Puluhan Tahun Bersabar, Lihat Tukang Servis TV Ini

Loading...

DAIK LINGGA (suarasiber) – Servis tv di kampung yang benar-benar jauh dari keramaian mungkin tak terpikir oleh banyak orang. Namun tidak demikian dengan Deky, warga Desa Seranggong, Kecamatan Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri ini.

Permukiman tempat Deky tinggal bukanlah perkampungan yang sudah maju dengan kemudahan fasilitas. Justru di tengah kondisi yang seperti itu lelaki ini tak pernah melemahkan semangatnya untuk membuka usaha.

servis tv 2
Nasihat Deky, rezeki ada di mana-mana, tergantung bagaimana kita menjoloknya. Foto – nurali/suarasiber

Keinginan Deky untuk bisa mendapatkan rezeki namun tetap tinggal di kampung diawali dengan niat merantau. Hal ini sebagai batu loncatan untuk mengasah keterampilan yang akan dijadikannya bekal hidup ke depan.

Kebetulan ia memiliki seorang abang, abangnya memiliki kenalan di Jakarta. Deky kini sudah berusia 50 tahun lebih. Bayangkan begitu lulus SMP ia pun menyusul kenalan abangnya di Jakarta.

Saat itu yang ada hanya kapal laut, butuh waktu begitu lama untuk menempuh perjalanan ke Jakarta. Bagi anak seusianya sekampung, kebanyakan masih berkutat soal bermain dan menghabiskan waktu di kampung.

“Di Jakarta saya belajar dari nol soal servis tv. Selain tv juga barang elektronik lainnya,” ungkap Deky kepada suarasiber di bengkel kerjanya.

Karena tujuannya memang ingin belajar, apa yang diajarkan oleh kenalan abangnya dilakukan secara sungguh-sungguh. Terkadang juga harus menerima marah karena kesalahan yang dibuatnya.

Beberapa tahun Deky akhirnya memiliki bekal yang dirasanya cukup untuk pulang kampung. Akhirnya satu langkah dalam hidupnya berhasil dilampauinya. Yakni memiliki keterampilan.

Teras rumah di Desa Seranggong pun dijadikan bengkel kerja. Awal membuka usaha ini, lebih ramai teman-teman dan tetangganya yang bertanya. Dari mana ia mendapatkan keterampilan tersebut. Dan ada juga yang khawatir apakah Deky benar-benar bisa memperbaiki barang elektronika rusak.

Sebuah keputusan yang berani. Karena tidak semua warga kala itu memiliki televisi, selain itu barang elektronika bukan benda yang harus sering perbaikan. Kalau ada masalah baru dibawa ke tukang servis.

Sehari ada, dua hari kosong, sudah biasa bagi Deky saat merintis usaha.

Kini, 30 tahun lebih Deky menggeluti usahanya ini. Kepada suarasiber yang bertanya seberapa banyak konsumennya selama ini, ia hanya tersenyum dan meminta melihat bangkai televisi yang diletakkan di beberapa tempat.

Selain di ruang kerjanya, bertumpuk televisi bekas diletakkan begitu saja di depan rumahnya. Di tepi jalan masuk ke pabrik pengolahan sagu.

“Kalau yang ini punya konsumen, ini tv sudah diperbaiki, bukan rusak,” tuturnya sambil menunjuk belasan televisi di sebelah kirinya.

servis tv 3
Buah kesabaran puluhan tahun, kini Deky pun tersenyum. Foto – nurali/suarasiber

Menurut Deky, perekonomian keluarganya diputar dari usaha servis tv dan barang elektronik lainnya ini. Buat kebutuhan keluarga, juga biaya sekolah anak-anaknya.

Satu prinsip yang dipegangnya ialah, rezeki ada di mana-mana. Manusia sendirilah yang kadang tak percaya dengan hal itu. Namun untuk mendapatkannya perlu usaha. Ia mencontohkan perjalanan hidupnya, rela belajar ke Jakarta.

“Kalau hanya duduk menunggu, namanya pasrah. Dari mana saya dapat ilmu? Jangan sesali kita lahir di mana, kampung atau kota. Pasti ada peluang rezeki di sana,” tuturnya.

Dan Deky masih melayani pertanyaan saya, sementara kedua tangannya sibuk mengerjakan servis tv. (man)

Loading...