Inikah Penyebab Air Baku di Waduk Seipulai “Membeku”?

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Hujan yang turun sejak beberapa hari terakhir di atas Pulau Bintan, seharusnya membuat debit air Waduk Seipulai bertambah, bukan membeku.

Disebut membeku karena jumlah debit airnya segitu-segitu saja, tidak ada kenaikan yang signifikan.

Penambahan air dari hujan memang sangat dibutuhkan oleh waduk ini, yang merupakan sumber air baku utama bagi puluhan ribu warga Kota Tanjungpinang.

Sejak waduk ini dikepung perkebunan sawit dan perkampungan penduduk, sumber air utamanya adalah hujan. Tidak ada lagi mata air untuk menjamin waduk tetap berisi.

Jika hujan tak lagi rutin turun, debit waduk pun susut. Pelanggan PDAM pun menjerit. Karena, distribusi air PDAM ke pelanggannya pun terganggu.

Kondisi itulah yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir di Tanjungpinang.

Itu juga yang membuat Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kepri H Ing Iskandarsyah buru-buru mendatangi Waduk Pulai, setelah Tanjungpinang diguyur hujan selama beberapa hari.

Harapan yang ada di benak Iskandarsyah, adalah debit waduk bertambah. Harapan tinggal harapan. Hampa.

Iskandarsyah termenung di tepian waduk yang mengering. Antara heran dan bingung, karena debit waduk membeku alias tak bertambah.

“Ada yang salah dan harus segera perbaiki. Jika tidak ini bisa jadi masalah yang sangat serius ke depannya,” kata legislator dari Partai PKS ini dalam perbincangan dengan suarasiber.com.

Pertanyaan pertama yang muncul adalah kenapa debit air waduk tidak bertambah? Meski hujan telah turun sejak beberapa hari.

Hipotesa Pun Mengapung

Sejumlah hipotesa pun mengapung. Salah satunya, adalah keberadaan perkebunan kelapa sawit di sebelah timur waduk. Tanaman ini dikenal rakus air.

Hipotesa lainnya karena keberadaan perkampungan warga di sebelah barat waduk.

Dari dua hipotesa itu menimbulkan dugaan rusaknya daerah tangkapan air. Sehingga, debit air baku di Waduk Seipulai membeku.

Selain dugaan lain yakni adanya kebocoran di waduk. Berbagai hipotesa ini, ujar Iskandarsyah, perlu diteliti mendalam. Untuk memastikan kebenarannya.

“Agar, penanganannya masalahnya juga komprehensif dan paripurna. Yang pasti waduk ini perlu segera ditangani secara serius oleh Pemprov Kepri,” tegasnya.

Ditambahkannya, “Di samping karena waduk ini sumber air baku utama bagi warga Ibu Kota Provinsi Kepri dan sekitarnya, juga karena undang-undang mengharuskan pengelolaan air oleh negara.”

Tidak mungkin, imbuhnya, menyerahkan urusan ini sepenuhnya ke manajemen PDAM Tirta Kepri, karena keterbatasan kemampuan mereka.

Kemungkinan Solusi

Menurut Iskandarsyah, ada sejumlah kemungkinan solusi yang bisa dilakukan untuk mengelola air baku di Tanjungpinang dan Pulau Bintan.

Di antaranya, memaksimalkan tangkapan air Waduk Seipulai. Termasuk kemungkinan menebang pohon kelapa sawit dan menyumbat kebocoran waduk.

Kemudian, membangun waduk baru yang lebih baik. Pembangunan waduk itu tentu bekerjasama dengan pemerintah pusat. Karena, dananya akan sangat besar.

Solusi lain yang bisa dilakukan, imbuhnya, dengan membangun lebih banyak lagi instalasi penyulingan air laut menjadi air tawar atau Sea Water Reverse Osmosis (SWRO).

“Air adalah kebutuhan pokok manusia. Kita minta pemerintah menanganinya jauh lebih serius. Tak bisa sambil lalu,” tukas Iskandarsyah.

Ingat, ucapnya, populasi penduduk tak mungkin berkurang dan kebutuhan air juga pasti meningkat. (mat)

Loading...