Dulu Anak Nelayan Miskin, Sekarang Senior Bartender di Maladewa

Loading...
Lulusan Bintan Tourism Institute (BTI) Diakui Industri Pariwisata Dunia (1)

Percakapan kami, Sabtu (6/5/2018) hanya melalui aplikasi pesan singkat yang paling banyak digunakan manusia sejagat, Whatsapp. Lalu kisah hidup Chamaroel Zaman alias Irul pun tumpah lewat kalimat demi kalimat. Inilah anak nelayan miskin yang kini bergaji kira-kira Rp18 juta per bulan.

Sigit Rachmat – Tanjungpinang

Enam tahun sebelumnya. Irul tinggal di rumah nelayan yang sederhana, di Berakit, Bintan Utara. Ayahnya yang hanya nelayan tradisional dan ibunya seperti kebanyakan perempuan kampung, tak bisa memberikan banyak pilihan untuk masa depan Irul.

Usai SMA, lantaran kondisi perekonomian keluarganya, untuk membayangkan bangku kuliah saja sesuatu yang sangat besar. Bahkan menakutkan. Namun Irul dikaruniai sifat ngotot. Dalam hatinya, ia tak mau hanya menjadi lulusan SMA. Batinnya mengatakan, ia harus kuliah demi masa depan dirinya dan orangtua serta saudaranya.

Irul pandai berhitung. Ia mencoba menimbang, kuliah di mana yang sekiranya lulus ada peluang untuk bisa bekerja. Kalau pun nganggur ya tak terlalu lama. Kedua, kuliah di mana yang tak menguras kantong, pilihannya kampus yang tak usah berada di luar Bintan. Kalau punya uang mungkin tak masalah, Irul benar-benar tahu tak ada yang bisa dikuran untuk biaya kuliahnya.

Dalam pencariannya, tanya sana-sini, baca-baca referensi, akhirnya ia menyadari potensi wisata di Kabupaten Bintan memiliki celah yang cukup besar untuk dicoba. Irul pun berangkat ke kampus pariwisata di Lagoi.

Dia kalah 1 poin dan gagal untuk mendapatkan kuliah gratis. Artinya, jika mau kuliah dia harus membayar seperti umumnya mahasiswa lainnya. Padahal saat itu orang tuanya sedang susah-susahnya. Jelas tak akan mampu membiayai kuliahnya.

Akan tetapi karena begitu kuatnya dia bertekad untuk kuliah, maka meski sudah gagal dia masih tetap bertahan hingga seminggu di Lagoi dengan kondisi seadanya. Tetap berusaha untuk menuntut ilmu.

“Saya cakap dengan orang tua. Tolong saya, saya mau kuliah. Tapi orang tua tak mampu,” ucap anak bungsu dari dua bersaudara ini.

Agaknya semangat Irul menurun dari bapaknya. Tahu tekad dan semangat anaknya sekuat baja, lelaki ini tak ingin tinggal diam. Banyak jalan menuju Roma. Orang kampung yang masih setia dengan kayinannya bahwa Allah memberikan sesuatu yang diminta, ia berpedoman pada salah satu surah.

Alquran Surah Ar Ra’d ayat 11: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

Lalu terbersit sebuah rencana. Berdoa sudah dilakukan, kini saatnya beraksi. Ayah Irul menghubungi Radio Republik Indonesia (RRI) di Tanjungpinang, pada tahun 2013. Melalui corong radio disampaikan keinginan kuat anaknya dan ketidakmampuannya untuk membiayai kuliah anaknya.

Jalan Tuhan janganlah tebak. Ada tanggapan. Tak tanggung-tanggung lagi, orang itu Ansar Ahmad, Bupati Kabupaten Bintan kala itu.

“Bapak Ansar bilang, Sahid Bintan (kini namanya Bintan Tourism Institute, red) di Kijang sedang penerimaan. Saya langsung melucur ke sana. Mendaftar dan kuliah,” ucapnya.

Alhamdulillah diterima. Selesai? Belum!

Lepas dari uang pendaftaran bukan berarti Irul libur makan selama kuliah setahun. Belum lagi biaya transportasi. Lagipula untuk bolak-balik Berakit – Kijang bukan perkara yang mudah. Lain ceritanya jika ada angkutan umum reguler.

Irul lantas membuang rasa malunya, terkalahkan oleh semangatnya untuk kuliah. Kepada pengurus kampus Sahid Bintan, Irul terus-terang menyampaikan keinginannya bagaimana jika ada kesempatan diizinkan menjadi tukang sapu kampus.

Jadilah Irul yang mahasiswa nyambi sebagai cleaning service kampusnya sendiri. Kisah hidupnya  selintas mirip tokoh Lintang di Novel Laskar Anak Pelangi karya Andrea Hirata.

Masa suram itu telah berlalu. Ada pengorbanan dan perjuangan, ada hasilnya. Kini Irul adalah Senior Bartender di sebuah tempat wisata tersohor di Maldives (Maladewa). Sebelum di sini, Irul sudah melanglang sejumlah negeri di kawasan Middle East atau Timur Tengah. Bekerja di industri pariwisata.

Kepercayaan para pelaku industri dunia terhadap lulusan Bintan Tourism Institute tak lepas dari lembaga ini mendidik mahasiswanya dengan pengetahuan berstandar internasional. (bersambung)

Loading...