Anambas, Surga Tropis yang Bersinar di Tengah Kepungan Lautan Ganas

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Surga tropis julukannya. Keindahan alam, khususnya alam bawah laut di perairan Kepulauan Anambas, kini dikenal luas di dunia. Anambas menjadi bagian dari kepingan surga tropis, yang populer melalui pariwisata di Pulau Bawah.

abdul haris untuk berita surga tropis
Bupati Kepulauan Anambas, Abdul Haris. Foto – istimewa

Selain pariwisata yang mulai mendunia, Anambas juga dikenal dengan potensi sumber daya alam perikanan. Ikan napoleon yang diekspor keluar negeri, hanya salah satu contoh kekayaan perikanan Anambas.

Tak heran jika Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, berharap Anambas menjadi ujung tombak industri perikanan, dan pariwisata kelautan. Itu disampaikan Susi saat berkunjung ke Anambas, bulan Juli lalu.

Pujian keindahan alam Natuna juga diberikan Susi kepada Anambas. Waktu itu Susi sempat berkeliling dari satu pulau ke pulau lain. Selain bertemu nelayan juga mengagumi pesona Anambas.

Perikanan dan Pariwisata di Surga Tropis

anambas resort

Harapan Susi itu, sudah sejalan dengan visi Bupati KKA Abdul Haris, dan wakilnya Wan Zuhendra. Dalam perbincangan dengan suarasiber.com, Haris, mengatakan perikanan, dan pariwisata menjadi fokus di kepemimpinan mereka.

“Tidak mudah, dan perlu proses yang panjang. Untuk pariwisata Anambas mulai dikenal (di dunia, red). Tapi perlu konektivitas, dan komunikasi. Untuk perikanan perlu teknologi, dan pemberdayaan masyarakat,” kata Haris.

Tak hanya sulit, dan perlu proses. Sebab, Pemda, dan masyarakatnya punya tantangan besar dengan kondisi geografisnya.

Geografis Anambas yang berada di Laut Natuna, menjadikan gugusan pulau-pulau kecil ini berhadapan dengan musim yang ganas. Berbeda dengan di daratan, musim di kepulauan bukan ditentukan oleh hujan, dan kemarau.

Di wilayah kepulauan, angin yang menjadi penentu musim. Dalam setahun atau 12 bulan, hanya empat bulanan saja musim tenang. Waktunya sekitar pengujung Februari hingga Juni.

Meski Pulau Bawah sudah cukup dikenal, namun tantangan alam juga harus menjadi pertimbangan.

Waktu Efektif hanya Empat Bulan

Saat musim angin tenang itu ketinggian gelombang “cuma” sekitar satu meter – dua meter. Saat musim angin tenang itulah, Pemda, dan masyarakatnya waktu yang efektif. Untuk membangun, dan berkarya.

“Ada sekitar empat bulanan musim angin tenang. Inilah waktu yang efektif untuk kita, dan masyarakat beraktivitas membangun negeri,” jelas Haris.

Di luar musim angin tenang itu atau antara Juli ke Februari, angin dari berbagai arah bertiup kencang. Hasilnya, adalah ketinggian gelombang pun naik menjadi sekitar tiga meter hingga lima meter.

Meski gelombang tengah tinggi (kecuali di musim angin utara) Haris, dan aparatur Pemkab Anambas acap menempuhnya. Untuk memaksimalkan waktu yang terbatas itu.

Karena itu, jangan heran jika mendapat kabar kapal rombongan bupati, tak bisa pulang ke Tarempa. Atau, kapal rombongan bupati kandas.

“Alhamdulillah, saya tidak mabuk laut berlayar di tengah gelombang tinggi. Juga kebanyakan orang-orang Anambas lainnya. Karena terbiasa ditempa gelombang laut yang ganas,” papar Haris.

Surga Tropis dan Transportasi Laut

Natuna
Selain Anambas, wisata alam Natuna ini juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata unggulan.

Walau tangguh, namun di musim angin utara nyaris tidak ada yang bisa bergerak. Sebab, angin sangat kencang, dan ketinggian gelombang bisa sampai lebih dari lima meteran.

Kondisi geografis, dan alam itu membuat kepulauan ini rawan, dan rentan di berbagai bidang. Seperti, sandang, pangan, papan, dan keamanan.

Jangan heran jika mendengar kapal penumpang seukuran kapal Pelni, bisa diminta patah balik ke pelabuhan.

Kecepatan angin, dan tingginya gelombang yang tak memungkinkan untuk dilayari dengan aman. Tak hanya tantangan alam, geografis Anambas membuatnya sebagai salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan negara jiran.

Anambas merupakan gugusan pulau-pulau kecil, yang berjumlah sekitar 255 pulau di laut Natuna (dulu disebut Laut China Selatan). Lima pulau di antaranya berbatas langsung dengan Vietnam, Thailand, Kamboja, Singapura, Malaysia, dan Hong Kong.

Beberapa di antaranya merupakan negara yang sudah maju. Sementara, Anambas baru belajar berjalan, setelah menjadi daerah otonom sekitar tahun 2008.

“Itu (berbatasan dengan negara maju) membuat kami lebih termotivasi. Dan, optimis untuk membangun Anambas,” tukas Haris.

Bebas Pajak Setahun untuk Investor

Pulau Bawah

Optimisme Haris selaku anak negeri, menjadikan gugusan ratusan pulau di Anambas semakin berkibar. Kini, Anambas memiliki dua bandara aktif, yakni Bandara Matak, dan Bandara Letung di Jemaja.

Tak cuma itu, Anambas juga punya Bandara di atas air pertama di Indonesia, yakni Bandara Pulau Bawah. Dan, sudah digunakan resmi untuk take off dan landing pesawat terbang di atas air oleh pesawat amfibi.

Tiga Bandara yang membuka konektivitas Anambas, membuat Haris semakin optimis dengan masa depan Anambas. Untuk lebih memacu pembangunan, Pemkab memberikan insentif bebas pajak selama setahun.

“Kita berkomitmen kepada investor yang berniat baik dengan memberikan free tax (bebas pajak) selama setahun. Setelah investasinya tumbuh dan berkembang, baru kita hitung-hitungan (pajak),” jelas Haris.

Haris, dan Wan Zuhendra sebagai wabup, kini terus memacu pembangunan Anambas. Kondisi geografis, dan ganasnya lautan tak menyurutkan langkah mereka. Mereka berharap akan banyak dibangun Anambas resort atau fasilitas lain.

Sebaliknya, justru menjadi sumbu yang menyalakan motivasi mereka. Untuk membangun negeri yang indah, dan kaya itu sebagai sebuah surga tropis. (mat)

Loading...