Kakek Daeng Menangis Saksikan Rumah Gubuknya Pelan-pelan Disapu Air Laut, Pedulikah Anda?

Loading...

Dua puluh tujuh tahun merantau dari Makassar ke Pulau Telang Kecil, Desa Mantang Besar Bintan, Kepri, nasib belum mengubah kehidupan lelaki yang disapa Kakek Daeng ini.

Tidak banyak yang mengetahui ceritanya, sehingga ia menghabiskan hari-harinya di gubuk kecil di pinggir laut. Warga hanya tahu ia tinggal di bangunan yang dijadikannya tempat berteduh dari panas dan hujan ini terbuat dari papan dan kayu seadanya.

Angin musim utara yang datang belakangan membuat hati Kakek Daeng was-was. Bagaiman sebuah film serial, ia menjadi saksi bagaimana gubuknya pelan-pelan dihabisi gelombang laut yang pasang,

Pada hari Kamis (2/12/2021) petang, tongkat gubuknya patah. Kayunya yang mulai lapuk tak kuat lagi menahan terjangan gelombang. Kehilangan penyangga, gubuk Kakek Daeng mulai miring.

Salah satu warga setempat, Chandra dan beberapa tetangga menyerankan agar Kakek Daeng pindah ke rumah warga lain.

“Itu tiga hari usai tiang rumahnya patah. Kami khawatir jika tetapo ditempati semua bangunan bisa diterjang gelombang,” ujarnya, kemarin.

Setelah itu bagian demi bagian rumahnya tersapu angin dan gelombang. Puncaknya Rabu (8/12/2021), gubuknya tak bisa lagi disebut gubuk. Tak ada lagi atap yang tersisa.

Semua dinding, kecuali yang ada di belakang, tak lagi terpasang. Kalau tak terbang terbawa angin, menumpuk di dekatnya. Beruntung gubuk bagian belakangnya masih ditahan batang pohon bakau.

Pada hari yang kelam itu, Kakek Daeng berada di luar gubuknya. Ia menyaksikan satu persatu bagian rumahnya tak kuasa melawan kekuatan alam.

Gubuknya benar-benar rata dengan tanah kira-kira pukul 10.00 WIB. Kakek Daeng menangis.

Karena tak punya siapa-siapa, Kakek Daeng ditampung untuk tinggal oleh warga bernama Gafar.

Namun ia masih memikirkan gubuknya. Meski ada warga yang menampungnya, kakek Daeng masih mengenang “rumah” kecilnya.

“Masih kerap menangis jika teringat gubuknya yang sudah luluh-lantak. Sedih melihatnya,” tutur Chandra.

Bukan lagi melihat Kakek Daeng sebagai siapa atau dari mana, melainkan hal ini sudah menjadi persoalan kemanusiaan. Karenanya ia berharap ada yang mengulurkan bantuan untuk si kakek.

Dilaporkan ke BPBD Bintan

Kisah sedih di hari Rabu yang dialami Kakek Daeng sampai ke telinga Camat Mantang, Siti Zainah. Pihaknya langsung berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bintan.

Sayangnya bertahun-tahun hidup di Pulau Telang Kecil, Kakek Daeng tidak memiliki kartu identitas. Untuk mencari solusianya, pihak Kecamatan Mantang menghubungi para relawan.

Harapannya, Allah memberikan kemudahan sehingga Kakek Daeng bisa menemukan kembali semangatnya.

Apakah Anda tergerak membantu? *** (eko)

Editor Yusfreyendi

Loading...