Perjuangan Si Kerdil Jadi Guru Ini Begitu Menginspirasi

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Besok, 25 November 2019 para guru di Indonesia akan merayakan Hari Guru Nasional. Sepenggal Kisah Si Guru Kerdil asal Kepulauan Riau ini menjadi pelajaran, tak ada yang mudah untuk mengejar cita-cita.

Namanya Ruswati SAg, lahir di Kijang, Kabupaten Bintan pada 30 Desember 1975. Sarjana S1 IAID Darussalam, Ciamis, Jawa Barat pada tahun 1999 serta menyelesaikan Akta IV-nya di STAI Miftahul Ulum Tanjungpinang 2003 ini harus berjuang demi menjadi seorang guru.

Dengan tinggi 125 centimeter, tak gampang bagi Ruswati untuk melangkah. Dalam buku pertamanya, Sepenggal Kisah Si Guru Kerdil yang diterbitkan Pustaka Media Guru pada tahun 2019, ia kisahkan semua perjalanannya.

Tahun 2002 ia mengawali profesi guru di TPA Arrasyid Tanjungpinang. Pertengahan 2003 ia mendaftar sebagai Guru Bantu Pusat (GBP) dan dinyatakan lolos. penugasannya di sebuah SD negeri di Tanjunguban, Kabupaten Bintan.

Awal Juli 2003 Ruswati diantar ayahnya ke Tanjunguban. Dari rumah orang tuanya di Tanjungpinang, tak mudah menemukan moda trsnaportasi kala itu. Akhirnya anak bapak ini numpang truk tangki minyak SPBU.

“Bisa dibayangkan dengan kondisi tubuhku untuk naik ke atas truk,” kenang Ruswati dalam bukunya.

Butuh waktu dua jam sampai ke Tanjunguban, belum ada Jalan Lintas Barat seperti sekarang. Ruswati dan ayahnya nyasar beberapa kali karena belum tahu lokasi SD tempatnya bakal mengajar.

Sesampainya di tempat, kepala sekolahnya ada rapat di luar. Dan seorang guru yang ada bertanya ke Ruswati, “Titipan siapa, Bu?”

Ruswati menumpahkan kekesalannya di bukunya. Ia pun menjelaskan bahwa yang membawanya ke sekolah ini karena lulus tes, bukan karena titipan pejabat atau orang penting.

Ruswati pun menjumpai kepala SD di tempatnya rapat. Namun kekecewaan kembali dirasakannya. Sang kepala sekolah menolak Ruswati.

tak elok kutuliskan segala perkataan beliau di sini, biarlah menjadi rahasiaku saja… begitu Ruswati menuliskan kesedihan itu.

Loading...