Para Prajurit Penjaga Perbatasan: Kami tidak Gentar Menghadapi Cuaca

Loading...

ANAMBAS (suarasiber) – Lima lelaki bergegas naik ke atas KM Harapan Kita IV. Tiada keraguan, meski hari itu, Selasa (11/9/2018) cuaca di atas langit Perairan Jemaja.

Tujuan mereka adalah tiga pulau terluar, yang hanya bisa ditempuh menggunakan kapal. Tinggi ombak dua sampai tiga meter, membuat perjalanan dipastikan kurang nyaman. Seperti pepatah the show must go on, patroli bulanan TNI Angkatan Darat dari Koramil 04 Letung dan Kodim 0318 Natuna ini harus tetap dilaksanakan.

Cuaca buruk bukanlah penghalang kami untuk menjalankan tugas negara. F-hariyadi saputra

Langit dipenuhi awan kelabu, beberapa titik berwarna hitam. Namun Sersan Mayor Tando, Sersan Kepala Beri Sihombing, Koptu Hutabarat, Kopda Eko Sidik, Praka Agus dari TNI AD; Serda Ari Ponco dari Pos AL Jemaja; Ipda Nardaus, Bripka Rizki Heru Putra, Bripda Irwansyah Jamaja dari Polsek Jemaja tak menghiraukannya.

Ke-9 pengawal perbatasan ini harus menjalankan tugas mengawasi dan mengamankan wilayah yang sudah dibebankan ke pundak mereka.

NKRI harga mati, karena itulah kami di sini. F-hariyadi saputra

Dan di tahun baru Islam itu, mereka harus mengunjungi Pulau Tokong Atap, Pulau Tokong Palang Biru dan Pulau Mangkai.

Dari Dermaga Letung, jarak ke Pulau Tokong Atap 24 mil dengan waktu tempuh tiga jam, dilanjutkan ke Pulau Tokong Palang Biru sejauh 42 mil dengan waktu tempuh tujuh jam, diteruskan ke Pulau Mangkai yang berjarak 18 mil dengan waktu tempuh dua jam.

[irp posts=”3717″ name=”Pangarmabar Semangati Prajurit Penjaga Pulau Terluar”]

[irp posts=”8456″ name=”Petinggi Lantamal IV dan Polda Kepri Motivasi Prajurit di Pulau Nipah”]

“Ini kegiatan rutin bulanan. Untuk menjaga wilayah perbatasan NKRI, kami tidak gentar menghadapi gelombang selama masih bisa diatasi. Apapun tantangan kita hadapi,” tegas Sersan Mayor Tando, diamini teman-teman seperjalanannya.

Wartawan suarasiber yang diberi kesempatan mengikuti perjalanan ini merasakan beratnya perjalanan. Bagi yang tak biasa, mual dan pusing bisa menyerang kapan saja. Angin yang cukup kuat di atas kapal kayu berbobot 30 ton dengan kecepatan 9 mil per jam milik Andi yang juga kapten kapal, bukanlah hal yang indah bagi kebanyakan orang.

Butuh nyali, semangat, keikhlasan untuk mengawasi pulau pulau terluar NKRI. F-hariyadi saputra

“Kami jalankan tugas dengan ikhlas dan menjaga semangat, Mas,” tutur Serda Ari Ponco.

Selama perjalanan para pengawal perbatasan ini mengisi suasana dengan bercengkerama, saling berbagi cerita. Ikatan mereka sudah seperti saudara. Hal ini terbentuk karena untuk melakukan tugas patroli dan pengawasan ini mereka harus mengatasi segala hal bersama-sama.

Disampaikan Ipda Nardaus, kondisi tubuh harus baik dalam perjalanan seperti ini. Cuaca hari itu, tambah dia, bukanlah yang terburuk.

Antar individu sudah seperti keluarga karena terbentuk dalam tugas. F-hariyadi saputra

Perjalanan ini bukan sekadar patroli, mengawasi pulau-pulau terluar dari atas kapal. Mereka harus turun dan memasang Bendera Merah Putih sebagai tanda pulau-pulau tersebut milik NKRI. Untuk pemasangan bendera ini, dibutuhkan kewaspadaan tinggi karena beberapa pulau adalah tonjolan karang dengan permukaan yang tidak rata, ada bebatuan runcing di setiap sudut.

“Kami tidak ingin ingin ada yang merebut pulau-pulau milik Indonesia,” jelas Serma Tando.

Di pulau-pulau itu, mereka bisa bertemu dengan prajurit penjaga perbatasan. Di akhir perjalanan, Tando berharap ada bantuan kapal berkapasitas 20 ton untuk menjangkau wilayah perbatasan terluar. (hs)

Loading...