Kisah Perjuangan Para Penggagas Pesantren Ulil Ilmi Cendekia di Batam

Loading...

BATAM (suarasiber) – Pondok Pesantren Ulil Ilmi Cendekia (UIC) yang berada di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau kini mendidik ratusan santri. Namun untuk bisa sampai seperti sekarang, kisahnya penuh perjuangan.

Dimulai pada tahun 2016 silam, dua pemuda yakni Ustaz Hadi Wasyari dan Ustaz Masrum sepakat mendirikan pesantren. Niat ini sebelumnya sudah dibicarakan dalam diskusi diantara mereka dan juga teman lainnya.

Namun pada tahun itu bukan hal mudah untuk mendapatkan lahan yang lebar untuk mendirikan pesantren. Keluarga, teman, saudara, kenalan dan kolega semuanya dihubungi untuk diajak diskusi.

Karena belum bertemu dengan orang-orang yang diharapkan, akhirnya mereka mencoba mendatangi Hardi Slamet Hood yang saat itu masih duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI daerah pemilihan Kepri.

“Alhamdulillah beliau menyambut baik keinginan kami,” tutur Pimpinan Ponpes UIC, Ustaz Abna Hanif Novel saat wawancara dengan suarasiber.com di lokasi pesantren, kemarin.

Bukan hanya menyambut gagasan ketiganya, Hardi Hood pun membantu menyebarkan gagasan Ustaz Hadi Wasyari dan teman-temannya.

Beberapa saat kemudian dukungan datang dari sejumlah tokoh. Diantaranya Lusi dari BP Batam, Monalisa Hamzah, Nyimas dari DPRD serta Ustaz Pramono Hadi.

santri uic 25 juni
Keceriaan para santri di Ponpes Ulil Ilmi Cendekia, Batam. Foto – zainal/suarasiber

Pertemuan dan diskusi pun intens dilakukan. Akhirnya disepakati untuk mendirikan yayasan lembaga pendidikan dan membahas nama pesantren. Lahirlah nama Ulul Ilmi Cendekia yang disingkat UIC.

Filosofinya, ulil ilmi artinya orang orang yang ahli di bidang agama, sedangkan cendekia adalah orang orang yang cerdas ilmu dan saintis.

Ketika lahan tersedia, yakni di Patam Lestari, Tanjungpinggir, Sekupang, kendala lainnya ialah dana untuk membangun Ponpes UIC. Untuk berjuang ke arah kebaikan, Tuhan senantiasa memberikan jalan. Atas bantuan Ustaz Syaiful yang menggaet teman-temannya di luar negeri, investor pun datang.

Pada tahun 2018 bangunan didirikan Ponpes UIC. Targetnya, pada tahun pelajaran baru tahun itu bisa menampung sedikitnya 100 santri.

Namun yang mendaftar hanya 9 santri. Jumlah itu sama dengan guru yang dipersiapkan.

“Kami sudah berniat, meski dengan 9 santri akhirnya proses belajar mengajar tetap dilaksanakan dengan sungguh-sungguh,” kenang Ustaz Novel.

Ia menceritakan, pada pelaksanaan upacara pertama, nasihat yang disampaikan kepada para santri ialah dorongan dan semangat. Salah satu kalimat yang diserukan ialah: anak anakku walau badanmu kecil tapi jiwamu harus besar, cita citamu harus tinggi.

Semester kedua POnpes UIC mendapatkan 6 santri baru pindahan dari sekolah lain. Pada tahun kedua, santri yang belajar 115 orang dan tahun ketiga, hingga Maret 2020 sudah ada 205 santri yang mendaftar.

Para pengajar di Ponpes UIC lulusan S1 dan S2 dalam maupun luar negeri seperti Malaysia, Sudan dan sebagainya. Sedangkan dari dalam negeri adalah lulusan perguruan tinggi ternama di Indonesia, baik swasta maupun negeri.

Dari 9 guru, saat ini Ponpes UIC memiliki 35 orang yang memberikan pengajaran kepada seluruh santri.

UIC memiliki tiga program unggulan. Pertama Tahfiz Alquran dengan target santri satu semester hafal dua juz. Kedua Sains SMP IPA Matematika, SMA Fisika Kimia Biologi Matematika dan Klub Bidang Studi.

Ketiga Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Untuk Bahasa Arab dilengkapi dengan nahwu dan shorofnya.

Lukusan Ponpes UIC diharapkan bisa melanjutkan kuliahnya di Timur Tengah seperti Mesir, Maroko, Arab Saudi, Sudan, Yaman dan lain sebagainya.

“Sedangkan lulusan yang memilih saintis bisa diterima di perguruan tinggi terkenal di Indonesia,” imbuh Ustaz Novel.

Ia mengatakan, Ponpes UIC tak hanya membentuk kehidupan yang baik tapi bagaimana caranya mati yang baik. Jiwa ikhlas yang ada di para guru dan santri benar-benar ditanamkan. Santri juga dituntut berperilaku sederhana dan mandiri untuk bekal mereka. (zainal hafizhin)

Loading...