Warga Tionghoa Tanjungpinang Lestarikan Festival Kue Bulan

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Tanjungpinang, Surjadi menyampaikan presiasinya kepada warga Tionghoa terkait penyelenggaraan Festival Kue Bulan (Moon cake festival) di Jalan Merdeka, Pasar Kota Lama, Tanjungpinang, Sabtu (14/9/2019).

Menurut Surjadi, fasilitas yang diberikan untuk penyelenggaraan festival ini relatif kecil. Namun berkat kebersamaan warga Tionghoa bisa menjadi festival sebesar ini.

“Kota Tanjungpinang adalah kota sejarah Melayu yang lengkap seperti peninggalan kerajaan, Pecinan dan peninggalan kolonialisme. Masih banyak yang harus kita gali kebudayaan dari masyarakat Tionghoa seperti Opera Cina dengan dukungan para tokoh agar dapat dinikmati oleh warga Tanjungpinang di masa yang akan datang,” kata Surjadi.

Festival Kue Bulan merupakan kegiatan yang ditaja Pemko Tanjungpinang melalui Dinas Pariwisata bersama Komunitas Tionghoa.

Festival Pertengahan Musim Gugur atau juga dikenal dengan nama Festival Kue Bulan ini merupakan salah satu festival terpenting yang dirayakan pada hari ke-15 bulan delapan kalender Tionghoa yang jatuh pada minggu kedua di bulan September.

Malam pertama festival ini dihadiri oleh Wakil Wali Kota Tanjungpinang Hj Rahma, senator Senayan, DPRD Tanjungpinang, pimpinan OPD, pengurus Walubi, pengurus PSMTI serta tokoh Tionghoa dan majelis Konghuchu.

Fengky Fesinto mewakili Frengky selaku Ketua PSMTI berterima kasih kepada pemerintah yang telah mengangkat kebudayaan Tionghoa dengan terselenggaranya acara festival ini. Ada harapan ke depan bisa dijadikan agenda tahunan.

festival kue bulan 2
Pejabat Pemko Tanjungpinang dan tokoh Tionghoa. Foto – machfut/suarasiber

Sementara Hj Rahma mengutarakan kegembiraannya karena festival seperti ini masih tetap dilestarikan. Sehingga warga dan turis yang datang bisa menyaksikan dan menikmati makanan khas Tionghoa serta hiburan lainnya.

“Acara seperti ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sebagai upaya penguatan budaya lokal sebagai jati diri masyarakat, mengingat kuatnya pengaruh arus globalisasi yang berdampak positif maupun negatif.Terima kasih kepada panitia yang membuat acara ini besar,” ungkapnya. (mft)

Loading...