Pilkada Tanjungpinang di Antara Kaum Apatis dan Golput

Loading...
Partisipasi Pemilih Hanya Sekitar 58 Persen

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Endri Sanopaka, akademisi yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Stisipol) Raja Haji Tanjungpinang, menilai kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk berpartisipasi di Pilkada Kota Tanjungpinang 2018 masih rendah.

Partisipasi pemilih di Pilkada Kota Tanjungpinang hanya sekitar sekitar 58 persen.

“Mungkin mungkin mereka menganggap hasil dari pemilihan tidak berdampak kepada mereka,” kata Endri menjawab suarasiber.com, Jumat (29/6/2018).

Mereka, ujarnya, belum melihat bahwa proses demokrasi ini, adalah penting untuk kelangsungan Kota Tanjungpinang.

“Kita bisa lihat pada saat waktu pencoblosan dari pukul 07.00 sampai 12.00 masyarakat sudah banyak beraktivitas di pasar. Padahal sebagian besar pemilik usaha sudah memberikan kesempatan kepada karyawan. Untuk menggunakan hak pilihnya, tapi ternyata tidak dimanfaatkan,” ujar Endri.

Menjawab pertanyaan, apakah mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya bisa disebut apatis, Endri, menjawab bisa.

“Jadi beda antara apatis dengan golput. Fenomena golput itu ada di surat suara yang rusak. Angkanya lumayan hampir 4 persen,” tukasnya, sembari menambahkan mereka (golput) terkesan sengaja merusak karena pilihannya tidak ada di surat suara.

Ditambahkannya, mereka yang apatis karena tidak menggunakan hak pilihnya, harus terima konsekuensi untuk tidak berkomentar terhadap jalannya Pemko Tanjungpinang ke depan.

“Berbeda dengan yang menggunakan haknya. Tapi dengan merusak atau membuat tidak sahnya surat suara, mereka masih punya sikap,” tegasnya. (mat)

Loading...