Pasangan Cantik atau Tampan Namun Selingkuh, Bisakah Dimaafkan?

Loading...

Suarasiber.com – Cabaca menggandeng Jakpat kembali mengadakan survei terkait perselingkuhan. Kali ini bertajuk “Loving and (Then) Cheating”.

Berdasarkan rilis yang diterima redaksi suarasiber.com, hasil survei menunjukkan 83,98% responden tidak akan memaafkan pasangannya jika berselingkuh meskipun memiliki visual yang tampan atau cantik.

Responden yang memilih tidak memaafkan pasangannya berpendapat jika mereka akan merasa sulit untuk percaya lagi, selingkuh tidak dibenarkan, hingga berpendapat jika visual yang tampan atau cantik tidak ada hubungannya dan tidak berpengaruh karena pengkhianatan yang sudah dilakukan pasangan membuat kepercayaan dalam hubungan menghilang.

Sebesar 16,02% memilih memaafkan pasangannya yang memiliki visual yang tampan atau cantik. Hal ini dilakukan dengan berbagai alasan, seperti memberikan kesempatan kepada pasangan untuk berubah, masih adanya rasa sayang, memaafkan jika pasangan berjanji untuk tidak berselingkuh lagi, hingga tergantung seberapa jauh perselingkuhan.

Lebih lanjut, dengan kasus yang melibatkan public figure, isu perselingkuhan menjadi sering dibahas dan menjadi sorotan.

Dari situ menanggapi kasus perselingkuhan yang terjadi saat ini sebanyak 65,80% responden memilih lebih berhati-hati dalam menjalin relationship. Lalu sebesar 12,55% responden berpendapat jika hal tersebut tidak berpengaruh sama sekali, kemudian diikuti 11,26% yang tetap menjalin hubungan, dan 10,39% responden memilih tetap single.

Mengenai bagaimana cara untuk mencegah pasangan atau diri sendiri selingkuh, para responden memberikan pendapat jika selingkuh dapat dicegah dengan menjaga komunikasi, saling percaya, memperlakukan pasangan sebaik mungkin, saling berkomitmen dan menghargai, tidak memberi banyak peluang untuk orang ketiga, hingga mencari tahu ketertarikan pasangan terhadap kita dan meng-upgrade diri sesuai yang diinginkan pasangan.

Di Indonesia, film layangan putus yang diangkat dari novel berjudul sala menarik perhatian warga Indonesia. Juga sejumlah karya tentang perselingkuhan, juga laris.

Menurut salah satu editor Caba, Citra Ayunung Tyas, pada umumnya, tujuan pembaca membaca cerita fiksi adalah untuk sejenak ‘lari’ dari rutinitas hidup. Sejumlah survei membuktikan sebagian besar orang Indonesia punya pengalaman selingkuh atau diselingkuhi.

Dengan membaca karya yang bertema perselingkuhan mungkin orang-orang tersebut bisa sedikit merasakan kehidupan alternatif di mana keputusan yang mereka buat dalam hidupnya terkait perselingkuhan ini ‘diterapkan’ atau ‘tidak diterapkan’ dalam sebuah cerita.

“Pembaca nantinya pasti akan mendapat perspektif baru bagaimana menyikapi sebuah hubungan, pengkhianatan dan kekecewaan,” ujar Citra.

Konten-konten di platform Cabaca pun tidak luput dari topik-topik yang diminati oleh para pembacanya. Salah satunya topik perselingkuhan yang dikemas dengan baik dengan melalui proses kurasi. Novel-novel ini menggambarkan bagaimana sebuah hubungan dengan pasangan yang memiliki visual yang menarik, namun karena pengkhianatan membuat hubungan ini tidak berjalan sesuai harapan.

Sebut saja novel Perempuan yang (Tak) Sempurna karya Mei Shin Manalu, novel Affair with Bastard CEO karya Yuuki Ahmad, novel How to Move On in 7 Days karya Rina Sui, novel Loving Alexander karya Suwati Van Rooij, Cleopatra karya Ivy Nata, hingga novel Come Back Home karya Pingumerah.

“Kita mungkin sering mendengar celetukan, pantas saja selingkuh soalnya orangnya ganteng atau cantik jadi banyak yang suka. Atau celetukan tentang betapa enaknya punya pasangan yang menarik secara visual. Padahal ya niat selingkuh tidak hanya menjangkiti orang yang visualnya menarik aja kan? Atau ya justru karena visualnya menarik, mungkin akan semakin challenging mempertahankan hubungan. Terlepas bagaimana visualnya, masih banyak orang yang berbesar hati mau memaafkan pasangannya,” ungkap Fatimah Azzahrah, Co-Founder Cabaca/

Memaafkan perselingkuhan mungkin berat tapi dapat dilakukan jika pasangan berkomitmen untuk memperbaiki hubungan dan mencegah diri sendiri untuk tidak melakukan hal yang sama ke depan. (***)

Editor Ady Indra P

Loading...