Mengenal Peran 6C dalam Pembelajaran Abad ke-21

Loading...

Esra menambahkan bahwa webinar ini menghadirkan pakar dan praktisi yang mumpuni, yakni Assoc. Prof. Suzanne Choo Shen Li (National Institute of Education, Singapura), Ismi Siti Fajarsih (SMAN 1 Kasihan, Indonesia), Siti Zakia (SMKN 2 Tebing Tinggi, Indonesia), dan Tri Hastuti (SMAN 1 Pasir Penyu, Indonesia).

Mengawali sesi paparan, Suzanne memberikan pandangan bahwa penguasaan dua keterampilan interpersonal, yakni karakter (character) dan kewarganegaraan (citizenship) penting bagi siswa.

“Kini kita berada pada era hiper-globalisasi. Pemerintah dan pemangku kebijakan sadar bahwa siswa perlu bersiap menjadi warga global. Jika kita hanya melatih siswa dengan 4C, mereka tidak akan memiliki karakter. Oleh karena itu, karakter dan kewarganegaraan menjadi landasan atau nilai penting dari kecakapan abad ke-21,” ujar Suzanne.

Dalam pembelajaran bahasa, penerapan kecakapan karakter dan kewarganegaraan dapat dilatih salah satunya melalui pemberian materi belajar yang faktual. Sebagai contoh, guru dapat memberikan teks sastra sebagai jembatan pengembangan karakter melalui proses menganalisis, mengkritisi, dan mendiskusikan naskah tersebut.

Dengan penambahan peran kecakapan tersebut, keenam kecakapan abad ke-21 kemudian dikenal dengan istilah 6C, yakni character (karakter), citizenship (kewarganegaraan), critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration (kolaborasi), dan communication (komunikasi).

Salah satu ciri dari implementasi kecakapan 6C dalam pengajaran bahasa di abad ke-21 adalah munculnya aspek humanis dalam pendidikan, seperti pendidikan dan kurikulum yang berpusat pada nilai dan karakter, tidak lagi hanya berfokus pada penguasaan materi mata pelajaran.

Loading...