Deputi Gubernur BI: Kepri Perlu Perhatian

Loading...

BATAM (suarasiber) – Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo SE MSc PhD memberikan kuliah umum di depan mahasiswa di Universitas Batam (UNIBA), Jumat (13/04/2018). Kuliah dengan tema Perekonomian Indonesia dan Bauran Kebijakan Bank Sentral ini juga dihadiri 77 mahasiswa penerima beasiswa BI (GenBI) dari UMRAH, Tanjungpinang.

GenBI atau Generasi baru Indonesia ini didampingi Rektor UMRAH Prof Dr Syafsir Akhlus MSc, sejumlah dosen dan Ketua GenBI, Zulfikar.

Di depan mahasiswa, Perry yang lahir di Sukoharjo, Jawa tengah ini menjelaskan bahwa inflasi nasional dan daerah terkendali meski beberapa provinsi perlu mendapat perhatian.

GenBI Kepri berfoto bersama Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo SE MSc PhD usai kuliah umum. F-ist

Salah satunya yaitu Kepulauan Riau dengan inflasi 5,1 persen. Kondisi ini didorong tingginya komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat berfluktuasi (volatile foods). Menurut Perry, perekonomian Kepri cenderung tumbuh melambat disebabkan menurunnya kontribusi industri pengolahan dan sektor.

Perekonomian ekonomi Kepri sendiri ditopang industri pengolahan sebanyak 37 persen, konstruksi 18 persen, pertambangan 14 persen dan perdagangan 11 persen.

Selain itu juga dipaparkan pertumbuhan ekonomi dunia terus meningkat. Baik di negara maju maupun berkembang. Pada negara maju, pada tahun 2017 sebesar 2,4 persen dan 2018 sebesar 2,3 persen. Sedangkan pada negara berkembang, pada tahun 2017 sebesar 4,6 persen dan pada tahun 2018 sebesar 4,8 persen.

Mahasiswa UMRAH penerima beasiswa BI yang dikenal dengan Generasi Baru Indonesia (GenBI) Kepri sesaat setelah turun dari feri untuk mengikuti kuliah umum. F-ist

Selain pertumbuhan ekonomi dunia, pada tahun 2017, 8 komoditas utama dari tembaga, batubara dan sebagainya, naik cukup tinggi yakni 21,7 persen. Sedangkan pada tahun 2018 naik 2,8 persen.

Dua indikator ini memberikan prospek bagi peningkatan ekspor Indonesia. Namun yang jadi masalahnya adalah terkait kebijakan moneter khususnya suku bunga. Di negara maju seperti di Amerika misalnya, ada kenaikan suku bunga. Di tahun ini naik 3 kali masing-masing sebesar 0,25 persen dan untuk tahun depan naik 2 kali masing-masing sebesar 0,25 persen.

“Kenapa ini penting harus kita monitor? Karena dampaknya memang kurang menguntungkan bagi negara Indonesia. Jika suku bunga luar negeri naik, maka ada kecenderungan arus modal asing dalam negeri terbatas karena tingkat untuk mendapatkan hasilnya lebih tinggi,” imbuhnya.

Anggota GenBI merasa senang bisa mengikuti kuliah ini. Salah satunya Wan Nur Aniza mengaku mendapatkan banyak pengetahuan serta wawasan yang didapat khususnya tentang keadaan ekonomi di Kepri ini.

“Ternyata perekonomian di Kepri ini banyak ditopang dari Batam. Sangat disayangkan padahal banyak daerah di Kepri yang punya potensi. Dan saya baru sadar ternyata Kepri itu perekonomiannya sangat lemah untuk saat ini,” ujarnya.

Kiriman Silha Wildania Utami
Mahasiswa Teknik Informatika UMRAH

Loading...