Awalnya, Kebijakan Alias Wello Sangat Tidak Populer

Loading...

LINGGA (suarasiber) – Sudah sama-sama kita ketahui bahwa diawal masa pemerintahan Awe Nizar, bupati Lingga dihadapkan pada berbagai tantangan, sehingga menuntut beliau harus melakukan mobilitas tinggi dalam ragam aktifitasnya.

Alias Wello, Bupati Lingga yang dikenal enerjik ini, ternyata menyimpan rahasia yang menjadikannya selalu semangat dalam berbagai aktifitas. Beliau mengungkapkan bahwa, salah satu rahasianya adalah dikarenakan beliau sudah terbiasa dididik bekerja keras oleh orang tuanya sejak kecil, di dalam lingkungan yang sederhana, hingga kebiasaan-kebiasaan tersebutlah yang menjadikan dia sampai seperti sekarang ini, selalu bersemangat.

Meskipun diawal masa pemerintahannya ia terpaksa membuat kebijakan yang tidak populis dengan merumahkan sebagian besar PTT dan THL Pemkab Lingga, namun hal tersebut dilakukan bukanlah tanpa pertimbangan yang matang. Ada konsekuensi yang harus diambil untuk sebuah perubahan.

“Walaupun dengan berat hati, tapi mau tidak mau, langkah yang tidak populis tersebut harus saya ambil. Namun bukan tanpa pertimbangan, hal tersebut saya lakukan guna menyelamatkan anggaran daerah, hingga bisa menghemat 16 Miliar per tahun,” katanya, saat talkshow di radio, kemarin.

Tidak hanya langkah tersebut, gebrakan yang dia lakukan juga terbukti mampu menghasilkan efisiensi di semua sektor, hingga evaluasi berbagai program yang sebelum masa pererintahannya merupakan progam yang membebani anggaran, diantaranya melakukan evaluasi biaya perjalanan dinas, menunda program non prioritas, serta penyelesaian masalah defisit keuangan daerah dengan membayarkan hutang pemkab Lingga kepada pihak ketiga.

“Agar birokrasi kite menjadi lebih maksimal, suke atau tidak suke harus dilakukan perubahan, demi menyelamatkan anggaran agar tercipta birokrasi yang sehat. Adapun penghematan anggaran yang dilakukan diawal pemerintahan tersebut, dialokasikan untuk pelayanan dasar, yakni JKLT dibidang kesehatan, serta sekolah gratis 9 tahun dibidang pendidikan,” tegasnya.

Ditambahkannya, langkah tidak populis lain yang ditempuhnya, yakni percetakan sawah di Kabupaten Lingga. Kebijakan ini dikenal ‘melawan arus’, namun dengan optimisme yang tinggi, akhirnya program yang awalnya hanya menggunakan dana pribadi beliau, sekarang sudah mulai mendapat perhatian besar dari pemerintah pusat, utamanya dari Menteri Pertanian.

“Sederhana saje, awalnya sebelum percatakan sawah, saye melihat potensinye ade. Waktu itu saya masih menjabat sebagai ketua DPRD, saya sudah melihat peluangnya. Namun belakangan menjadi luar biase karena adanya doktrin ‘daerah maritim’ dengan kondisi geografis Kabupaten Lingga yang dikelilingi oleh pulau-pulau yang banyak, tapi saya malah ingin membuat sawah.”

Dengan melihat peluang tersebut, maka terciptalah petak-petak sawah seperti saat ini yang bertitik fokus dibeberapa lokasi di Kabupaten Lingga, diantaranya di Desa Bukit Langkap, Desa Panggak Darat dan Desa Resang yang dibiayai melalui APBN dengan dukungan opsus TNI Angkatan Darat.

Ia mengambil langkah tersebut dengan berbagai pertimbangan, diantaranya peluang menyerap tenaga kerja yang lebih banyak di bidang pertanian.

“Kalau di darat (red: pertanian) seluruh masyarakat bisa melakukannya, laki-laki dan perempuan bisa ikut. Tapi kalau di laut, tak semue orang bise, biasenye kebanyakan laki-laki, apelagi kalau musim angin kencang,” katanya.

Diketahui saat ini, berkat opitimisme dan progres kerja yang nyata, maka Kabupaten Lingga kini ditetapkan sebagai salah satu lumbung pangan nasional, terutama untuk wilayah Sumatera.

“Alhamdulillah, Lingga masuk dalam program kemandirian pangan Kementerian Pertanian, dan merupakan satu-satunya daerah di Sumatera dari 7 lokasi Basis Pertanian di Indonesia,” kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, ia juga menyampaikan beberapa program pembangunan yang akan dilaksanakannya kedepannya. Beliau mengungkapkan dalam waktu dekat akan dibangun sebuah sebuah sektor industri perikanan yang berlokasi di Sungai Tenam, yang akan menjadi satu energi baru dibidang perikanan Kabupaten Lingga.

“Nanti di sana akan kita bangun hilirisasi industri perikanan yang khusus untuk mengelola berbagai potensi perikanan, mulai dari pengelolaan hasil perikanan, hingga pada pembuatan filet ikan. Dan juga kita sudah menjalin kerja sama dengan universitas yang konsern terhadap perikanan yakni Universitas Riau. Selain itu, kite juge sudah melakukan kerjasama dengan Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat untuk masalah perikanan ini,” tambahnya.

Di samping pembangunan di bidang perikanan, dia juga berencana membangun industri garam yang lebih besar di Kabupaten Lingga. Bupati mengungkapkan bahwa garam yang saat ini sudah mulai dirintis di Pantai Todak, Dabo Singkep, ternyata memiliki grade kualitas yang lebih bagus, jika dibandingkan dengan garam yang diproduksi di Pantura Jawa dan Madura.

Pasangan M Nizar ini mengatakan bahwa, produksi garam dilokasi tersebut diyakini berpotensi menghasilkan puluhan Ton Garam per hari, dengan estimasi produksi hingga 1200 Ton per bulan.

Sambil terawa, ia pun berkelakar “Wah kalau macam gini, masyarakat kita akan sering naik tensi.”

Kemudian ia melanjutkan rencana pembangunannya untuk pemerataan pembangunan di Kabupaten Lingga, yakni dengan pembangunan pulau Bakung sebagai sentra karantina sapi, hingga pembukaan jalan baru yang akan menghubungkan beberapa dusun dan pulau lewat jalur darat.

“Insyaallah, harapan kite bersame, semoge kedepannye akan segera teralisasi” kata Bupati menutup penjelasannya. (mat)

Loading...