Buktikan Janji, Alias Wello Beli “Rumah Perubahan” di Kampung Mentigi, Bintan

Loading...

BINTAN (suarasiber) – Alias Wello (AWe) membuktikan janjinya untuk berdomisili di Kabupaten Bintan. Setelah dinyatakan resmi diusung Partai Nasdem, AWe langsung membeli rumah di kawasan Mentigi, Tanjunguban, Bintan Utara, Sabtu (29/8/2020).

Dikenal sebagai pribadi yang humble dan sederhana, AWe tidak mencari vila eksklusif dan sulit terjamah.

AWe juga tidak mencari rumah mewah berpagar tinggi, yang membuat warga sulit berinteraksi.

Satu unit rumah panggung sederhana di Kampung Mentigi, yang dia beli. Rumah yang berada di tengah perkampungan warga. Agar, dia bersebati dengan warga sekitarnya.

Sekaligus, bisa merasakan denyut nadi segala persoalan yang dirasakan masyarakat dan melayani secara langsung tanpa jarak. Dan, tanpa banyak birokrasi atau protokoler.

AWe memang dikenal cepat dan terbiasa melayani, bukan dilayani. Itu sebabnya dalam setiap kegiatannya nyaris dilakukan tanpa banyak birokrasi dan protokoler.

Termasuk, saat melakukan perjalanan dinas, nyaris semua dilakukan sendiri dan dengan biaya sendiri.

Selain lebih cepat, juga bertujuan agar anggarannya bisa digunakan untuk membangun daerah.

“InsyaAllah, dalam waktu dekat, saya sudah berdomisili di Bintan. Saya sudah membeli satu unit rumah panggung di Kampung Mentigi,” kata AWe saat dikonfirmasi Minggu (30/8/2020).

AWe mengaku tak risih tinggal di rumah yang jauh dari kata layak, untuk ukuran seorang pejabat dan berbaur dengan masyarakat. Meski, statusnya saat ini masih menjabat sebagai Bupati Lingga.

“Tak ada yang perlu dibangga-banggakan. Bupati itu juga manusia biasa dan salah satu tugasnya, adalah melayani warganya.

Seorang Alias Wello itu, ya begini orangnya. Juga terlahir dari orang tua dengan kondisi yang sangat terbatas,” ungkapnya.

AWe menceritakan masa kecilnya yang suram karena hanya mengandalkan penghasilan dari seorang bapak dengan status sebagai pekerja rendahan di PT. Timah yang beroperasi di Singkep, Kabupaten Lingga.

“Umur 13 tahun saya sudah ditinggal ibu dengan 5 orang adik yang masih kecil-kecil. Bapak saya buta huruf.

Bayangkan, apa yang harus dibuat dalam kondisi seperti ini? Ya, saya jualan kue,” beber AWe, yang jika melakukan perjalanan dinas nyaris tak pernah menginap di hotel berbintang.

Sebagai anak tertua, tak jarang AWe berperan sebagai ibu untuk 5 orang adik-adiknya yang masih kecil. Setiap pagi sebelum pergi sekolah, AWe harus memastikan adik-adiknya sudah mandi dan memberinya sarapan.

“Ya, itulah sekilas kehidupan saya di masa kecil yang sangat membekas dan selalu menjadi spirit dalam setiap perjuangan saya menapaki kehidupan. Jadi, dalam kondisi dan status apapun, saya sudah terbiasa,” kisahnya.

Pantauan suarasiber.com di lapangan, rumah panggung berukuran sekitar 7 x 5 meter yang dibeli AWe di Kampung Mentigi tersebut, tiangnya terbuat dari beton. Sedangkan, bagian atasnya seperti lantai dan dinding terbuat dari kayu yang sudah dimakan usia.

Untuk menuju rumah yang diberi nama oleh AWe sebagai “Rumah Perubahan” itu, pengunjung harus berjalan kaki di atas pelantar beton dan kayu sekitar 100 meter.

“Rumah itu saya beri nama Rumah Perubahan. Tak perlu mewah-mewah. Yang penting, ada tempat untuk istirahat dan mengikat speedboat,” jelasnya. (yda) 

Loading...