Mobil Listrik Diproduksi, Baterai Lithium Disiapkan

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Mobil listrik nasional yang sudah mulai diproduksi, diprediksi akan banyak diminati. Sehingga, memerlukan banyak baterai lithium. Hal ini diantisipasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).

Saat ini, Kemristekdikti menargetkan Indonesia sudah bisa memproduksi baterai lithium sendiri tahun 2022. Baterai lithium tak hanya dibutuhkan untuk mobil listrik tapi juga motor listrik.

Mohamad Nasir, Menristekdikti mengatakan hal itu belum lama ini di Universitas Sebelas Maret (UNS). Saat mengunjungi Pusat Pengembangan Bisnis dan Unit Produksi Baterai Lithium di universitas itu sebagaimana dikutip dari kemristekdikti.com.

Kembangkan Teknologi Proses Bahan Baku Lithium

Dalam kesempatan itu, M Nasir, mengungkapkan Indonesia kini sedang mengembangkan teknologi. Untuk memroses bahan baku lithium.

Lokasinya ada di Halmahera, Maluku Utara. Dijadwalkan tempat pengolahan bahan baku lithium ini sudah terbangun tahun 2021.

Sehingga, ujar M Nasir, ketika tempat pengolahan di Maluku Utara itu selesai dibangun. Maka, Indonesia bisa memroduksi baterai lithium sendiri tahun 2022 atau 2023.

Sedangkan yang di UNS sudah berjalan. Dan, tinggal sistem otomatisasinya yang dibuat.

Baterai Lithium Komponen Utama Mobil Listrik dan Motor Listrik

Atas upaya yang dilaksanakan UNS itu, M Nasir, menyampaikan apresiasinya. Universitas ini sejak 2012 sudah mengembangkan baterai lithium. Dan, sekarang sudah masuk ke industri.

M Nasir menegaskan, Indonesia harus mampu menghasilkan baterai lithium sendiri. Karena, baterai lithium adalah bagian terpenting bagi mobil listrik, dan motor listrik.

Dengan kemampuan UNS saat ini, M Nasir berharap baterai lithium UNS bisa jadi pemasok untuk motor listrik nasional. Industri motor listrik nasional, Gesits memang tengah berkembang.

Ke depan, M Nasir berharap baterai lithium bisa menjadi salah satu sumber energi alternatif. Karena, sumber energi fosil sudah semakin terbatas.

Dengan keterbatasan itu, para peneliti mendapatkan tantangan besar. Tantangan agar selalu berinovasi di bidang tersebut.

Sementara itu, Jamal Wiwoho Rektor UNS, mengungkapkan pengembangan baterai di universitas ini dimulai 2012. Seiring dengan program program Mobil Listrik Nasional (Molina).

Saat ini, tambah Jamal, baterai lithium UNS tak hanya bisa diaplikasikan ke kendaraan listrik. Tapi juga untuk menyimpan energi dari sumber terbarukan. Namun, sebagian besar komponen produksi masih harus diimpor.

Ke depannya, impor bahan baku baterai lithium ini, akan diubah dari sumber lokal. Dan, kini sedang dalam pengembangan. (mat)

Loading...