Perjuangan Gadis Papua Masuk Polwan Ini Luar Biasa

Loading...

Sempat tebersit dalam hatinya, namun segera dibuangnya karena ia tahu kondisi ekonomi orang tuanya di Jayapura, Papua.

Redaksi – Tanjungpinang

Mahasiswi semester III Institut Seni Indonesia (ISI), Yohyakarta, itu tertegun membaca informasi penerimaan polisi wanita (Polwan). Perjuangannya selama ini sunnguh berat, apakah benar ia akan meninggalkannya dan memutuskan untuk mencoba menjadi seorang Polwan?

Mahasiswi itu, Natalia Desi Mramra lantas tercenung gulana. Pikirannya terbang ke masa lalu. Terbayang ayahnya, Elya Marahabia, pensiunan PNS di Dinas Pemakaman Pemkot Jayapura. Lalu teringat wajah ibunya, Ruth Awi, ibu rumah tangga hebat.

Baca juga Arief: Polwan Perekat Bangsa

Natalia yang lahir 28 Desember 1999 merupakan anak ke-4 dari 7 bersaudara. Dengan kondisi hanya saudara tertuanya yang bekerja sebagai PNS, sementara yang lain masih kuliah bahkan ada yang baru TK, Natalia bisa merasakan beban berat orang tuanya.

SD hingga SMP dijalaninya di Jayapura, di SDN 1 Abepura dan SMP Yayasan Pendidikan Kristen Jayapura. Sejak kecil, Natalia sudah menyukai musik. Kesukaannya itu terus diasahnya dengan masuk sebagai anggota penyanyi gereja.

Di gereja juga ia untuk kali pertama mengenal alat musik biola. Berawal dari penampilan seorang jemaat gereja memainkan alat musik gesek tersebut. Hati Natalia tiba-tiba jatuh cinta. Keinginannya untuk bisa bermain biola dibuktikannya dengan belajar biola secara otodidak baru kemudian ia ikut les.

Tahun 2014, Natalia sudah menyimpan sekolah lanjutan yang akan dimasukinya. Yaitu SMK Negeri 2 Kasihan, bantul, Yogyakarta atau lebih dikenal dengan Sekolah Menengah Musik (SMM).

Baca Juga Irjen Airef: Saya Sadar Pasti Ada yang Tidak Suka

Guru musiknyalah yang mengenalkannya dengan SMM, karena lulusan sekolah tersebut. Dengan tagline Sekolah Musiknya Indonesia, Natalia memberanikan diri untuk minta izin mendaftar di SMM Yogyakarta.

Natalia Desi Mramra, alumni SMKN 2 Kasihan, Bantul, Yogyakarta asal Jayapura, Papua. Perjalannya bisa menjadi inspirasi anak muda lain. f-istimewa

Dan jawaban orang tuanya ialah tidak. Alasan pertama, Natalia tak memiliki saudara di Yogyakarta. Alasan kedua, yang juga dipahami Natalia, orang tuanya tak memiliki biaya untuk menyekolahkannya ke sana.

Namun kegigihan akhirnya meluluhkan hati Elya Marahabia dan Ruth Awi. Kakak sulung Natalia yang menjadi PNS akhirnya mengantarkan adiknya ke Pulau Jawa, ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

SMM Yogyakarta adalah sekolah musik yang tidak memberlakukan sistem kuota. Tak peduli dari Jayapura, sudah berkorban sedemikian rupa, jika memang secara musikalitas tak mampu melewati seleksi yang ketat, akan pulang dengan tangan hampa. Dan Natalia berani menghadapinya. Rasa keyakinan dan optomis membantunya menjalani rangkaian tes dengan tenang.

Baca Juga Rekrutmen Akpol, Arief: Kami Berjanji di Hadapan Allah

Dari sekian pelamar dari seluruh Indonesia untuk alat musik biola, akhirnya Natalia diterima. Ia pun harus kos di sekitar sekolah yang berada di Bugisan itu.

