Jantung Bayi Tak Lagi Bocor, Terima Kasih Dokter Rizky Adriansyah dan RS Awal Bros, Batam

Loading...

Suarasiber.com – Tidak ada yang lebih pantas diucapkan selain ucapan terima kasih seperti yang tertera pada judul berita ini.

Judul itu pun sudah diringkas. Karena selain terima kasih ada juga doa terbaik khususnya untuk Dokter Rizky Adriansyah, Sp.A, Subsp. Kardio.

Atas upaya Dokter Rizky dan tim terbaiknya di RS Awal Bros di Jalan Gajah Mada, Batam yang telah menambal kebocoran jantung pada bayi usia 11 bulan, Ahmad Radhika Ramadhan di pekan kedua Maret 2023.

Kebocoran jantung sekitar 3,8 mm itu ditambal dengan teknologi modern kateterisasi di RS Awal Bros. Yang berarti tidak perlu melalui operasi belah dada.

Waktu pemasangan tambal di jantung bayi yang bocor itu tidak pakai lama atau hanya sekitar 1 jam.

Meski hanya 1 jam saja, namun proses persiapan sudah dilakukan sejak beberapa bulan sebelumnya.

Konsultasi dan pemeriksaan berkali-kali dilakukan dengan cermat. Dan disertai upaya penambahan berat badan bayi. Untuk mencapai berat minimal 6 Kg.

Tidak mudah untuk melakukan konsultasi dan pemeriksaan, karena bayi itu berada di Tanjungpinang, Ibu Kota Provinsi Kepri.

Yang berarti harus menyeberang dengan menggunakan kapal feri dari Tanjungpinang atau speedboat dari Tanjunguban, Bintan.

Apalagi saat Kepri dan sekitarnya sedang dalam pengaruh fenomena cuaca Vorsteks Borneo.

Fenomena cuaca yang bikin hujan rajin turun disertai angin kencang. Yang otomatis membuat gelombang menjadi lebih tinggi.

Akan tetapi kendala jarak dan cuaca terhapus saat tiba di RS Awal Bros, Batam. Bukan cuma oleh harapan akan utuhnya jantung bayi. Tapi juga oleh keramahan staf di rumah sakit tersebut.

Keramahan yang natural, bukan yang disetel. Padahal, pasien bayi jantung bocor datang dengan fasilitas BPJS. Atas rujukan dari RSUP Raja Ahmad Tabib, Tanjungpinang.

Keramahan yang terus diterima keluarga pasien hingga pemeriksaan sepekan setelah  pascakateterisasi penambalan jantung bocor.

Jantung Bocor

Tidak ada orang tua manapun yang ingin mendengar kabar bayinya mengalami kebocoran jantung!

Tapi itu fakta yang harus diterima. Dan awalnya sangat memukul psikis orang tua Ahmad Radhika Ramadhan.

Terlebih kebocoran itu di atas 3 mm, yang berarti tidak bisa sembuh (menutup) dengan sendirinya hanya dengan meminum obat-obatan.

Satu-satunya upaya yang harus dilakukan, adalah menambal kebocoran pada jantung itu.

Yang terbayang pertama sekali, adalah operasi besar (belah dada). Siapa yang tidak takut? Apalagi dilakukan pada bayi!

Namun, semua bayangan mengerikan itu hilang saat pertama kali bersua Dokter Rizky Adriansyah.

Pertemuan pertama dengan Dokter Rizky begitu mengesankan. Ramah, penuh optimisme dan menenangkan.

Rasanya, belum diobati dan baru ketemu dokternya saja setengah penyakit sudah hilang. Begitulah kesan pertama bertemu Dokter Rizky.

Ketenangannya dan keramahannya membuat segala bayangan yang mengerikan tentang penambalan jantung bayi yang bocor jadi hilang.

“Kami di ruangan sebelah tempat operasi (kateterisasi) jantung Dhika. Kami hitung ada 11 orang (dokter dan tim).

Rasanya tak tentu badan waktu Dhika dibawa masuk ruangan itu. Tapi kami dengar nada riang dari ruangan itu selama proses berlangsung.

Jadi tenang kali rasanya dengar suara (riang) tu. Jadinya rasa optimis yang muncul. Hati jadi tenang rasanya,” kata Irfan dan Yaya, orang tua Dhika.

Kini, Dhika sudah berusia 11 bulan setengah. Tubuhnya yang sebelumnya kurus (lazim pada bayi yang jantungnya bocor), kini mulai berisi.

Giginya pun mendadak muncul dua buah. Makannya sudah banyak, bahkan segala makanan dimakan. Termasuk gonggong dan ketam (kepiting) rebus. Maklum anak pulau.

Wajahnya selalu semringah. Tawanya lepas, tangisnya juga keras. Tak lagi terbatuk-batuk. Tak lagi megap-megap.

Menjelang usianya 12 bulan, Dhika sudah berperilaku layaknya bayi dengan jantung yang sehat pada umumnya.

Kini, hanya ada rasa sukur kepada Allah SWT dan ucapan terima kasih kepada Dokter Rizky Adriansyah dengan tim serta RS Awal Bros, Batam. Jazakallahu khairan. (zainal)

Editor Nurali Mahmudi

Loading...