tanjunguban bermula ketika NKPM mulai membangun pangkalan minyak.

Pangkalan minyak itu untuk menampung produksi kilang minyak Sungai Gerong di Sungai Musi, Palembang yang pembangunannya selesai sekitar tahun 1930.

Pemerintah Belanda membangun tempat pengisian dan penyimpanan minyak pada tahun 1930 yang dikelola oleh STANVAC (Standard Vacuum) Pertolium Compeny. Para pekerja Stanvac adalah orang Cina Canton yang didatangkan dari Singapura.

Baru pada tahun 1932, Stanvac menerima pegawai anak-anak Melayu dan pendatang dari luar daerah.

Tahun 1934, orang- orang Cina mulai membuka warung-warung kopi dan toko-toko kelontong di Tanjunguban.

Di samping itu, didirikan juga sekolah Cina di sekitar Kampung Cenderawasih. Tahun 1941, Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Tanjung Uban sebaga pusat KNIL (Koninkelijk Nederlands Indisch Leger) untuk wilayah Residen Riau.

Maka dibangunlah perumahan tentara yang sekarang menjadi Komplek TNI Angkatan Laut.

Daya Tarik

Pilihan berlibur ke pantai yang ada di Kampung Bugis jadi pilihan karena lokasinya yang strategis, tidak jauh dari pusat kota Tanjunguban.

Dari Pelabuhan Bulang Linggi dan Pelabuhan RoRo Tanjunguban jaraknya cukup dekat. Bisa ditempuh antara 15-20 menit dengan kenderaan roda empat.

Kondisi jalan cukup bagus beraspal meskipun ukurannya tidak besar. Jalan raya terletak tidak jauh dari pantai menuju ke Kampung Bugis dari Tanjunguban.

Obyek favorit di Kampung Bugis adalah Taman Wisata Pantai Kampung Bugis. Diresmikan Bupati Bintan, Ansar Ahmad tanggal 31 Maret 2015 lalu.

Lokasinya cukup luas. Selain pantai yang pasirnya putih, juga ada beragam tempat bersantai. Termasuk sejumlah bungalow yang bisa dinikmati pengunjung.

Di dalam lokasi juga ada sejumlah kantin yang menjajakan berbagai kuliner Melayu, termasuk kopi dan sebagainya.

Tidak ketinggalan kelapa muda yang sedap dinikmati di siang hari dalam kondisi cuaca panas.

Di areal pantai Taman Wisata Kampung Bugis, juga disediakan lokasi untuk pemotretan alias berselfie. Pengunjung yang ingin berfoto di lokasi ini biayanya Rp5.000.

Lokasinya cukup indah karena latar belakangnya sejumlah pulau-pulau di kejauhan, serta Pulau Batam di seberang.

Di sepanjang Kampung Bugis berjejer sejumlah pantai yang dikelola masyarakat. Hal menarik plang nama pantai dibuat seragam sehingga terlihat indah dipandang mata.

Pantai tersebut antara lain Pantai Dinda, Pantai Losari dan Pantai Tuah Hamid serta Pantai Ronggolawe. Banyak jajanan kuliner tradisional Melayu, seperti otak-otak dan kue mueh lainnya.

Dapat dikatakan di Kampung Bugis seluruh pemandangan laut dan pantai-pantainya bersih. Demikian juga dengan nelayan dan warganya sangat ramah.

Berdasarkan data Energi Berdikari (2017) warga perkampungan nelayan di pantai Kampung Bugis kerap bergotong-royong.  Untuk memerdekakan pesisir dari sampah dengan menjaga kebersihan dan mengelola sampah.

Hal menarik lainnya adalah perairan Kampung Bugis cukup banyak menarik perhatian peneliti.

Hal ini disebabkan perairan Kampung Bugis ini, memiliki ekosistem padang lamun yang cukup luas yang berpotensi menghasilkan nutrien dari serasah daunnya.

Terdapat aktivitas antropogenik dan juga terdapat perairan rawa-rawa yang mengalir menuju lepas pantai tentunya akan berpengaruh terhadap kesuburan suatu perairan.

Dampaknya adalah habitat ikan banyak ditemui di perairan ini.

Ruang Terbuka

Masyarakat Kampung Bugis Tanjunguban Utara juga memiliki ruang terbuka sebagai tempat bermain yang dimiliki perorangan bernama Mr. Lim.

Ruang terbuka merupakan salah satu elemen perancangan kota dalam lingkup yang luas ataupun lingkungan permukiman dalam lingkup yang lebih kecil.

Ketersediaan ruang terbuka, baik ruang terbuka hijau maupun ruang terbuka nonhijau menjadi syarat dalam pembangunan kawasan perumaha. yang mempunyai banyak fungsi.

Antara lain sebagai tempat bermain, tempat berolah raga, tempat bersantai, tempat komunikasi sosial, pembatas atau jarak di antara massa bangunan, penyegaran udara, menyerap air hujan, menjaga kelangsungan iklim mikro dan lain-lain.

Hal itu didukung oleh Permendagri No. 1 Tahun 2007. Kampung Bugis Tanjunguban Utara merupakan pintu masuk menuju Pulau Batam dan Singapura.

Kampung Bugis memiliki daya tarik wisata alam yang sangat indah. Keindahan daya tarik wisata alam sampai saat ini masih sangat menarik wisatawan. Selain itu, juga menjadi daya tarik peneliti yang ingin meneliti terkait ekosistem laut.

Kampung Bugis juga telah memiliki daya tarik wisata alam yang berpadu dengan buatan manusia. Seperti pantai yang dikelola oleh masyarakat lokal maupun tempat bermain milik perorangan (Mr. Lim).  ***

Loading...