Gairah Petani Padi di Kabupaten Lingga…

Loading...

DAIK LINGGA (suarasiber) – Puluhan petani padi di Desa Panggak Darat, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri sedang menunggu panen. Tak pernsh terpikir oleh mereka, padi bisa tumbuh di daerah ini.

“Kementerian Pertanian baru kemarin memberikan bantuan pertanian untuk Kepri. Selama ini ada bantuan saja ditolak karena memang belum ada database pertanian di Kepri,” ujar staf khusus Bupati Lingga, Ady Indra Pawennari saat mengunjungi lahan persawahan Pamggak Darat, Sabtu (21/9/2019).

Saat itu warga tengah gotong royong membersihkan lahan untuk ditanami padi. Mereka semakin bergairah karena Wabup Lingga M Nizar juga ikut bertani bersama warga.

Staf khusus Bupati Lingga, Ady Indra Pawennari di tengah sawah padi di Panggak Darat, Lingga. Foto – man/suarasiber

“Ini bentuk kepedulian dan rasa optimis bahwa padi bisa ditanam di tanah ini,” ujar Wabup didampingi petugas penyuluh pertanian, Rudi juga Kades Panggak Darat, Zumlafriza.

Wabup juga sudah minta izin Bupati, kepada pegawai Pemkab Lingga yang memiliki lahan kosong belum tergarap untuk ditanami padi.

“Kan tidak harus setiap hari ditangani sendiri. Bisa diurus para petani,” imbuh Nizar.

Rasa optimis juga dirasakan Rudi. Penyuluh pertanian ini menjelaskan, saat ini sudah ada varietas padi jenis Impago atau padi gogo, IPB 3S dan Sentani. Dalam bulan ini sudah ada yang bisa dipanen.

Wabup Lingga bersama Penyuluh Pertanian, Rudi.

“Yang punya Pak Wabup ini bibitnya bahkan dari hasil panen kita musim lalu. Lihatlah tumbuh subur dan bagus, padahal airnya kurang maksimal,” katanya.

Hal senada juga disampaikan Zulmafrizal, kades yang selama 3 tahun menggunakan ratusan dana desa untuk fokus di pertanian. Yang terakhir ialah mengeluarkan Rp300 juta untuk pengairan menggunakan pipa.

Petani padi Panggak Darat memang baru panen dua kali, namun potensi pertaniannya sudah dilirik investor luar provinsi.

Disampaikannya, seorang investor dari Yogyakarta berharap bisa mengelola 30 hektare lahan di sini untuk ditanami padi.

Kementan telah menyiapkan 135 hektare lahan di desa ini untuk pertanian. Namun baru 70-an hektare yang ditanami. Karena itu Zulmafrizal berharap warganya yang belum menggarap lahan sawahnya bisa mulai.

Memang untuk satu hektare lahan terasa berat jika ditanggung sendiri. Hal ini disampaikan Nusbar dan Abdul Rachman, petani padi Panggak Darat.

Biaya operasional dari awal sampai panen untuk satu hektare lahan berkisar Rp5 sampai 6 juta.

“Satu hektare bisa diolah dua atau tiga petani dahulu,” kata Nusbar yang sudah pernah menjual padi hasil panennya pada panen sebelumnya.

Sedangkan Rachman optimis padi bisa menjadi alternatif petani. Apalagi lahan sudah disiapkan pemerintah.

Padi di Lingga sebenarnya tak lepas dari peran Staf Khusus Bupati Lingga, Ady Indra Pawennari. Ia memulainya di Desa Sungai Besar, juga di Daik. Bahkan ia mendatangkan belasan petani dari kampungnya di Sulawesi untuk menyosialisasikan bertanam padi di Sungai Besar.

Semuanya dibiayai dari koceknya sendiri. Ia pun turut senang akhirnya padi mulai diterima petani di Kabupaten Lingga.

Nusbar dan Abdul Rachman, petani padi Panggak Laut. Foto – man/suarasiber

Kini ia memiliki akses ke pusat, dan Kepri pun sudah masuk database pertanian di Kementan.

“Alhamdulillah Pak Menteri Amran beberapa waktu lalu turun ke Lingga untuk melihat sawah padi,” ujar Ady kepada suarasiber. (man)

Loading...