Ini yang Bikin Alias Wello Menangis di Depan Umum

Loading...

DABOSINGKEP (suarasiber) – Alias Wello, pengusaha yang kini menjabat Bupati Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri dikenal sebagai pribadi yang rendah hati dan sederhana.

Sekaligus sebagai figur yang ulet, kukuh, tahan banting dan mengharamkan upeti dari manapun. Apalagi dari bawahan dan stafnya.

Dicerca, dimaki atau difitnah pun dia masih tetap bisa tersenyum. Tak ada gusar, tidak juga emosi.

Namun, Minggu (21/6/2020) siang, Alias Wello yang populer dengan sebutan AWe, tampak berbeda.

Suaranya terbata-bata dan sengau. AWe yang termasuk ahli dalam berpidato tanpa teks itu, tampak jelas sedang menangis. Walau dia berusaha sekuat tenaga menahannya agar tak terlihat.

Siang itu, AWe tengah memberikan sambutan di acara silaturahmi Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Lingga di Gedung Daerah Dabo, Singkep.

Ratusan warga Lingga keturunan Bugis, ada di depannya. Ada juga Plt Gubernur Kepri H Isdianto, Sekdaprov Kepri TS Arif Fadillah, Wabup M Nizar dan Forum Pimpinan Daerah Kabupaten Lingga.

Dalam kesempatan itu, Alias Wello menceritakan perjalanannya memimpin Lingga bersama Wabup M Nizar, yang kini disokongnya maju sebagai Bupati Lingga.

Disampaikannya beratnya membangun daerah dengan anggaran terbatas dan harus berkolaborasi dengan provinsi serta pusat.

Terwujudnya pembangunan jembatan Marok Tua, adalah bentuk kolaborasi dengan Pemprov Kepri yang kini diterajui H Isdianto.

Yang tak lain, adalah adik kandung HM Sani (alm) mantan Gubkepri kedua. Ternyata, HM Sani yang disapa AWe dengan sebutan Ayah, begitu berarti baginya.

Saat menyebut HM Sani, yang begitu peduli dengan Lingga itulah suara AWe berubah drastis. Serak, terbata-bata, sengau dan sesekali berhenti.

“Saya akui, jika ingat almarhum Ayah (HM Sani), saya terharu,” kata AWe yang langsung mengambil napas panjang.

Sambil tetap terbata menahan haru dan tangis, AWe, melanjutkan bahwa dia masih punya utang kepada almarhum HM Sani.

“Waktu saya dilantik oleh beliau (HM Sani) sebagai bupati, beliau menitipkan dua pesan.

Pertama, jaga dan rawat sebaik mungkin Kabupaten Lingga, yang merupakan Bunda Tanah Melayu.

Kedua, ubah nama Pulau Berhala menjadi Pulau Berlian,” ujar AWe.

Penggantian nama bukan asal suka-suka, tapi agar pulau itu bisa berkembang lebih baik.

“Saya sedang persiapkan penggantian nama itu bersama DPRD Kabupaten Lingga. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa segera berganti nama,” sebut AWe.

Setelah menyebutkan hal itu, barulah suara AWe kembali seperti sedia kala. Nyaring, jelas dan tegas. (mat) 

Loading...