Tambelan, Terbiar dan Terpencil Sendirian di Laut Natuna

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Tambelan, adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bintan yang terletak sekitar 365 Km dari Tanjungpinang, dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 24 jam dengan kapal Pelni. Secara geografis posisinya memang lebih dekat ke Pontianak, Kalimantan Barat.

Melihat posisi geografisnya, Tambelan terlihat seperti terpencil sendirian di Laut Cina Selatan (kini disebut Laut Natuna).

Di kecamatan yang terpencil ini terdapat 1 kelurahan dan 7 desa, desa terjauh letaknya sekitar 90 Km dari Kota Tambelan, yaitu Desa Pulau Pengikik. Untuk mencapainya perlu waktu sekitar 8 jam dengan pompong.

Desa terjauh lainnya, yaitu Desa Pulau Mentebung yang berjarak sekitar 75 Km dari Kota Tambelan. Selanjutnya, ada Desa Pulau Pinang yang jaraknya ke Tambelan sekitar 80 Km.

“Jumlah penduduknya sekarang sekitar 5 ribuan orang. Sudah termasuk yang di luar Pulau Tambelan Besar. Sekitar 97 persen dari 5 ribuan orang itu berdomisili di Kota Tambelan dan sekitarnya,” kata tokoh pemuda Tambelan, Robi Patria menjawab suarasiber.com, Jumat (22/3/2019).

Robi yang tengah menempuh pendidikan Strata 3 (doktoral) di Malaysia, menambahkan, jumlah pemilih untuk Pemilu 2019 tercatat sekitar 3.800 orang. Yang berarti di kecamatan terjauh di Kabuaten Bintan ini banyak dihuni oleh penduduk usia produktif.

Sayangnya, produktifitas itu terganggu dengan terbatasnya aliran listrik. Listrik di Tambelan hanya mengalir dari sekitar pukul 17.00 hingga sekitar pukul 06.00. Akibat terbatasnya aliran listrik itu ada kesan kecamatan ini seperti terabaikan.

“Sudah pernah diajukan ke PLN, agar listrik bisa 24 jam. Bupati juga sudah pernah mengajukan ke PLN. Tapi, sampai sekarang belum ada tanggapan,” ucap Robi.

Jika ingin mendapatkan listrik di jam produktif, warga harus membayar sewa genset yang ada di kantor desa. Sewa itu untuk membeli bensin yang menyalakan genset.

Tak hanya aliran listrik, untuk komunikasi yang menggunakan jaringan internet seperti WhatsApp, warga harus ke kantor desa tertentu saja. Selebihnya hanya bisa SMS dan telepon.

Terbatasnya jaringan komunikasi menambah kuat kesan terabaikannya kecamatan ini. Karena, listrik dan jaringan komunikasi internet termasuk sarana produksi yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas.

Baca Juga:

Tengah Disiapkan Pembangunan Pos Lintas Batas Negara di Natuna

Gubernur Kepri Lepas Ekspor Produk Pertanian ke 8 Negara

Tommy Soeharto: Kami Hadir Memberi Bukti, Bukan Janji

Bupati Lingga Laporkan Mantan Bupati Lingga ke Komisi Ombudsman RI

Kesan terabaikan semakin kuat, jika melihat pelantar yang menghubungkan ke pelabuhan tempat kapal Pelni sandar. “Ada pelantar yang gak siap dibangun. Terputus. Terputus gak dilanjutkan. Padahal tinggal 1 km aja lagi,” ungkap Robi.

Pelantar ini dibangun oleh Pemprov Kepri saat dipimpin Gubernur Ismeth Abdullah. Setelah Ismeth tak menjabat, pelantar itu terbengkalai hingga tahun 2019 sekarang ini.

“Sejak zaman Ismeth. Habis itu selesai,” imbuh Robi, sembari menambahkan tidak ada kelanjutan pembangunannya dari Pemkab Bintan. Karena sudah menjadi proyek Provinsi Kepri.

Kepulauan Tambelan dikenal memiliki potensi wisata bahari yang potensial. Namun, potensi itu tak tergarap maksimal, karena sulitnya transportasi reguler dari dan ke Tambelan ke Tanjungpinang atau Batam. Hanya ada kapal Pelni yang melayani 1 kali seminggu ke Tambelan.

Jika berangkat Senin, maka kembalinya Senin depan. Kecuali ada rombongan pejabat kabupaten yang datang setahun sekali. Beda jauh dengan ke Tarempa, ada kapal feri cepat yang melayani perjalanan dari Batam ke Tarempa setiap hari. Entah sampai kapan Tambelan akan terpencil dan terbiar. (mat)

Loading...