Ismeth yang Dulu, Bukan Ismeth yang Sekarang

Loading...

-sebuah kisah tak terungkap-

Tulisan ini dimulai dari sepenggal pertemuan di lantai 8 Hotel JW. Marriot di bilangan Kuningan, Jakarta pada 2003 silam.

Saat itu 3 mahasiswa Kepulauan Riau yang menempuh studi di Bandung, Trio Andana, Rully Dwi Putra dan saya sendiri Buana F Februari dengan melalui Ajudan bernama Bambang Swastiyo datang ke hotel tersebut untuk bertemu dengan seorang Ketua Lembaga Negara yang berkedudukan di Batam.

Pria berperawakan besar keturunan Arab Cirebon dan ramah senyum itu tak lain adalah Ismeth Abdullah.

Di ruangan mewah hotel berbintang simbol kapitalis Amerika itulah, bertemu 4 pasang mata dalam satu meja bulat kecil, sebagai inisiator pertemuan saya membuka percakapan dengan langsung memberi sederet pertanyaan, dan setiap dentum pertanyaan saya dibalas Ismeth dengan senyum khasnya.

Satu pertanyaan dijawab serius dari bibir sang Ketua Otorita Batam itu, “Bapak ikut bantu kok, bukan diem aja” jawab Ismeth kala itu sembari mengutak atik telepon seluler Ericsson T18 hijau miliknya.

Wajar Ismeth serius menanggapi pertanyaan saya yang kritis, karena saya mengajukan pertanyaan sekaligus menantang nya, pertanyaan saya begini, “Apa benar bapak tidak peduli dengan perjuangan pembentukan provinsi kepri, dan apa yang bisa bapak lakukan untuk Kepri?”

Jawaban yang diberikan Ismeth membuka cakrawala berpikir kami bertiga tentang apa dan bagaimana peran seorang Ismeth dalam perjuangan pembentukan Provinsi Kepulauan Riau.

Dan tantangan saya dibuktikan Ismeth, yang di kemudian hari menjadi Gubernur Kepulauan Riau pertama yang dilantik pada 1 Juli 2004, menyamai rekor mertuanya Mr. S.M.Amin yang juga tercatat sebagai Gubernur Riau pertama.

Sejak pertemuan JW. Marriot, komunikasi intens terus kami lakukan, Ismeth tahu betul pergerakan mahasiswa Kepri Bandung adalah yang pertama yang bergerak pasca tercetusnya ide pembentukan Provinsi Kepri pada medio 1998.

Pergerakan mahasiswa yang idealis itu jugalah yang membuat saya tetap menjadi bagian dari pergolakan peristiwa di Kepri. Terketuknya palu sidang DPR RI pada 24 September 2002 untuk mengesahkan UU Pembentukan Provinsi Kepri tak lepas dari peran mahasiswa Kepri Bandung yang secara terstruktur, masif dan sistematis melakukan aksi-aksi penggalangan massa dan penekanan kepada Pemerintah pusat.

Kembali ke soal Ismeth, sejak dilantik menjadi Penjabat Gubernur Kepri, otomatis kesibukan menata sebuah Provinsi baru membelenggu waktunya dan saya sangat paham itu. Termasuk saat berhasil memenangkan Pilgub Kepri 2005 berpasangan dengan H.M. Sani.

Saya mulai jarang berkomunikasi hingga pada 2006, saya mencoba mengirim sms ke pak Gubernur Ismeth dan tak saya sangka sms langsung dibalas dengan kode +++ dibelakang nya, menurut cerita tanda + pada setiap jawaban sms dari Ismeth punya makna khusus, semakin banyak + nya semakin bagus, entahlah.

Tak lama setelah sms, tiba-tiba sebuah panggilan, masuk ke hp saya dan ternyata Pak Ismeth yang telepon dan kata-katanya yang paling saya ingat, “Kamu kemana aja Buana, kamu cari Bapak, masa Bapak yang cari kamu”.

Ya saya memang tak pernah mengganggu aktivitas beliau menjalankan roda pemerintahan Kepri. Sejak ditelepon beliau saat itu saya mulai rajin kirim sms dan selalu dapat + yang banyak.

Pertemuan saya dan Ismeth setelah beliau menjabat Gubernur definitif terjadi di ruang kerjanya di bekas kantor Bupati Kepulauan Riau di jalan Basuki Rahmat.

Tentu saya tidak sendiri karena ada Trio dan Rully serta beberapa alumni Bandung yang ikut. Setelah pertemuan itu saya mulai diajak ikut mendampingi kegiatan Pemprov dimana sebagian teman-teman alumni Bandung malah diberikan kesempatan mengabdi sebagai PTT (Pegawai Tidak Tetap).

Ismeth memang Gubernur yang kharismatik, terkadang saya seperti sedang berbicara dengan seorang Menteri ketika berhadapan dengan Ismeth Abdullah, ya Gubernur rasa Menteri begitulah kira-kira.