Selepas lulus SMM Yogyakarta, Natalia diterima di ISI. Sama seperti sekolah sebelumnya, ISI bukanlah kampus sembarang untuk urusan seni.

Lalu tiba-tiba ada informasi penerimaan anggota Polwan. Natalia menimbang-nimbang. Hingga akhirnya memutuskan untuk mengikuti tes penerimaan Polwan melalui Polda DIY.

“Saya memahami beban orang tua semakin berat. Ayah sudah tidak bekerja. Saya harus memilih,” ujar Natalia.

Baca Juga Irjen Arief Sulistyanto Siap Letak Jabatan, Jika Seleksi Masuk Akpol Ada KKN

Sebenarnya Natalia tak ingin mengabari orang tuanya tentang rencananya mendaftar Polwan. Namun ada berkas yang mau tak mau harus berurusan dengan orang tuanya dan butuh tanda tangan mereka.

“Ya kaget orang tua saya. Namun akhirnya mendukung,” tutur Natalia. Dan Natalia pun tak perlu lagi menyembunyikan keinginan yang pernah tebersit di hatinya saat kecil, keinginan menjadi seorang Polwan.

Jalan hidup Natalia masih diuji Tuhan. Selama proses seleksi sempat terkendala persyaratan adminsitrasi. Ada berkas yang harus dikirim dan diurus bolak-balik Yogyakarta – Jayapura.

Happy endingnya, Natalia salah satu dari tujuh peserta yang lulus tes di Polda DIY dan berhak mengikuti pendidikan di Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) Polri di Ciputat, Jakarta Selatan. Bahkan ia mendapatkan nilai tertinggi di tes jasmani.

Natalia masuk pada kompetensi khusus yaitu SMK Musik. Nanti, setelah rampung pendidikan, Natalia adalah Bintara Musik. Sebuah pilihan yang cerdas karena Natalia meyakini bakat musik dalam dirinya, ditambah ilmunya selama di SMM dan ISI.

“Saya membuktikan bahwa masuk polisi benar-benar gratis. Saya hanya mengeluarkan biaya untuk makan dan transportasi, lainnya tidak ada,” tutur Natalia yang berbaur dengan 400 siswa menjalani pendidikan selama 7 bulan.

“Seluruh tahapan seleksi dilaksanakan secara clear dan clean, hasil ujian langsung diumumkan saat itu juga, ada nilainya, transparan tak ada yang ditutupi,” lanjut Natalia.

Saat mengetahui dirinya dinyatakan lulus, Natalia menghubungi orang tuanya di Jayapura. Tak ada kata-kata keluar dari bibir ayah ibunya untuk sesaat, selain isak tangis harus. Natalia menambahkan, “Orang tua dan saudara tak percaya, gadis Papua ini bisa lulus tes masuk Polwan. Apalagi tesnya bukan di Jayapura, melainkan di Polda DIY.”

Ucapan selamat dan bahagia juga dirasakan mantan guru Natalia di SMM Yogyakarta. Seperti disampaikan Esti, guru SMM mengucapkan selamat melalui pesan singkat WA ke suarasiber, Rabu (8/8/2018).

“Alhamdulillah, keluarga besar SMM Yogyakarta mengucapkan selamat untuk Natalia dan teman-temannya. Semoga menjadi Polwan yang profesional,” tulis Esti.

Disampaikannya juga, bahwa tahun ini ada 10-an lulusan SMM yang memilih karir seperti Natalia.

Perjuangan Natalia pun mendapatkan apresiasi dari Asisten SDM Kapolri, Irjen Arief Sulistyanto.

“Natalia, putri asli Papua yang mampu bersaing dan berhasil lolos tes Polwan di Polda DIY. Terutama remaja asli Papua membuktikan mereka mampu bersaing,” ujarnya kepada suarasiber. (mat)

Loading...