Mantan Kuli Bangunan di Tanjungpinang Ini Akhirnya Bergelar Sarjana

Loading...

Jika saya mengibaratkannya, adalah sepasang kaki yang seharusnya istirahat. Direndam dengan air hangat. Namun justru dipacu untuk berlari hingga garis finish.

Nurali Mahmudi – Tanjungpinang

Bagi saya manusia diwisuda itu biasa. Mohon maaf, bukan karena saya juga pernah diwisuda meski hanya S1. Namun wisuda warga Tanjungpinang bernama Mugiono ini jelas berbeda, setidaknya bagi saya.

Mugiono merantau dari kampungnya, Kebumen, Jawa Tengah untuk menyusul abangnya yang sudah lebih dahulu di Tanjungpinang. Karena kondisi, remaja yang baru lulus sekolah ini harus mengayunkan cangkul sebagai kuli bangunan.

Sesekali ia membantu abangnya yang membuka kios kecil. Perkenalan saya dengan Mugiono terjadi ketika beberapa kali ia main ke kios stiker. Saat itu saya memang menggeluti usaha ini.

Dan saya tanya anak muda ini. Tentang masa depan, cita-cita dan banyak hal. Dari sekian banyak jawaban, keinginannya untuk kuliah membuat saya tertarik.

yono wisuda di stain 2
Mugiono saat diwisuda di STAIN Sultan Abdurrahman Kepri. Foto – facebook.com/konstick

Alasannya sederhana, ia ingin memberikan yang terbaik kepada orang tuanya. Ia juga ingin membuktikan kuliah bisa dijalani dengan modal semangat. Sesedarhana itu. Padahal saya tahu ada yang namanya uang semester, biaya KKN, biaya buat tugas dan sebagainya.

Tak pernah saya sangka, ia ingin buka kios kecil. Kios stiker. Beberapa bulan kemudian ia datang dengan laptop jadul yang dibelinya dengan harga murah. Ia belajar program CorelDraw. Sepanjang hidupnya, baru kali itulah ia memegang laptop.

Ia rajin mencatat apa yang saya sampaikan.

Beberapa bulan kemudian ia kembali meminta tolong saya membelikan mesin cutting yang paling kecil. Saya hubungi teman-teman komunitas dan terbelilah CraftRobo, mesin buatan Amerika – Jepang dengan kondisi bekas. Alhamdulillah.

Ia kemudian menjadi office boy di sebuah bank swasta di Tanjungpinang. Semuanya dilakukan dengan harapan bisa kuliah.

Dan Yono kemudian mendaftar kuliah. Kampusnya STAI Sultan Abdurrahman yang belakangan statusnya menjadi STAIN. Kala itu kampusnya di Batu 3, sekarang di Ceruk Ijuk.

Entah bagaimana caranya ia membagi waktu. Bekerja, kuliah, dan membuka kios stiker kecilnya di Jalan Soekarno Hatta, Tanjungpinang.

Saya masih rajin bertemu dengannya. Lalu saya tahu bagaimana ia begitu ingin mendekatkan diri dengan Tuhan yang maha kuasa. Sebisa mungkin menjaga salat wajib, puasa Senin Kamis. Yono benar-benar berjuang keras untuk hidupnya.

Belakangan ia juga minta didoakan karena membeli rumah dengan KPR. Dan saya datang ke rumahnya saat menikah, setahunan lalu.

Waktu terus berjalan. Hingga pada hari Sabtu, 16 November 2019, ia mengunggah foto-foto wisuda di Facebooknya. Saya baca komentar untuk statusnya tadi.

Salah satunya dari Agus Anto yang menuliskan Alhamdullilah kawan seperjuangan,,, selamat ya kawan tetap semangat terus janagn pernah menyerahhh

Komentar tadi dibalas Yono seperti ini: Alhamdulillah, Terimakasih mas Agus Anto Seperjuangan di MTs Al-Huda rowokele, klo ingat jaman dl mungkin gk pernah terbayang dan tidak mungkin jg terfikir untuk kuliah, tp smua ini campur tangn Allah, sehingga bisa smpe sekarang, Sukses jg mas agus anto ya

Selamat Yono… ***

Loading...