Hadapi Angin Musim Utara, Tiap Desa Tangguh di Bintan “Dikawal” 20 Orang

Loading...

Suarasiber.com – Menghadapi kemungkinan terjadinya bencana alam akhir tahun 2021, setiap desa tangguh di Kabupaten Bintan, Kepri, dikawal 20 orang terlatih.

Persiapan ini dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bintan dengan pelatihan.

“Ini untuk menghadapi fenomena alam menjelang akhir tahun 2021 ini. Tenaga desa tangguh ini akan membantu masyarakat, jika terjadi bencana alam di akhir tahun atau memasuki angin musim utara ini,” ungkap Plt Kepala BPBD Bintan Ramlah, Senin (29/11/2021).

Untuk menghadapi angin musim utara atau la nina tersebut, pelatihan yang dilakukan meliputi:

  • Kebijakan manajemen bencana.
  • Kemampuan mandiri tingkat desa.
  • Panduan alur proses pengajuan bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.
  • Pentingnya menjaga lingkungan hidup agar tidak terjadi bencana.
  • Peran serta masyarakat dalam pencegahan kebakaran.

Disampaikan Ramlah, dari 51 desa/kelurahan di Bintan, saat ini baru 4 yang memiliki tim desa tangguh.

Ramlah mengharapkan, desa tangguh bencana yang sudah dibentuk dan ditetapkan mampu menciptakan masyarakat desa yang tanggap dan siaga bencana. Tujuannya guna penanggulangan risiko bencana agar dapat ditangani secara cepat dan tepat.

Para tenaga desa tangguh bencana ini harus mengenali potensi bencana yang ada di desa. Tanggap ketika terjadi bencana. Dan mampu secara mandiri melakukan proses penanganan terjadinya bencana.

Ramlah juga berpesan, “agar masyarakat selalu waspada di masa La Nina ini. Terutama bagi nelayan yang ingin melaut,” tambah Ramlah.

Apa Itu La Nina?

Melansir laman resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), La Nina adalah fenomena ketika suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.

Pendinginan suhu muka laut ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.

BMKG memprakirakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan dilanda La Nina sejak Oktober – Februari 2022. Fenomena cuaca ekstrem tersebut perlu diwaspadai lantaran seringkali menimbulkan bencana.

Pada periode peralihan musim ini harus diwaspadai fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, angin kencang. Meskipun periodenya singkat, tapi sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.

Kewaspadaan dalam menghadapi musim hujan ini harus ditingkatkan pada periode puncak musim hujan yang diprediksi akan dominan terjadi pada Januari dan Februari 2022, terutama di wilayah rawan banjir dan longsor.

Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat agar mewaspadai datangnya fenomena La Nina menjelang akhir tahun ini.

Dari peristiwa La Nina tahun 2020, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November hingga Januari, terutama di wilayah Sumatra Selatan, Jawa, Bali, NTT, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.

Atas dasar itu, La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 sampai 70 persen di atas normal.

“Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut, maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi,” ujar Dwikorita. (zainal)

Editor Yufreyendi

Loading...