Korupsi Itu Enak!

Loading...

Suarasiber.com – Korupsi itu enak! Apalagi tidak ketahuan dan tetap bebas sampai pensiun. Apes sedikit kalau ada oknum yang tahu. Tapi tak apa palingan jadi ATM berjalan sebentar.

Maklum saja karena negeri ini lama dijajah VOC selain Belanda. Jadi, masih banyak oknum yang bermental VOC.

Enaknya korupsi itu karena hidup bisa lebih nyaman. Semua keinginan bisa didapat. Seperti mau beli mobil yang harganya ribuan kali lipat di atas gaji dan tunjangan.

Atau membeli perhiasan, aksesoris dan busana yang harganya selangit. Tas atau jam bermerek dengan harga puluhan hingga ratusan juta bukan perkara sulit.

Atau bisa pelesiran ke sana-sini sambil memuaskan hobi mahal. Sesekali naik ke mimbar seolah-olah menjadi ahli agama, biar orang yang tak kenal jadi takjub.

Namun, yang paling enak adalah harga diri jadi naik. Apalagi, selepas menjalani hukuman pun masih bisa jadi orang penting, masih bisa jadi pejabat lagi.

Dipuja disanjung sama mertua, ipar, kerabat dan handai taulan karena sering menyiram mereka. Selain juga karena dinilai sukses bisa kaya raya.

Hingga kini, ukuran sukses adalah bisa kaya raya. Tak peduli dari mana sumbernya. Sukses belum diukur dari seberapa kali jatuh dan seberapa cepat bisa bangkit lagi.

Itu sebabnya hingga kini korupsi masih seperti sebuah perlombaan. Walaupun segala biaya hidup mulai dari beli micin sampai ongkos pipis dan eek pun sudah ditanggung negara, tetap saja korupsi jalan terus.

Tunggu kesempatan datang, gas! Gas pun ditekan semakin dalam jika melihat situasi sekitar yang kondusif. Apalagi di negeri ini segala sesuatunya sangat bisa diatur.

Karena segala urusan masih tergantung siapa leader-nya. Bukan karena sistem yang mengaturnya.

Kalau sudah masuk penjara pun masih sangat dihormati dan disebut penyintas, yang dalam bahasa orang bule disebut survival.

Menurut tinjauan pustaka dari situs pustaka.kemhan.go.id, surival adalah kemampuan seseorang untuk bertahan hidup dalam keadaan yang kurang menguntungkan di sekelilingnya. Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi.

Agak bingung jika koruptor (orang yang sudah divonis hakim dan menjalani tahanan), disebut penyintas.

Tak heran jika ICW pun berteriak sengit, protes koruptor disebut penyintas. Bonyamin aktivis antikorupsi ternama di Tanah Air pun ikut pusing mengetahui sebutan penyintas bagi koruptor itu.

Tapi sebetulnya tak perlu bingung jika kembali mengingat bahwa segala sesuatunya diatur leader, bukan sistem.

Korupsi itu enak! Benar-benar enak. Meskipun korupsi itu artinya beda tipis dengan maling. 

Bedanya, kalau maling yang ditangkap bisa babak belur di sana-sini. Dan, tak ada yang bisa jadi bintang televisi, apalagi dikunjungi banyak orang penting sejak sidang sampai di tahanan.

Lain dengan koruptor yang sejak sidang bisa jadi bintang televisi, bisa jadi trending topik di medsos atau masuk trends google harian.

Koruptor juga tak perlu khawatir di dalam tahanan jadi susah seperti maling ayam atau penjambret ponsel.

Ingat! Segala sesuatunya di negeri ini tergantung leader, bukan sistem!

Sistem tinggal sistem, semakin kuat dan ketat pagarnya, semakin besar pula biaya entertainnya.

Karena korupsi itu enak! Maka, beragam tinjauan hukum, baik hukum negara maupun hukum agama, yang menegaskan bahwa korupsi itu salah, nyaris tak memberi dampak baik.

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak,  (wikipedia.org).

Ujung korupsi yang disebut di atas, adalah kleptokrasi. Seperti disampaikan pengajar Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Gun Gun Heryanto.

Menurut Gun Gun, kleptokrasi biasa diartikan sebagai negara yang diperintah oleh pencuri. Penguasa memakai uang rakyat untuk memperkaya diri sendiri atau korupsi.

Praktik korupsi dilakukan dengan menyelewengkan kewenangan untuk memengaruhi kebijakan, (kompas.com).

Secara garis besar bisa diartikan pemerintahan yang dipimpin maling!

Maling jadi pemimpin sudah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagaimana disampaikan Marcus Tullius Cicero (106-43 SM).

Cicero masyhur dengan ucapannya, ikan membusuk dimulai dari kepalanya. Agar, seluruh ikan tidak membusuk maka kepalanya harus dipotong dan dibuang.

Ucapan Cicero disampaikannya di saat Romawi tengah dilanda korupsi parah. Dan, akhirnya hancur berkeping sama seperti VOC. Hancur dimakan korupsi.

Kehancuran yang bisa dipelajari -bagi yang mau saja- karena belajar itu tidak enak. Beda dengan korupsi. Korupsi itu enak! (sigit rachmat, [email protected])

Loading...