Kadisbudpar Tanjungpinang Muhammad Nazri Lantik Kepengurusan Baru Arema Bintan Raya

Loading...

Suarasiber.com – Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri melantik Ketua dan Pengurus baru Arema Bintan Raya, Ahad (11/6/2023).

Acara pelantikan yang dilangsungkan di halaman RRI Tanjungpinang, juga dimeriahkan dengan penampilan atraktif dari kesenian tradisional Jawa Timur, seni Bantengan dan Putra Birawa.

Kehadiran kedua kesenian tersebut berhasil mencuri perhatian dan menghibur masyarakat yang hadir. Suara gemuruh tepuk tangan dan sorak sorai pun terdengar, setiap kali Bantengan dan Putra Birawa tampil.

Muhammad Nazri mengapresiasi pengurus Arema Bintan Raya, yang telah memberikan pengalaman yang tak terlupakan kepada anggota dan pengunjung yang hadir dalam pelantikan ini.

“Pelantikan ini sangat istimewa dengan adanya pertunjukan seni Bantengan dan Putra Birawa. Kesenian tradisional ini menghadirkan semangat dan kegembiraan bagi masyarakat. Begitu juga, para pengurus bisa merasakan kebanggaan dan kebersamaan dalam acara ini,” kata Nazri.

Nazri meyakini bahwa ketua dan pengurus yang baru dilantik ini akan membawa Arema Bintan Raya semakin maju dan kebudayaannya dikenal oleh masyarakat secara luas.

Ia pun mengajak ketua dan pengurus baru untuk berkolaborasi dalam pelestarian dan pengembangan seni dan budaya yang beragam di kota Tanjungpinang.

“Pemko terus mendukung. Saya yakin Arema Bintan Raya dapat menjadi wadah inspiratif bagi para pelaku seni dan mampu memberikan kontribusi positif untuk pengembangan kebudayaan di kota Tanjungpinang,” ucap Nazri. (***)

Editor Yusfreyendi

Pajanan Rokok Sebabkan Anak jadi Stunting
Dipublikasikan Pada : Rabu, 07 Juni 2023 00:00:00, Dibaca : 372 Kali
Jakarta, 7 Juni 2023

Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Endang Sumiwi mengungkapkan bahwa merokok dapat memperburuk kesehatan seseorang, terutama pada anak dapat berpotensi menyebabkan stunting.

Hal itu ia ungkapkan berdasarkan penelitian dari Pusat Kajian Jaminan Sosial UI pada 2018. Temuan dari penelitian itu adalah Balita yang tinggal dengan orang tua perokok tumbuh 1,5 kg lebih kurang dari anak-anak yang tinggal dengan orang tua bukan perokok.

Dalam penelitian tersebut juga disebutkan 5,5% Balita yang tinggal dengan orang tua perokok punya risiko lebih tinggi menjadi stunting.

”Kita tahu bahwa angka stunting kita masih tergolong tinggi menurut kategori WHO yaitu di atas 20%, sementara Indonesia masih 21%. Kalau Balita berpotensi terpapar rokok di rumahnya maka ini menjadi salah satu hambatan kita dalam menurunkan stunting,” ujar Dirjen Endang, Jakarta, Senin (29/05).

dr. Endang berharap keluarga-keluarga Indonesia mengalihkan belanjanya dan melakukan prioritas ulang pengeluarannya bukan untuk rokok. Kalau tidak salah ada data dari Global Adult Tobacco Survey sebesar Rp.382.000 per bulan yang dikeluarkan orang dewasa untuk beli rokok dalam keluarga.

Hal itu bisa dialihkan untuk beli protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak untuk tumbuh supaya tidak stunting.

”Kalau mau berkontribusi untuk stunting, para orang tua tidak usah merokok dan lebih baik gunakan uangnya untuk membeli protein hewani seperti telur,” ungkap Dirjen Endang.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan konsumsi rokok dan hasil tembakau mempunyai dampak terhadap sosial ekonomi dan Kesehatan. Data Survei Sosial Ekonomi Nasioanl (Susenas) 2021 menjelaskan pengeluaran keluarga untuk konsumsi rokok tiga kali lebih banyak daripada pengeluaran untuk kebutuhan protein di keluarga.

”Berdasarkan data tersebut belanja rokok merupakan belanja terbesar kedua di keluarga dan tiga kali lebih tinggi daripada beli telur,” ucap Dirjen Maxi.

Rokok, tambah dr. Maxi, jadi persentase pengeluaran keluarga terbesar kedua sebanyak 11,9% baik di perkotaan maupun di pedesaan dibandingkan untuk mereka yang mengkonsumsi makanan bergizi seperti telur, daging, dan ayam.

Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dr. Feni Fitriani Taufik menjelaskan di RS Persahabatan pernah ada penelitian pada bayi. Ada tiga kelompok bayi yang dilahirkan yakni dari ibu yang tidak merokok, ibu yang jadi perokok pasif, dan ibu perokok aktif.

Hasilnya didapatkan bahwa pada plasenta bayi dengan ibu perokok aktif dan pasif itu sama-sama ditemukan nikotin. Kemudian dari waktu lahir pun panjang badan dan berat badan bayi jauh lebih kecil dan lebih pendek dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak merokok.

”Jadi, pajanan rokok berpengaruh bukan saja setelah lahir, tapi di dalam kehamilan pun itu sudah sangat berpengaruh kepada bayi,” ungkap dr. Feni.

Ia melanjutkan, ada istilah secondhand smoke dan thirdhand smoke. Secondhand smoke adalah asap rokok yang dilepaskan oleh perokok kemudian dihirup oleh orang-orang di sekitarnya.

Sementara thirdhand smoke adalah sisa bahan kimia dari asap rokok. Umumnya tidak terlihat tapi berbahaya, bukan hanya asap tapi residu dari orang yang merokok yang menempel terutama di dalam rumah seperti gorden, karpet, dan sofa.

”Itu mengandung kimia berbahaya jika terhirup oleh orang-orang yang ada di rumah seperti anak-anak Balita,” tutur dr. Feni.

”Kalau berbicara stunting, secondhand smoke dan thirdhand smoke menyebabkan beban ekonomi keluarga akan berlipat. Sebab perkembangan anak terganggu,” tambahnya.

Layanan Berhenti Merokok

Kementerian Kesehatan memiliki layanan konseling berhenti merokok gratis. Layanan ini untuk mempermudah bagi siapa saja yang ingin berhenti merokok namun karena alasan tertentu belum bisa datang ke fasilitas kesehatan untuk konsultasi.

Masyarakat bisa menghubungi nomor berikut :

Loading...