Tolong Bu Rahma, PSBB-kan Tanjungpinang

Loading...

Covid19 menyebar seluruh negeri dengan cepat. Tak terkecuali di Tanjungpinang. Sejumlah elit negeri dirawat. Kaya miskin, tua muda pun kena. Bu, Rahma Plh Walikota, jangan terlambat ajukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Secepatnya, atau Anda akan menyesal di kemudian hari karena harus menunggu banyak korban. Covid19 itu sudah masuk perumahan.

Harus dipahami konsep teori pandemi itu penyebaran cepat. Ingat kisah flu Spanyol menelan korban puluhan juta orang. Dan itulah pentingnya konsep social distancing mencegah lajunya pandemi. Lalu kebijakan yang dilakukan isolate, trace, treat dan test massal untuk mengetahui siapa saja yang sudah tertular.

Seluruh Indonesia korbanya Covid19 menembus 7.135 dan meninggal dunia 616. Sampai dengan Selasa (21/4), di Tanjungpinang sendiri positif korona 21 orang. Sedangkan di Kepri 81 orang termasuk di Galang. Total PDP 252 dan ODP 2710 dan OTG 1350.

Seluruh dunia, korona menyerang lebih 2,5 juta dan yang mati 171.693, sembuh 658.114. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memperkirakan jumlah positif korona lebih dari data pemerintah yang disampaikan saat ini.

Jika empat kebijakan utama itu tak dilakukan, maka bisa jadi waktunya akan panjang. Presiden Jokowi pun mengatakan, akhir tahun wabah berakhir. Perlu kesadaran rakyat patuh untuk social distancing dan menggunakan masker. Dan lebih penting diam di rumah (stay at home).

Tes massal berfungsi agar mereka yang diketahui menderita covid19 dapat diisolasi segara sebelum menyebarkan ke yang lain. Apalagi mereka belum
memiliki gejala. Sehingga beraktivitas ke mana mana. Ke pasar, kantor dan tempat publik lainnya.

Alatnya mahal. Ya mahal. Makanya Malaysia yang lebih kecil Indonesia penduduk nya mengalokasikan Rp900 triliun untuk antisipasi covid. Amerika yang penduduknya di atas Indonesia mengalokasikan anggaran Rp33 ribu triliun. Karena nyawa manusia yang hilang akibat Covid19 lebih berharga dari pinjaman baik ke IMF atau World Bank atau jikapun tidak mencetak uang dilakukan Bank Central. Perekonomianmasih bisa revovery, nyawa manusia tak bisa dihidupkan kembali.

Indonesia mulai membuka celah pinjaman utang hingga membuka devisit di atas 3 persen dari PDB. Itu salah satu cara agar negara bisa mencari utang dari pihak lain jika keuangan kita kurang untuk covid19. Yang digugat oleh awalnya MAKI, lalu Din Syamsuddin bukan celah devisit, tapi harus ada pihak yang bertanggung jawab dari dana tersebut. Di Perppu No 1 pihak pemerintah baik itu Menkeu dan tidak bisa dituntut. Inilah yang membuat Maki melakukan gugatan ke MK.

Kemudian soal isolate. Contoh terbaik adalah Wuhan yang melakukan lockdown. Dengan tujuan agar pergerakan manusia tak ke mana mana. Sehingga virus tidak menyebar ke yang lain. Dengan demikian, mereka yang ketahuan menderita langsung dilakukan perawatan. Wuhan sebagai pusat pandemi lama melakukan isolasi dan baru dibuka awal April.

Keberhasilan China menekan penyebaran virus diakui WHO. Walaupun ada yang meragukan termasuk pakar pakar pendemi dari Paman Sam soal angka korban di China. Yang jelas peran negara menekan penyebaran virus melalui karantina di China berhasil. Yang bandel keluar diberikan sanksi denda sampai penjara.

Di Kepri, adalah Lingga yang saat ini berhasil melakukan isolasi daerah dari daerah lain dengan membatasi hubungan jalur laut.

Sehingga lalu lintas kapal laut dari Batam, Tanjungpinang terputus. Alhasil, Lingga masih minim ODP, maupun PDP hingga nihil positif korona sampai dengan Senin (20/4).S SedangkanTanjungpinang, jalur transportasi masih aktif dan ramai sebagai lalu lintas manusia.

