Maliki, Bocah Yatim Korban Kebakaran Ini Butuh Bantuan Kita

Loading...

DABO SINGKEP (suarasiber) – Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Peribahasa ini sangat pas dialamatkan kepada Maliki (10), bocah kelas tiga SDN 005 Desa Marok Tua, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) ini.

Diusianya yang masih Balita (Bawah Lima Tahun), belum mengenal siapa-siapa, ia harus kehilangan ayah kandungnya. Dan ketika usianya sudah mulai memasuki masa kanak-kanak, ia harus terbaring tak berdaya di atas tempat tidurnya.

Malam itu, bertepatan 27 Ramadhan 1440 H yang jatuh pada tanggal 1 Juni 2019, warga Desa Marok Tua ramai menghidupkan pelita di pinggir jalan dekat rumah-rumah penduduk sebagai tanda sukacita akan datangnya hari lebaran Idul Fitri.

Saat warga mulai terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba Maliki bangun mengendap-endap menuju pelita yang mulai menyala redup di belakang rumahnya. Ia bermaksud menambah minyak tanah pada pelita itu supaya bisa nyala sampai pagi.

Begitu pelita itu akan diisi minyak oleh Maliki, tiba-tiba apinya menyambar botol minyak dan meledak. Minyak pun tumpah membasahi celana bola yang digunakanya dan membakar paha kanannya.

maliki korban bakar 2
Mari kita berbagi sahabat… Foto – aip/suarasiber

Maliki menjerit sejadi-jadinya. Ibunya yang juga sudah terlelap kaget luar biasa mendengar jeritan putra bungsunya. Beberapa kali ia mencoba membuka pintu, beberapa kali itu ia gagal membukanya.

“Akhirnya, tetangga yang lebih duluan menolongnya. Tapi, celana yang digunakan Maliki sudah habis dilalap api beserta kulit pahanya. Kami semua menangis sejadi-jadinya,” ungkap Rosmiati (48), ibu kandung Maliki, Selasa (24/9/2019).

Malam itu juga, Maliki langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dabo Singkep, Lingga untuk dilakukan penanganan medis. Berbekal sumbangan patungan dari warga Desa Marok Tua, Maliki dirawat sekitar 15 hari di RSUD Dabo Singkep.

Ia kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Kepri di Tanjungpinang dengan bekal kartu BPJS Kesehatan. Daging pahanya yang sudah membusuk dibuang.

“Jadi, yang tersisa tinggal tulang. Kami hanya bisa menangis melihatnya. Kami ini orang susah pak. Hidup kami hanya mengandalkan upah sebagai buruh dapur arang,” beber Rosmiati.

Ketika ditanya darimana ia mendapatkan biaya pengobatan anaknya, Rosmiati mengaku selain sudah ditanggung oleh pemerintah melalui BPJS, ia juga dibantu oleh sejumlah pihak yang berempati terhadap musibah yang menimpa Maliki.

“Untuk pengobatan Maliki di Rumah Sakit, semua sudah ditanggung. Tapi, kami yang menunggunya juga biayanya besar. Karena itu, Maliki hanya bisa bertahan sekitar 2 bulan di RSUP. Dan sekarang dibawa pulang ke Dabo,” kisahnya.

Setelah dibawa pulang ke Dabo, kondisi luka bakar Maliki makin parah. Sebagian daging pahanya kembali membusuk karena tak tertangani dengan baik.

Maklum, ibunya juga harus membanting tulang menafkahi Maliki dan dua orang kakaknya yang belum berkeluarga. Selain menjadi buruh di dapur arang dengan pendapatan sekitar Rp15 ribu sehari, ia juga mengambil upah cuci pakaian tetangga yang membutuhkan jasanya.

Sebagai seorang single parent atau orang tua tunggal, Rosmiati harus pandai-pandai membagi waktu antara mencari nafkah dan mengurusi anaknya yang terbaring sakit.

Sebuah posisi yang cukup dilematis. Jika ia mementingkan pekerjaannya, orang lain pasti melihatnya sebagai orang tua yang tak punya hati nurani. Sebaliknya, jika ia hanya berdiam di rumah, siapa yang akan memberi nafkah bagi anak-anaknya.

Apalagi, ia tak punya keahlian. Untung saja ia masih bisa baca tulis. Padahal, pendidikannya tak sampai tamat sekolah dasar. Almarhum suaminya yang meninggal 8 tahun yang lalu, selama hidupnya juga cuma seorang nelayan.

“Beginilah pak. Bukan kami tak mau membawa Maliki berobat ke rumah sakit. Tapi, kami tak punya biaya,” tambahnya.

Begitulah kehidupan. Semuanya menjadi rahasia Allah SWT. Untung maupun malang, semuanya datang tanpa disangka-sangka.

Saatnya Berbagi dengan Sesama

Nasib Maliki mendapatkan banyak simpati. Staf Bupati Lingga Ady Indra Pawennari hari ini, Rabu (25/9/2019) bertemu dengan Maliki. Selain Ady ada juga Melyanti yang kemudian membuka dompet peduli.

Warga yang ingin berbagi untuk Maliki bisa menghubungi Melyanti di nomor 081378086900 atau transfer ke Rekening Bank Riau Kepri 1252110569 atas nama Melyanti.

Melyanti adalah Kasi Keparawatan di RSUD Dabo Singkep, tergugah karena tahu persis bagaimana kondisi Maliki. Ia pernah menjenguk kondisinya yang saat itu membaik. Namun belakangan ia dikabari bahwa luka Maliki kambuh lagi.

“Insyaallah saya akan mengajak rekan-rekan turun ke jalan seperti biasa. Semoga Allah membukakan jalan dan mengabulkan keinginan Ananda Maliki untuk sembuh,” tulis Melyanti dalam akun Facebooknya. (aip)

Loading...