Ngobrol Tanpa Jarak dengan Ansar Ahmad, Si Pengubah Wajah Bintan

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Sebuah pesan di WhatsApp masuk dari sahabat lama, Sabtu (12/10/2019) sekitar pukul 18.15 WIB. Pesannya, sungguh membuat hati mengembang seperti tepung roti dicampur ragi.

“Setengah delapan ngopi di bt 10 ya git. Pak Ansar ngajak,” begitu isi pesan di WA saya.

Sebagai jurnalis di daerah, bisa mewawancarai seorang anggota DPR RI, adalah sebuah kebahagiaan. Standar nilainya tinggi.

Itu juga dicantumkan di sesi uji jejaring pada Uji Kompetensi Wartawan (UKW) tingkat utama. Seorang jurnalis harus punya jaringan narasumbet berkelas nasional.

Anggota DPR, MPR, dan DPD RI, termasuk dalam kelas itu. Selain, presiden, menteri, pejabat tinggi di Mabes TNI, dan Polri. Seniman terkenal, dan lainnya.

Saya sendiri saat uji kompetensi utama, menelepon seorang pejabat tinggi di Mabes Polri. Kala itu, Ansar masih menjabat Bupati Kabupaten Bintan.

Jika saat ujian jejaring dilakukan tak bisa menelepon narasumber berkelas nasional, jangan harap lulus UKW Utama. Sebegitulah pentingnya jejaring bagi seorang jurnalis.

Itu sebabnya isi pesan WA di ponsel membuat hati mengembang. Saya harus tiba lebih dulu di Kedai Kopi Batu 10, sebelum Ansar.

Sebelum jarum jam menapak ke angka 19.30, saya sudah tiba di sana. Selain karena kebiasaan on time yang terjaga sejak sekolah, sosok Ansar juga memotivasi tiba lebih cepat.

Sosok yang tak pernah bersuara keras, meski saat marah, dan emosi. Sederhana, dan tetap rendah hati meski tengah menjadi penguasa.

Berstandar Moral Tinggi

Selain itu, Ansar yang gantengnya disebut pakai kali, punya standar moral tinggi sebagai pemimpin. Dan, tidak memanfaatkan aji mumpung saat berkuasa.

Beda dengan sejumlah oknum penguasa lainnya, yang cerita miringnya beredar hingga ke segala ceruk. Nama Ansar tetap bersih dari skandal atau affair, baik ke dalam atau keluar.

Bahkan, sekedar isu miring pun tak pernah terdengar sejak dia menjadi pegawai, Kabag Ekonomi, wakil bupati hingga jadi bupati dua periode.

Standar moral tinggi yang diterapkannya membuatnya fokus dalam bekerja, dan memimpin.

Tak heran, jika Ansar, yang dilahirkan 10 April 1964 di Kijang, Bintan Timur, mampu mengubah wajah Kabupaten Bintan.

Dengan anggaran yang terbatas, Ansar bersama timnya mampu membangun jalan lintas barat. Panjangnya puluhan kilometer, dan kini menjadi urat nadi di Pulau Bintan.

Selain itu, nyaris di semua kecamatan dibangun masjid-masjid besar. Sumber daya manusia pun dibangun maksimal.

Pada masanya, banyak anak-anak pulau yang bisa memiliki skill. Sekaligus membuat mereka mampu bersaing di bursa karir di dunia.

Banyak prestasi lain yang tak bisa disebut satu per satu. Bukan sekedar prestasi untuk mendapat piagam. Tapi, untuk dinikmati masyarakat luas.

Jadi Anggota DPR RI

Sosok sederhana yang rendah hati itu, kini menjabat anggota DPR RI dari dapil Provinsi Kepri. Dia terpilih dengan suara sekitar 135 ribu. Terbanyak di Kepri dari yang lainnya.

“Maaf, Git, lama tak kontak. Aku baru balek dari Jakarta ni. Awak sehat ya,” sapanya ramah sambil menjabaf tangan.

Hj Dewi Komalasari, istri Ansar yang Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepri pun menyapa ramah. Usai memesan air putih hangat, obrolan pun berlangsung hangat, dan tanpa jarak.

Selain Dewi, di tiga meja yang didempetkan menjadi satu, ada beberapa rekan lainnya. Ada Nazaruddin, Kamaruddin Ali dan Hadi Candra anggota DPRD Kepri serta Suyono mantan jurnalis yang jadi think tank di Golkar Kepri

Ada juga Udin Semekot, sahabat erat Ansar sejak masih kuliah di UNRI. Kemudian, Abud, keponakan Ansar yang anggota TNI.

Ansar tetaplah Ansar, yang humble dan sederhana serta cerdas. Baru saja duduk sebagai anggota DPR RI, Ansar sudah punya program terukur untuk Kepri. Yang akan saya tulis di tulisan terpisah nanti.

Untuk itulah, Ansar dijadwal masuk di Komisi V DPR RI, yang membidangi insfrastruktur, dan perhubungan. Agar, bisa berbuat sebanyak-banyaknya untuk Provinsi Kepri.

Pilkada 2020

Pilkada tahun 2020 di Provinsi Kepri, dan semua kabupaten di Kepri serta Kota Batam, menjadi salah satu topik obrolan malam itu. Saya belum bisa melepas obrolan itu di tulisan ini untuk sekarang.

Yang jelas langkah ke arah Pilkada dimulai dengan analisa SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Analisa tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

Begitu juga dengan rencana kerjanya di DPR RI, untuk Provinsi Kepri, juga diawali dengan analisa SWOT itu. Sehingga, progresnya bisa terukur, dan jelas.

Berjam berbual dengan Ansar, terasa tak cukup. Begitulah sahabat, tak menyisakan ruang yang namanya jarak. Meski posisi kami jelas sekali berbeda. Begitu dekat. Akan tetapi Ansar perlu ruang, dan waktu dengan para sahabatnya yang lain. Saya pun undur diri, dan pamit dengan hati senang.

Senang bertemu narasumber berkelas nasional. Dan, senang bisa bertukar pikiran tentang banyak hal. “Kapan-kapan kita bebual lagi, ya,” ucapnya. (sigit rachmat)

Loading...