Kemudian tindakan trace. Melacak mereka yang positif dengan pihak lain. Mereka yang berhubungan dengan pasien positif harus ditemukan dan
diisolasi mandiri jika ketemu.

Mereka ini jika mulai sakit dijadikan PDP dan ODP. Dalam kasus Bukit Raya, salah satu ABK, positif meninggal dunia, pemerintah hanya mengumumkan agar penumpang yang ikut di kapal tersebut turun di Tanjungpinang melakukan isolasi diri. Harusnya seluruh penumpang kapal Pelni itu dicari dan diminta tes.

China, Taiwan, Singapura lebih canggih menggunakan teknologi untuk melakukan trace. Misalnya dengan menginstal aplikasi di ponsel warga.

Mereka bisa mendeteksi kemana warga berpergian untuk mempermudah mencari jejak. Yang penting membantu mengingatkan dari dekat siapa yang mengalami gejala.

Lebih dahsyat misalnya gunakan big data, melalui gelang. Tetapi negara akan mengetahui apapun tentang mereka yang memasang gelang itu di tubuhnya. Apapun gerakan dipantau. Privasi sebagai manusia hilang begitu menggunakan gelang itu. Bisa saja selesai wabah, gelang dilepas. Tapi negara otoriter, cara ini mudah mengontrol warga. Karena gerakan manusia dicek melalui gelang yang terhubung dengan server.

Dan terakhir adalah treat. Adalah perawatan bagi pasien positif dan pasien dalam pengawasan (PDP). Treat memerlukan anggaran yang besar terutama untuk membeli alat bantu pernapasan ventilator. Karena alat ini yang langka di manapun di dunia. Karena semua negara memerlukan ventilator agar membantu warga yang menderita korona dalam bernapas.

Banyaknya korban meninggal akibat korona di Amerika, talia, Spanyol, Inggris, China, karena mereka meninggal dunia disebabkan gagal bernapas dan sakit penyerta lainnya. Selain itu covid19 juga menyerang ginjal, dan organ lainnya.

Sehingga mereka yang memiliki penyakit bawaan yang kronis selain covid19, maka akan menghadapi persoalan yang serius.Walaupun dalam kondisi PDP, banyak yang meninggal saat hasil PCR, belum keluar dari pemeriksaan.

Selain ventilator yang diperlukan adalah alat pelindung diri bagi dokter yang bertugas di rumah sakit. Selain itu masker wajah melindungi rakyat Indonesia 270 juta penduduk harus dilengkapi masker setiap hari jika mereka keluar rumah.

Selain ventilator, pihak rumah sakit juga harus menyediakan ranjang ranjang pasien. Ini menjadi masalah ketika korban jumlahnya bertambah. Banyak negara di dunia menjadi gelanggang olahraga sengaja rumah sakit darurat. Indonesia mengubah Wisma Atlet jadi tempat perawatan pasien korona.

Rumah sakit bekas Camp Vietnam pun di Galang, Batam diperbaiki untuk rumah sakit pasien corona. Terus bagaimana jika pasien di daerah terpencil lainnya jika ada terpapar korona, mereka harus dibawa ke kota. Tentu di desa tak mampu.

Pasien yang mengalami sesak napas, demam, flu, dari daerah pesisir mereka harus dirujuk ke Tanjungpinang.Itupun hasil Swab menunggu dari pemeriksaan di Batam.

Inilah kendala karena masing masing daerah belum merata ketahanan sistem kesehatan dan kelengkapan alat kesehatan. Pemda selama otonomi daerah agak alfa menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai. Baik itu tenaga dokter, dan kecanggihan alat. Kita berlomba bangun infrastruktur.

Dan masih dirisaukan, jumlah warga yang dites di Indonesia saat ini masih kecil dari populasi. Worldometers.info mencatat, Indonesia baru mengetes 49.767 ribu atau 182 per 1 juta penduduk.

Kita setara Bangladesh 180 per 1 juta penduduk. Vietnam justru lebih baik dari Indonesia. Mereka sudah mengetes 206.253 warga atau 2.119 per 1 juta penduduk.

