Mengharumkan Kepri hingga Luar Negeri dengan Kocek Sendiri

Loading...
Wallie Teo, Petarung MMA dari Pancur, Senayang, Lingga

Petarung bebas itu menangis. Bukan sakit karena pukulan lawan, melainkan saat rasa haru menyeruak ke rongga
dada.

Laporan dari Bintan

Yang tengah meneteskan air mata adalah Walianto, yang di jagat One Pride Mixed Martial Arts (MMA) besutan TV One
dikenal sebagai Wallie Teo. Ia tak mampu membendung hangat air matanya keluar sesaat usai menyaksikan tayangan
di layar lebar yang menampilkan dirinya menang TKO atas lawannya, beberapa malam lalu di Pujasera Taman Kota,
Kijang, Bintan.

Malam itu, petarung kelahiran Pancur, Senayang, Kabupaten Lingga ini memang duduk di antara ratusan warga yang
memadati Pujasera Taman Kota untuk menyaksikan siaran tunda pertandingan Wallie Teo melawan petarung dari
Manado. Bersamanya, ada juga Firman, petarung bebas MMA yang lahir di Kijang.

Prestasi Wallie Teo telah membantu mengingatkan penonton televisi swasta penyelenggara One Pride MMA bahwa ada
Provinsi bernama Kepri. Di sebuah video yang diupload ke Youtube, dalam sebuah pertandingan Wallie Teo bahkan
sempat mengenakan penutup kepala menyerupai tanjak. Penutup kepala khas Melayu yang ikonik.

Wallie Teo pulang kampung ke Senayang, Lingga. f-facebook/@wtfc23

Lelaki kelahiran 2 November 1994 ini mengenyam pendidikan SMP-nya di Lingga, saat SMA baru sekolah ke
Tanjungpinang. Sebagai anak kampung, ia telah mendalami seni bela diri sebelum merantau ke ibu kota provinsi.

Debutnya di MMA dimulai sejak tahun 2015. Hingga saat ini, ia telah bertarung tujuh kali, satu kali kalah. Tiga
kemenangan diantaranya diraihnya di Filipina. Hanya tiga pertarungan yang disiarkan oleh sebuah televisi swasta,
yakni di One Pride MMA.

Meraih sebuah prestasi dibutuhkan pengorbanan. Bagi seorang Wallie Teo, untuk mengikuti sebuah pertarungan ia
harus berlatih keras. Ia membelanjakan waktunya untuk berlatih. Namun, bukan hanya waktu untuk menuju tangga
keberhasilan.

Ada lagi satu hal yang tak kalah penting, modal berupa uang.

Karena lokasi pertarungan MMA tidak di Kepri, mau tak mau Wallie Teo harus mengeluarkan ongkos. Buat perjalanan
menggunakan pesawat, menginap dan kebutuhan lain selama jadwal pertarungan. Jika di mancanegara tak sedikit
atlet berbakat digaet pemilik brand terkenal sebagai bintang iklan atau membantu promosi, bagaimana dengan Wallie
Teo?

“Saya menggunakan uang sendiri,” jawabnya.

Hening untuk sesaat. Ratusan warga masih bersorak menyaksikan jalannya siaran tunda yang menampilkan Wallie
Teo di ring MMA. Teriakan pendukung, kebanggaan itu pasti masih teringat jelas di kepala Wallie Teo.

Bagaimana ia mengalahkan Oktavianus Tailoe yang mewakili Tabasi di partai perbaikan peringkat Fight Night 13,
dengan teknik rear naked choke. Ia tak malu mengatakan berasal dari Kepri. Ia juga dengan bangga menyebut Kepri
saat bertabding dengan debutan MMA, Rhizal Limboh. Dan Wallie Teo menang dengan kunciannya di One Pride MMA
Pro Never Quit, baru-baru ini.

Gaya sang juara. f-facebook/@wtfc23

Teo pasti belum lupa, saat Bendera Merah Putih berkibar di lokasi pertarungan di Filipina. Ia memang di negara
orang. Ia bangga menyebut Indonesia sebagai negaranya dan Kepri sebagai provinsinya.

Tidak usahlah ditanyakan kepadanya berapa uang sudah dikeluarkan untuk membawa harum nama Kepri. Toh
petarung ini senantiasa senyap soal ongkos keberangkatannya, meski penonton termasuk yang berteriak gembira di
depan televisi di wilayah Kepri saat ia menang.

Wallie Teo hanya menyisipkan harapan. Ia pun tak menyebut kepada siapa harapannya ditujukan. “Alangkah
bagusnya bakat-bakat anak-anak muda Kepri yang terlihat menonjol terus dibina,” katanya.

Tentang uang dari koceknya sendiri, juga ada sumbangan dari para petarung yang tergabung di WTFC yang
diketuainya. WTFC kependekan dari Wallie Teo Fighting Camp, yaitu komunitas petarung yang berdomisili di
Tanjungpinang. (mat)

Loading...