Pasar Internasional Butuh Sabut Kelapa 408 Ribu Ton per Tahun

Loading...

BATAM (suarasiber) – Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) meminta Presiden Jokowi, mendorong Kementerian Perindustrian meningkatkan bantuan mesin dan peralatan pengolahan sabut kelapa. Khususnya, pada Industri Kecil Menengah (IKM) di daerah – daerah penghasil kelapa.

Untuk menyikapi tingginya permintaan pasar internasional terhadap produk sabut kelapa. Seperti cocofiber dan cocopeat untuk bahan baku springbed, matras, jok mobil, tali dan karpet. Juga media tanam pada sistem pertanian hydroponik, dan animal beding.

ady indra 3
Foto – istimewa

Permintaan itu disampaikan Sekretaris Jenderal AISKI, Ady Indra Pawennari kepada suaasiber.com, Minggu (21/8/2019). Saat itu, Ady usai melakukan pertemuan, dan kunjungan ke Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) bersama sejumlah investor asal China di Batam, Senin (23/9/2019).

Menurut Ady, dari hasil pertemuan dan kunjungan itu ada pengusaha asal China yang tertarik. Untuk mengembangkan industri pengolahan kelapa di Desa Resang, Kecamatan Singkep Selatan, Kabupaten Lingga.

“Kebetulan, Pemkab Lingga sudah punya lahan dan infrastruktur industri kelapanya. Jadi, mereka tinggal kerjasama operasional dengan BUMD setempat. Mudah -mudahan, dalam waktu dekat ini segera terealisasi,” ujarnya.

Peraih anugerah Pahlawan Inovasi Teknologi tahun 2015 ini, membeberkan produk turunan buah kelapa yang sangat diminati oleh pasar internasional saat ini adalah cocofiber dan cocopeat (serat dan serbuk sabut kelapa).

“Untuk cocofiber itu, pasarnya hanya ke China dengan kebutuhan 10.000 ton per bulan. Sedangkan untuk cocopeat, pasarnya lebih luas lagi. Selain China, juga ada Jepang, Korea Selatan, USA dan Eropa. Kebutuhannya sekitar 24 ribu ton per bulan,” bebernya.

Ketika ditanya produktivitas industri sabut kelapa Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar ekspor saat ini, Ady mengaku masih sangat kecil. Untuk cocofiber dan cocopeat, Indonesia baru bisa ekspor sekitar 32.400 ton per tahun atau rata-rata 2.700 ton per bulan.

ady indra 1
Foto – istimewa

Jika dihitung dari potensi produksi buah kelapa nasional yang mencapai 15 miliar butir per tahun, tambah Ady, maka Indonesia bisa memproduksi cocofiber dan cocopeat sekitar 8 juta ton per tahun.

“Rinciannya, cocofiber sekitar 2,2 juta ton dan cocopeat sekitar 5,8 juta ton per tahun. Ini potensi mendatangkan devisa yang luar biasa,” ucapnya.

Ady melanjutkan, harga penjualan cocofiber dan cocopeat di pasar internasional saat ini, sekitar USD 320 dan USD 240 per ton. Harga ini berlaku di negara Asia. Sedangkan untuk pasar USA dan Eropa, harganya jauh lebih mahal karena pengaruh jarak tempuh dan biaya transportasi. (mat)

Loading...