Dampak Ekonomi

Korona tahun 2020 menyebabkan pertumbuhan ekonomi negara di dunia diprediksi World Bank dunia minus. Perbaikan perekonomian dunia dimulai 2021. Itu jika sudah ada vaksin korona.

Jika tidak ada vaksin, maka social distancing akan berlangsung hingga 2022 diprediksi pakar kesehatan dari Harvard. Persoalannyasejauh mana kemampuan keuangan daerah memfasilitasi dan memberikan bantuan kepada warga.

Misalnya Tanjungpinang karena alokasi anggaran total covid19 hanya Rp31 miliar, tentu anggaran itu minim. Bagaimana untuk membeli alat pengetes dalam jumlah yang banyak?

Bagaimana mau mengadakan ventilator baru, obat obat, dan untuk dana jaringan pengamanan sosial warga. Harusnya DPRD mengalah seluruh dana aspirasi mereka untuk bantuan covid19. Toh itu juga untuk masyarakat.

Saat ini cairan reagan yang digunakan untuk memeriksa hasil Swab habis di Batam. Artinya untuk mengetahui status positif harus menunggu lama dari Jakarta.

Jika Batam ada alat pemeriksa, harusnya Tanjungpinang bisa mengadakan juga sendiri. Tanjungpinang itu Ibu kota Pemprov Kepri. Harusnya fasilitas kesehatan jangan kalah jauh dari Batam.

Pemerintah harus segara memfasilitasi warga tes swab untuk mengetahui kondisi warga. Rapid test menurut WHO tidak disarankan karena hasilnya kurang akurat dibandingkan dengan metode PCR. Lagi lagi itu harus memerlukan dana yang banyak. Malaysia juga menggunakan PCR untuk memastikan positif atau tidak karena lebih akurat.

Selama 2020 hentikan dulu proyek dan dari aspirasi dewan. Jika ada 30 DPRD, misalnya mereka sudah mendapatkan anggaran Rp 30 miliar. Lalu anggaran perjalanan dinas dipangkas, maka sangat mungkin menambah hingga di atas Rp100 miliar. Karena dalam satu tahun minimal perjalanan dinas bisa tembus Rp60 miliar untuk kabupaten atau kota.

Lagi pula, siapa yang mau melakukan berjalan dinas di saat Jakarta, Surabaya yang biasa menjadi kota tujuan sedang berperang melawan wabah.

Daripada Silpa di akhir tahun, lebih baik digunakan hal yang lebih penting membantu menyelesaikan persoalan sosial akibat banyak warga yang tidak bekerja karena Covid19.

APBD harus dilakukan segara mungkin pembahasan APBD Perubahan karena kondisi wabah. Sektor pendapatan asli daerah yang berasal dari hotel, restoran, dan pajak lainnya pasti berkurang jauh.

Sehingga prediksi PAD harus diubah segara agar tidak menimbulkan utang utang di kemudian hari. Karena pembiayaan terlalu besar dibandingkan dengan pendapatan.

Banyak analisis menyatakan, kondisi pasca korona seperti selesai perang dunia kedua. Di mana negara negara babak belur tertatih dari sisi ekonomi untuk bangkit.

Saat ini Amerika Serikat didemo oleh warganya karena mereka bosan berada di dalam rumah. Pengangguran mulai melanda dunia. Terutama di Eropa dengan lebih dari 1 juta orang positif korona.

Dan PBB memprediksi akan ada jutaan warga yang kelaparan di dunia akibat pendemi ini. Dunia sedang sakit. Jadi persiapan untuk melewati wabah harus diantisipasi. Jangan pelit alokasikan anggaran daerah.

Dan paling penting, lakukan PSBB segera mungkin. Kita dalam situasi yang tidak baik. Tentunya perbanyak doa di bulan Ramadan agar pandemi berakhir. Angka penderita saat ini pun di kala negara lain sudah puluhan ribu penderita, Indonesia beruntung dan bersyukurlah kita di angka di bawah 10.000.

Untuk lebih nyata penanggulangan covid19, secepatnya Bu Rahma, usulkan PSBB Tanjungpinang agar pintu masuk bisa dibatasi pergerakan manusia. Kemudian edukasi masyarakat agar tetap di rumah, social distancing, trace, treat and pray. Ya, doa adalah senjata kaum Muslimin.**

Penulis: Robby Patria, Warga Tanjungpinang

Loading...