Komjen Arief Sulistyanto Korban Hoaks Rekrutmen Anggota Polri

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Komisaris Jenderal (Komjen) Arief Sulistyanto MSi, Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan (Lemdiklat) Polri, menjadi korban hoaks yang mendiskreditkannya. Hoaks tersebut disebarkan melalui email terkait dengan rekrutmen anggota Polri tahap dua.

Dikonfirmasi terkait email tersebut, Arief, menegaskan, bahwa rekrutmen bukan tugas, dan kewenangan Lemdiklat Polri. Akan tetapi domain kewenangan SSDM Polri.

“Sejak saya menjabat As SDM (Asisten Sumber Daya Manusia), saya telah menerapkan kebijakan transparansi. Dan, clear and clean dalam proses rekrutmen anggota Polri,” kata Arief kepada suarasiber.com, Selasa (9/7/2019).

Email tersebut, tegas Arief, telah mendiskreditkan dirinya. Sekaligus, memastikan email berikut isinya sebagai berita bohong (hoaks).

Di email hoaks yang mengatasnamakan Komjen Arief, disebutkan peluang untuk menjadi anggota Polri tahap dua. Bagi, yang tidak lolos seleksi tahap awal.

Disebutkan juga ada kuota sekitar 10 – 20 persen per provinsi, yang akan diterima di tahap dua. Bagi yang mau ikut harus bersedia membayar uang pembangunan di setiap tahap seleksi.

Di ujung kalimat dinyatakan, bahwa pembayaran terakhir jika ingin ikut seleksi tahap dua adalah tanggal 5 Juli 2019.

“Itu hoaks,” tegas Arief.

Saat Arief menjabat As SDM Polri, suarasiber.com mengikuti setiap proses rekrutmen. Seluruh proses dilaksanakan dengan sangat transparan sejak di proses pengangkatan panitia seleksi.

Selama proses rekrutmen berlangsung, tidak ada yang ditutupi.

Komjen Arief Sulistyanto, dikenal sebagai sosok yang tegas dan berintegritas. Dan, teeus berupaya untuk membangun SDM Polri yang berkualitas.

Sikap itu tetap dijaga dan dipertahankan sampai menjabat sebagai Kalemdiklat, sekarang ini. Sehingga, sangat naif, dan patut disayangkan ada yang “mencatut” namanya untuk urusan yang seperti ini.

Apalagi kalau hal seperti dilakukan sebagai upaya untuk mendiskreditkannya. Rekam jejak sikap, dan integritasnya yang akan menjawab. Dan juga membuktikannya, bahwa hal itu sangat tidak mungkin dilakukan. Apalagi, masyarakat sekarang sudah cerdas dan kritis, bisa membedakan yang benar dan hoaks. (mat)

Loading...