Pendemi Belum Usai, Bencana Kini Mengintai

Loading...

Ditengah pandemi Covid-19 yang terus bertumbuh diangka sekira 10.000 perhari secara nasional dengan positif rate 20%, positif aktif 14%, mengindikasikan bahwa beberapa pekan kedepan hingga beberapa bulan kasus ini akan terus melaju tak terbendung.

Penularan yang sudah berada pada level komunitas, pada wilayah yang seluas Indonesia dengan populasi yang padat serta jumlah yang besar maka dampak pandemik ini akan berlangsung dalam waktu yang relatif lama.

Pandemik Covid-19 adalah tantangan terhadap science yang melaju begitu cepat. Kalau pada pandemik sebelumnya dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk memproduksi obat atau vaksin suatu penyakit.

Sekarang dalam tempo setahun telah dihasilkan sekira 200-an unit kandidat vaksin untuk Covid-19.Bahkan beberapa jenis vaksin sudah di produksi dan diedarkan secara resmi di berbagai negara. Ini adalah cahaya di ujung lorong yang gelap.

Pemberian vaksin tentu diharapkan dapat secara efektif menekan laju penularan Covid-19, membentuk kekebalan komunitas hingga akhirnya penularan dapat dikontrol.

Disadari bahwa laju covid19 harus di kontrol dengan memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki. Pengendalian pada tingkat komunitas, keluarga dan individu.harus dapat dijalankan secara sinergis.

Intervensi farmasi dan non farmasi harus berjalan secara bersamaan, begitu juga intervensi medik dan public health harus di tempatkan sebagai dua sisi mata uang.

Program intervensi medik tidak mungkin berhasil kalau tidak melibatkan keahlian public health. Dan program public health tidak akan berhasil bila menafikan intervensi medik.

Karena itu arogansi profesi pada situasi ini harus disingkirkan.

Pengendalian Covid-19 adalah pekerjaan kolaborasi seluruh profesi yang dapat mengakses seluruh potensi penduduk atau masyarakat untuk berperan aktif dalam mitigasi pandemik.

Perlu disadari bahwa sebagai bangsa yang besar, tentu kita tidak mau mempertaruhkan keutuhan negeri ini hanya karena keegoan kita untuk tidak patuh terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

Tekanan yang berat akhir akhir ini adalah tempaan bagi bangsa ini untuk tetap survive di masa yang akan datang.

Sebagai bangsa yang berada di ring of fire serta pertemuan berbagai patahan bumi, kondisi geografis dan demografis populasi yang beraneka ragam maka dapat disimpulkan bahwa negera ini disamping memiliki potensi kekayannya juga terkandung potensi laten bencana alam dan non alamnya.

Mengantisipasi hal tersebut, maka cara pandang setiap warga & bangsa ini harus tetap berpola pada kewaspadaan kebencanaan. Jangan pernah lengah, karena sesungguhnya ancaman itu selalu mengintai kita semua.

Secara ekologi telah terjadi ketidakseimbangan lingkungan, sehingga berbagai mutasi kehidupan telah berlangsung sekian lama, hanya membutuhkan sedikit pemicu untuk meledak; itulah yang terjadi akhir akhir ini.

Bencana ataupun outbreak akan mengalami eskalasi peningkatan yang signifikan dengan daya ledak yang lebih luas, populasi terdampak lebih massive, serta frekuensi ledakan yang lebih sering.

Mengantisipasi hal tersebut, maka setiap orang harus menyadari bahwa kita semua adalah populasi yang rentan (vulnerable population). Karena itu program pendidikan mitigasi kebencanaan harus menjadi basis setiap penduduk.

Setiap warga harus menyadari pentingnya untuk membangun sense of outbreak atau sense of crises. Sadar terhadap berbagai ancaman yang dihadapi dan tahu serta bertindak benar terhadap upaya pengendalian bencana tersebut. ***

Makassar, 17 Januari 2021
Oleh Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, S.KM, M.Kes, M.Sc.PH; Pakar Epidemiologi/Ketua Umum PP Perhimpunan Sarjana & Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi)

Editor: Andi Kurniawan, S.KM, MPH/Ketua Pengda PERSAKMI KEPRI, Berdomisili di Kota Tanjungpinang

Loading...