Mencari Jejak Kancil (Pelanduk) di Tanjungpinang

Loading...

Suarasiber.com – Generasi X (lahir antara tahun 1965 – 1980) tentu kenal dengan cerita kancil. Binatang yang dikisahkan sangat cerdik dan suka mencuri timun.

Kancil, nama dan kisahnya sangat terkenal khususnya bagi generasi X. Namun, tak banyak yang kenal seperti apa wujudnya? Atau ukurannya?

Karena generasi saat itu memang tidak diajarkan untuk mengenal hewan ini. Hanya kisah kecerdikannya dan lagu tentang si kancil yang nakal.

Padahal, kancil sangat mudah ditemukan di Tanjungpinang dan Pulau Bintan umumnya. Tapi dulu. Dulu sekali…

“Mungkin tahun-tahun 70-an atau 80-an la. Senang betul kalau nak beburu pelanduk.

Kat Sungai Timun (kawasan sekitar situs Kota Rebah) banyak pelanduknya. Sekarang dah habis semue,” kata Hasim, warga Tanjungpinang menjawab suarasiber.com, Jumat (3/11/2021).

Kawasan Sungai Timun dan Sungai Carang sekitarnya saat itu masih belukar atau hutan.

Sehingga, pelanduk yang tak memiliki pemangsa alami di Pulau Bintan bisa hidup dan berkembang biak.

Soal cara menangkapnya, Hasim yang sudah berusia 60an tahun, menjawab ada beberapa cara.

Namun, umumnya orang menggunakan senapan (semacam senapan angin). Untuk memburu pelanduk di malam hari.

Cukup bermodalkan senapan angin dan lampu senter besar saja. Cahaya senter memantulkan warna merah jika mengenai mata pelanduk. Saat itulah dibidik dan selesai.

Kancil dikenal sebagai pelanduk di daerah ini.
Kancil atau pelanduk yang termasuk dalam genus tragulus, ukurannya hanya sebesar kelinci dewasa. Dan termasuk binatang menyusui.

Dagingnya juga sangat digemari banyak orang. Sehingga, perburuan tanpa batas membuatnya punah di Tanjungpinang.

Kisah kecerdikannya seperti yang ditanamkan di benak generasi X, lesap tak berbekas. Pelanduk pun tunduk di bawah moncong senapan angin dan lampu senter.

Meski di Tanjungpinang sudah punah. Namun, hingga kini pelanduk masih banyak ditemukan di Kabupaten Lingga.

Juga masih jadi bahan buruan apalagi menjelang lebaran tiba. Dagingnya juga jadi oleh-oleh khas, jika beruntung mendapatkannya.

Kondisi hutan di Kabupaten Lingga secara umum memang masih bagus. Sehingga, pelanduk alias kancil bisa berkembang. Meski terus diburu.

Apalagi predator besar yang menjadi musuh alami pelanduk, yang termasuk kerabat dekat kijang dan rusa memang tidak ada di Lingga.

Semoga saja nasib pelanduk di Lingga tidak seperti di Tanjungpinang. Jangankan wujudnya, jejaknya pun sudah punah. (eko)

Editor Yusfreyendi

Loading...