DR Suryadi: Aneh Jika Kotak Kosong Jadi Kepala Daerah

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – DR Suryadi MH, dosen Ilmu Hukum Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), mengatakan jika Pilkada Bintan 2020 hanya diikuti satu pasang calon. Maka, hal itu menjadi musibah bagi demokrasi dan menjadi preseden buruk.

Menurut Suryadi, seyogyanya masyarakat diberi pilihan. Untuk memilih pemimpinnya dengan kualifikasi yang terbaik. Baik dari sisi integritas, kompetensi dan juga dari nilai kepemimpinan lainnya.

Tapi jika hanya satu pasang calon, maka akan timbul apatisme di masyarakat. Karena, masyarakat tak diberi pilihan memilih calon pemimpinnya.

Jika itu terjadi, ujar Suryadi, maka hal itu membuktikan parpol di Kabupaten Bintan, tidak memiliki sistem rekrutmen kader yang tepat dan baik.

Sehingga, ketika sampai di puncak hajat demokrasi, seperti pilpres, pilkada dan lainnya. Parpol seperti kehilangan arah, tak punya kader unggul.

Pragmatisme Parpol

Selain itu, ada indikasi parpol bersikap pragmatis. Sebagai efek tak punya figur unggul yang bisa dijual ke masyarakat. Dan, membuat parpol bersikap pragmatis.

Sehingga, akan melahirkan figur-figur yang tak dikehendaki masyarakat. Karena, parpol tak bisa memberikan pilihan calon pemimpin berkualitas ke masyarakat.

Termasuk, pilihan lainnya yakni calon perseorangan. Karena, syarat pencalonan relatif tinggi.

Jadi, banyak faktor yang membuat munculnya calon tunggal. Itu menjadi fakta yang tak terbantahkan dan muncul di masyarakat.

“Belum lagi -mohon maaf- mungkin ada niat yang tidak baik atau kekhwatiran yang berlebihan. Dan, didukung sumber saya yang cukup.

Sehingga, menyebabkan calon pasangan tertentu akan mengusahakan sedemikian mungkin. Agar, tidak ada calon lain yang akan maju.

Jika ini benar terjadi, akan menyebabkan demokrasi akan binasa. Demokrasi hanya akan jadi cerita-cerita saja,” terang Suryadi.

Kotak Kosong

Oleh karena itu, imbuh Suryadi, kontestasi yang sehat dan fair akan terwujud jika ada pilihan bagi masyarakat. Untuk menentukan pilihannya di event pilkada dan lainnya.

Jika tak ada pilihan lain dan masyarakat apatis. Sehingga, akan memilih kotak kosong.

Dalam logika berpikir demokrasi, kalau kotak kosong yang menang akan menjadi kepala daerah.

“Itu kan tidak mungkin kotak kosong jadi kepala daerah. Jadi aneh. Seolah-olah kita jadi bangsa yang bodoh, negeri yang bodoh.

Dikatakan dengan pemilihan kepala daerah, tapi dalam prosesnya tidak ada pemilihan.

Kalau pun ada pemilihan, masa pasangan calon yang manusia berhadapan dengan calon kotak kosong. Ini kan aneh. Jadi bodoh sebagai anak bangsa,” beber Suryadi.

Musibah bagi Demokrasi

Ditambahkannya, secara regulasi ke depan perlu dipikirkan. Parpol juga harus mempersiapkan mekanisme rekrutmen kader yang mumpuni.

Yang punya kapasitas,  integritas, kualitas yang baik. Sehingga, pada saatnya dapat ditawarkan kepada mssyarakat.

“Parpol diimbau cobalah evaluasi internal, pentingnya pesta demokrasi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikanlah pendidikan politik yang terbaik ke masyarakat.

Mumpung masih ada waktu. Jangan sampai hingga akhir tidak ada pasangan lain.

Jika itu terjadi, maka ini saya katakan sebagai musibah bagi demokrasi di Bintan,” tukas Suryadi.

Suryadi menambahkan, coba pikirkan masa depan demokrasi di Bintan. Sehingga, masyarakat bisa diberikan pilihan terbaik ikut pesta demokrasi.

“Tidak diajarkan proses yang ambigu dan memasung demokrasi. Dan, bikin masyarakat jadi apatis,” ucap Suryadi. (mat) 

Loading...