Wahyu Tersenyum Menatap Langit, Meski Awan Hitam Menggumpal

Loading...

Gumpalan awan hitam itu bergerak pelan sekali, seolah enggan meninggalkan langit di atas atap bengkel mobil milik Wahyu Hidayat.

Belakangan ini Kota Tanjungpinang sering dikunjungi hujan. Kalau sudah hujan, ada banyak ruas jalan yang tergenang. Airnya bisa setinggi lutut atau lebih, jika hujannya cukup lama.

Warga akan lebih suka tinggal di rumah, masak mie instan atau sekadar nonton televisi. Takutnya kejebak banjir, mesin motor dan mobil bisa mogok.

Akan sangat tidak menyenangkan harus mendorong motor yang mogok. Apalagi motornya keluaran sekarang, yang bodinya gede dan pasti lebih berat ketambahan dorongan arus air.

Kegembiraan Wahyu tentu bukan karena efek negatif hujan dan banjir tadi. Sudah sebulan lebih jumlah kasus positif Covid-19 di Tanjungpinang melandai, turun banyak.

Bagi pejabat, seperti Wali Kota Tanjungpinang, Hj Rahma SIP, turunnya angka positif corona juga membanggakan daerah. Saat upacara Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-57 di Lapangan Pamedan, 13 November lalu, ia berterima kasih atas kerja keras semua pihak.

Kelonggaran yang kini bisa dinikmati warga yang membuat Wahyu tersenyum meski hari-hati pekerjaannya akan ditemani hujan.

Tidak berlebihan, karena Wahyu hanya lulusan SMP. Dulu ingin sekolah lebih tinggi namun orang tuanya tak ada biaya. Hingga di usia yang sangat belia Wahyu harus bekerja.

Bocah belasan tahun itu diminta membantu pekerjaan di bengkel mobil. Bukan sebagai tukang bongkar mesin. Hanya melakukan pekerjaan yang mudah dan tidak njlimet.

Bertahun-tahun kemudian Wahyu mendirikan bengkel sendiri, di samping rumah orang tuanya di Jalan Garuda, Tanjungpinang. Sebidang tanah lapang dijadikan bengkel yang diberi nama Kreatif Jaya Mendiri.

Mengawali adalah hal yang butuh kerja keras. Apalagi lokasi bengkel Wahyu ada di dalam. Sementara bengkel serupa di tepi jalan cukup banyak.

Namun the show must go on, semangat yang membawa di dada Wahyu muda tak bisa diredam. Ia kerja dan kerja dengan peralatan sederhana.

Waktu membuktikan, hasil tak pernah mengingkari usaha. Bengkel Kreatif Jaya mandiri pun cukup dikenal dan memiliki banyak pelanggan.

Lalu datanglah pandemi Covid-19, yang akhirnya disadari telah menumbangkan banyak usaha. Usaha besar ada yang tumbang, apalagi yang kecil. Meski ada yang justru gede di mana pandemi, seperti usaha makanan beku, masker dan hand sanitizer.

“Daripada bumi diserang Covid-19, saya memilih hari-hari hujan. Corona memang menjauhkan banyak hal,” tutur Wahyu ketika menyajikan secangkir kopi panas kepada suarasiber.com, dua hari lalu.

Diakui oleh Wahyu, saat pandemi ia tak terlalu mengalami banyak penurunan penghasilan. Namun ia merasa seolah dunia ini sepi. Karena yang datang hanya meninggalkan mobilnya untuk diperbaiki.

“Yang punya pulang, karena menjaga protokol kesehatan. Padahal saya paling suka ngobrol sama pemilik kendaraan yang diperbaiki. Untuk menjelaskan kerusakannya dan apa saja, kan nambah teman juga,” lanjut Wahyu.

Kalaupun ada yang menunggui, tidak bisa lepas berbincang karena mulut mengenakan masker. Kata-kata yang keluar melalui pori-pori kain masker tidak sesempurna saat mulut tanpa hambatan.

Dulu, meski jaraknya berjauhan dengan posisi Wahyu dan anak buahnya bekerja, pelanggan tetap bermasker. Kini dengan jarak 3 sampai 5 meter, sudah bisa melepas masker meski anjurannya tetap dipakai.

“Dulu memang ketakutan, ingat yang kematian hampir setiap hari di kota kecil ini? Benar-benar agar jangan terulang,” kata Wahyu.

Melihat kondisi seperti saat ini, Wahyu hanya bisa berdoa agar pergerakan masyarakat yang mulai norman dapat dikontrol. Bukan seperti burung yang lepas dari sangkar, bebas sebebas-bebasnya.

Dan kursi di samping tempat kerja utama Bengkel Kreatif Jaya Mandiri pun sekarang kembali “hidup”. Para pemilik kendaraan yang diperbaiki, atau teman-teman Wahyu sudah bisa ngopi bareng.

Kebetulan Wahyu memang multitalenta, dari perbaikan mesin, pengelasan, pendempulan, pengecatan hingga urusan kabel dan audio bisa dikerjaknnya. Ia juga menerima jasa mencarikan mobil bekas dan juga melayani perbaikan mesin kapal.

Sehingga bengkelnya semarak oleh kedatangan para pelanggannya.

Hujan belum turun, sinar matahari masih mampu menerobos hingga ke pelataran bengkel Wahyu. Ia segera mengelas pintu atau bak mobil pengangkut air minum galon. Ia kenakan kacamata hitam lalu kedua tangannya sibuk bekerja.

“Lebih baik hujan air daripada gerimis corona, bahkan rintik rintik sekalipun,” tuturnya sambil melepas kacamata dan menatap langit.

Tak lama lagi agaknya hujan akan turun, karena awan hitam semakin berkerumun. Namun Wahyu tidak pusing,, karena kasus corona terus melandai di kotanya. (eko)

Editor Ady Indra Pawennari

Loading...