Nizar Undang Sandiaga Uno di HUT ke-19 Kabupaten Lingga, Oktober 2022

Loading...

Suarasiber.com – Bupati Lingga, Muhammad Nizar serius mengambangkan pariwisata berbasis sejarah dan religi di wilayah kerjanya.

Diangkatnya segmen tersebut karena ia melihat hanya Lingga yang memiliki potensinya. Peninggalan sejarah kerajaan memang tak bisa dilepaskan dengan Lingga.

Saat menyelenggarakan Festival Batu Berdaun Beach, Ahad (27/2/2022) lalu Pemkab Lingga bahkan mengundang sejumlah pejabat dari pusat.

Mereka adalah Staf Ahli Menteri Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Ari Juliano Gema; Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Bumi Putra Nusantara Indonesia (ASPRINDO), H. Jose Rizal, MBA; serta Sekretaris Jendral, Ir. Irwansyah, MBA

Festival Batu Berdaun Beach ini disenggarakan oleh RG Peduli Wilayah Kepri berkerja sama dengan pemerintah daerah.

Kepada tamunya, Nizar menjelaskan potensi pariwisata di Lingga.

“Kami punya Tamadun Melayu Antar Bangsa dan Festival Batu Berdaun Beach serta lainnya. Semoga mendapat perhatian dari Kemenparekraf atau memungkinkan masuk pada kalender pariwisata nasional,” ujar Nizar.

Ia juga menjelaskan jika catatan sejarah membuktikan, akar kebudayaan melayu bermula di sini. Ini telah diakui oleh 6 negera serumpun sebagai Bunda Tanah Melayu tahun 1990-an.

Sejak 1787, Kesultanan Lingga – Riau bertamadun di Daik, sebagai pusat pemerintahan selama 113 tahun. Baru pada tahun 1900 berpindah ke Pulau Penyengat dan akhirnya dihapus oleh Belanda pada 1913.

“Usaha kami dalam pengembangan wisata yang tidak ada di kabupaten lain di Kepri. Kalau pantai pengembangan wisata bahari, mungkin sudah ketinggalan selangkah. Ada wisata sejarah dan religi yang begitu sarat, dari peninggalan Kesultanan Riau lingga selama 113 tahun yang pusat pemerintahannya berada di Lingga dan itu wisata yang tidak ada di kabupaten lain di Kepri,” papar dia.

Lingga menurutnya merupakan negeri para sultan, selain Daik sebagai Bunda Tanah Melayu. Ada beberapa makam Sultan yang bersemayam di Pulau Lingga termasuk pahlawan Nasional Sultan Mahmud Riwayat Syah III, yang namanya kini dipakai pemerintah Kota Batam, sebagai nama salah satu masjid agung disana.

“Jujur, kami juga sempat berkecil hati, kehadiran Pak Menteri beberapa waktu lalu di Pulau Penyengat, dan atas pengakuan Pulau Penyengat. Namun yang nyatanya induk kebudayaan melayu itu berada di Kabupaten Lingga, dan telah diakui sebagai Bunda Tanah Melayu,” jelas Nizar.

Melalui staf ahlinya, Nizar berharap bisa mengajak Menparekraf Sandiaga Uno datang ke Lingga.

Apalagi Oktober mendatang ada puncak peringatan HUT ke-19 Kabupaten Lingga.

“Sampaikan salam takzim dari pemerintah Kabupaten Lingga kepada Pak Menteri,” kata Nizar.

Pada HUT Kabupaten Lingga, dikemas beragam atraksi wisata yang didukung pelaku UMKM setempat. Termasuk ingin memantapkan kegiatan Tamadun Melayu Antar Bangsa dan pemakaian 1.000 tudung Manto, agar masuk rekor muri.

Ari Juliano Gema mengapresiasi terselenggaranya Festival Batu Berdaun dengan lancar dan baik dan akan menyampakan keinginan Bupati Lingga ke Menparekraf, Sandiga Uno.

“Mudah-mudahan, Pak Menteri di lain kesempatan bisa hadir di sini. Namun saya kagum atas kerjasama RG peduli Kepri, dan pemerintah daerah, kegiatan berjalan baik. Kolaborasi yang kreatif,” pujinya.

Sementara Ketua Umum DPP ASPRINDO, H. Jose Rizal, MBA juga memberikan dukungan positif.

“Melayu adalah pribumi. Sebagai organisasi pengusaha pribumi, ASPRINDO selalu menaruh perhatian atas segala hal yang terkait dalam upaya mengangkat harkat dan martabat kaum pribumi,” papar dia.

Sebelumnya, Bupati Lingga melepas peserta Run Dabo 7 dan 10 Km, serta turut menyemarakkan Fun Bike bersama keluarga dengan rute dari Lapangan Merdeka, Dabosingkep finish di Pantai Batu Berdaun.
Bupati juga menyeahkan piagam kepada kepala sekolah dan guru yang telah berhasil menyelesaikan penulisan buku pada program Satu Guru Satu Buku (SaguSabu). (tengku)

Editor Ady Indra Pawennari

Loading...