Hampir bisa dipastikan setiap orang yang keluar dari ruangan setelah menghadap Gubernur akan menebar senyum dan semangat positif, entah apa yang diberikan Ismeth kepada mereka.

Namun saya yakin, sosok bijaksana dan pendengar yang baik menjadi penguat karakter Ismeth dalam memimpin Kepri sehingga setiap pegawai baik PNS maupun PTT berani tepuk dada dan mengatakan “Kami bekerja untuk Pemprov Kepri, dan kami bangga melayani masyarakat Kepri”.

Dan aura kepemimpinan itu tak dijumpai lagi di Kantor megah Pemprov Kepri di Pulau Dompak saat ini.

Dalam sehari Gubernur Ismeth bisa menyelesaikan 10 sampai 15 urusan sekaligus. Dan bila perlu ruang lantai 2 di Gedung Kantor Gubernur Kepri, Basuki Rahmat masih menyala sampai tengah malam sama halnya ruang lantai 8 di Gedung OB Batam center ketika Ismeth jadi Ketua nya.

Pokoknya ini orang workaholic (gila kerja), dan selalu punya perencanaan yang matang, saya kagumi itu dan disisi lain saya kritik sikapnya yang mengakomodir semua orang, dari tokoh masyarakat sampai preman dirangkulnya, dari mahasiswa sampai cerdik pandai di dengarnya, dari pengusaha sampai pengangguran di bantunya, saat berkuasa Ismeth sangat dipuja, dikelilingi para kurcaci sebagaimana juga Nurdin Basirun, Gubernur Kepri yang akhirnya masuk OTT KPK bersama orang sekampung nya Karimun sana.

Saya pernah katakan pada Ismeth, orang yang dibantunya itu berwajah 13, kembali senyum khasnya menyapu emosi saya dan membuat saya terdiam. Sangat banyak orang yang dibantu oleh tangan Ismeth saat dirinya menjadi Gubernur Kepri, dan saat itu bahkan ada meme yang menyebut Ismeth untuk Pilgub Kepri 2010, berpasangan dengan siapa aja pasti menang, dengan “tiang listrik” pun menang, luar biasa bukan.

Namun semua itu runtuh dalam semalam, ya Ismeth akhirnya ditahan KPK dalam kasus Damkar saat menjabat Ketua Otorita Batam dan untuk seterusnya terpisah dari Provinsi yang dipimpinnya, dari masyarakat yang mencintainya sejak 22 Februari 2010, hanya beberapa minggu dari jadwal pendaftaran calon Gubernur periode 2010-2015, kedai kopi se Kepri bertrending topic tentang itu.

Mungkin bila kasus Bobby Jayanto sudah ada saat itu pun pasti kalah pamor, berbagai spekulasi bermunculan, Ismeth dijegal lawan politik, spekulasi yang sama juga muncul saat ini. Ketika Nurdin juga ditahan KPK sejak 11 Juli 2019, disaat karirnya memuncak dan mungkin juga berlaku meme yang sama dengan Ismeth, Nurdin pasangan dengan “tiang listrik” pun menang.

Lain hulu lain parang, lain dulu lain sekarang.

Itulah realitas hidup, setelah tak lagi menjabat Gubernur, nama Ismeth kian redup di blantika perpolitikan Kepri. Berbagai berita miring tentang tindak tanduk Ismeth dalam menghadapi pergulatan ekonomi kian menyeruak bagai bau bangkai, hilang kemana orang-orang yang dulu dibantu nya, sembunyi dimana para pejabat maupun politisi yang dulu diorbitkannya, tiarap semua dan mungkin tak membalas sms dari Sang Mantan, tak ada lagi kisah tanda +, tak ada lagi kerinduan pada senyum khas Ismeth Abdullah, pendek kata, Ismeth is End.

Saat Pilgub Kepri 2015, sebenarnya ada berita Ismeth akan mendaftar sebagai Bakal Calon Gubernur. Namun sayangnya niat tersebut harus dikubur dalam-dalam karena partai pengusung yang diharapkan pada balik kanan dan buang badan, kandaslah harapan Ismeth.

Kini menatap Pilgub Kepri 2020, dan bisa jadi terinspirasi dari bangkitnya Tun Mahathir di Malaysia, Ismeth yang September nanti berusia 73 tahun kembali menyatakan akan maju sebagai salah satu kontestan. Langkahnya kini tak semudah saat masih berkuasa, sekarang tak semua orang mau mendekat di tengah ketidakpastian bisa ikutnya Ismeth sebagai salah satu Calon Gubernur.

Kalaupun ada yang bergabung ke Tim Ismeth, mereka patut diapresiasi sepanjang niatnya justru bukan untuk menggelecek apalagi untuk cari pitih, semangat Ismeth masih berapi api seperti ungkapan Old Soldier never die, maka Old Governor never say Good bye..

Penulis adalah Buana F Februari
Teman dekat Ismeth

Loading...