Sabar dan Optimis Hadapi Ujian, Pengusaha Bata Ini Akhirnya Sukses

Loading...

Budiono berpikir, membuka usaha bata merah terlihat mudah. Nyatanya tiga tahun menjalaninya, bukannya untung. Ia jatuh bangun tanpa kepastian usaha.

Machfut A – Tanjungpinang

Jam istirahat di sebuah pabrik bata merah di Jalan Batu Naga, Batu 8 Atas RT2 RW3, Kampung Mekar Baru, Tanjungpinang, Kepri. Hari itu Senin, 29 Juli 2019 kira-kira pukul 11.00 WIB. Pabrik ini berdiri di atas tanah seluas 4 hektare, kurang lebih.

Pemiliknya adalah Budiono, lelaki kelahiran Jambi yang kini usianya 68 tahun. Saat ini ia mempekerjakan belasan karyawan di pabrik bata merahnya. Mereka tinggal di mess. Untuk kehidupan, Budiono memang menjaga kesederhanaan. Karena ia sadar suksesnya dari pahit.

pembakaran bata merah 1
Foto – machfut/suarasiber

Kepada suarasiber ia menceritakan awal kisahnya menekuni bisnis ini. Waktu itu, tahun 1992 ia mulai membuka usaha ini. Lokasinya sama dengan saat ini. Bedanya, dulu masih hutan belantara.

“Mobil tak bisa masuk, hanya setapak. Saya sewa loader untuk membuka jalan, karena saya perlu tanah dan kayu untuk pembakaran,” ujarnya.

Ada 4 karyawan yang membantunya, namun satu persatu tak bertahan lama. Istilahnya ada yang masuk ada yang keluar. Bukan karena gaji melainkan kondisinya benar-benar serasa di hutan. Jauh dari peradaban.

Budiono sebenarnya tidak sendiri. Ada orang lain yang juga membuka usaha yang sama. Namun jaraknya cukup jauh. Entah apa sebabnya, usaha yang dilakoni orang ini jatuh.

Tiga tahun tak ada hasil, akhirnya ia berpikir untuk belajar. Pasalnya, ia mulai membuka usaha dengan harga bata merah per biji Rp80. Memang, bentuknya bata merah. Namun kualitasnya kurang bagus.

Tahun 1995 Budiono nekat belajar membuat bata merah ke Pekanbaru. Mengapa ia ke kota ini?

“Karena waktu itu ada pabrik bata merah basar di Pekanbaru. Jadi saya “sekolah” ke sana,” tuturnya.

Di sana ia benar-benar mendalami ilmu pengolahan bahan, membangun tungku pembakaran hingga cara penjualan. Lantaran semangat dan keingianannya, ia tak butuh waktu lama untuk menyarap ilmu tadi.

Dan Budiono pun pulang lagi ke Tanjungpinang.

Tempat lama rupanya masih memikat bagi lelaki yang berkali-kali diuji kesabarannya oleh Sang Pencipta ini. Ibaratnya ia adalah orang baru. Pelan-pelan membangun.

Kerja keras dan keringatnya dibayar oleh satu kata: sukses. Dikenal sebagai penyabar, Budiono juga sebisa mungkin menjalankan perintah Tuhannya, seperti salat 5 waktu.

Ia teringat kala masih susah, untuk mengaduk bahan bata merah masih menggunakan kaki. Caranya tanah diinjak-injak. Sekarang ia sudah memiliki 1 mesin pengaduk bahan.

“Kalau manual ya tidak bisa banyak. Kalau pakai mesin ya jauh lebih banyak bata yang bisa diproduksi,” kata Budiono.

Baca Juga:

Jangan Sembunyikan, Penegak Hukum Tahu

Kloter 25 Jambi Bertolak ke Jeddah, Sudah 11.161 Jemaah Diberangkatkan

Kepada OPD yang Belum, Besok Siang Harus Selesai!

Polisi Suami Bidan DR Pembawa Sabu-sabu 204 Gram Diamankan Polisi

Salah satu ujian terberat yang dihadapinya terjadi kala harga bata merah benar-benar jatuh. Jatuhnya harga karena persaingan.

Bayangkan, dari harga Rp1.500 per biji tiba-tiba terjun ke Rp800. Budiono memiliki jiwa petarung bisnis, ia tak mau menyerah. Empat bidang tanah dan kendaraan pribadinya dijual untuk menggaji karyawan serta menyuntik modal.

Keberanian mengambil keputusan terbukti memulihkan usaha bata merah Budiono.

Dimintai keterangan soal produksi, lelaki berperawakan tinggi ini mengatakan mampu membuat 10 ribu biji bata merah. Ia memiliki 17 tungku pembakaran di setiap tungku bisa terisi 8.000 biji bata. Untuk pembuatan satu tungka, modalnya Rp15 juta.

Suarasiber juga diperkenankan meminta keterangan salah satu karyawan Budiono yang tengah memasukkan kayu dalam tungku pembakaran.

“Hanya bata merah kering yang bisa masuk tungku. Sebelumnya ditata rapi biar panas apinya membakar secara merata. Lama pembakaran dua hari tiga malam dengan pengapian yang selalu menyala,” jelas Rusdi (37), karyawan Budiono.

pabrik bata merah 1
Foto – machfut/suarasiber

Harga satu biji bata merah saat ini di angka Rp1.100, diambil sendiri ke pabrik. Jika diantar ke lokasi pemesan harga menjadi Rp1.200 per biji. Harga tersebut khusus Kota Tanjungpinang, untuk harga di luar kota sepertoi Batam harganya lebih tinggi.

“Penjualan per bulan masih 40 ribu sampai 60 ribu biji. Alhamdulillah,” ujar Budiono.

Budiono juga bersyukur, ia masih memiliki stok bahan mentah masih cukup untuk satu atau dua bulan ke depan.

Namun usaha Budiono bukannya tanpa kendala. Pembeli yang pasang surut, harga kayu bakar yang kian hari kian naik, padahal satu tungku butuh 15 lori kayu.

Semoga kisah Budiono menginspirasi. ***

Loading...