Ketika Covid-19 Menembus Pulau Terisolasi di Laut China Selatan

Loading...

Berita itu datang pukul 11.00 dari salah satu pejabat Bintan. Lima jam sebelum diumumkan Gugus Tugas Covid19 Kepulauan Riau Jumat (22/5), bahwa satu dari penduduk Tambelan positif Covid-19.

Kecamatan Tambelan adalah kecamatan terjauh dari Kabupaten Bintan yang dianggap zona hijau. Artinya boleh salat Id, saat lima waktu di masjid atau musala karena dianggap zona aman atau zona hijau.

Kalau sudah ada kasus di Tambelan, sebaiknya salat Ied di rumah saja. Lebih aman. Sesuai hadits, jika ada wabah, maka larilah seperti melihat singa. Sekarang ini musim wabah sudah sampai di Tambelan, maka larilah.

Sudah banyak ulama hebat negeri ini sampai ulama Arab Saudi menganjurkan salat di rumah saja. Logika sederhana salat Ied itu sunnah. Bisa dikerjakan di rumah. Sedangkan menghindari dari bahaya untuk keselamatan jiwa itu wajib. Saya sendiri pilih yang wajib dahulu. Ikhtiar menyelamatkan satu nyawa sama dengan menyelamatkan seluruh nyawa manusia.

Jarak Tambelan dengan Pulau Bintan bisa ditempuh 24 jam dengan Sabuk Nusantara dari Tanjungpinang sekitar 210 mil. Sedangkan dari Pontianak sekitar 12 jam sekitar 90 mil dari Pulau Borneo.

Rute transportasi satu bulan tiga kali kapal bolak balik Tanjungpinang atau Bintan ke Tambelan. Pulau yang terisolasi dibandingkan dengan kecamatan lain.

Penduduk di Tambelan 5.000 lebih atau sekitar 3.800 an yang terdaftar dalam data pemilih pemilu 2019. Fasilitas kesehatan hanya satu puskesmas dengan 1 dokter umum satu dokter gigi. Sisanya perawat dan bidan.

Masuknya kasus pertama di Tambelan sepertinya dibawa dari Kalimantan Barat ataupun dari Tanjungpinang. Tidak ada yang tahu siapa yang membawa virus itu. Karena warga tertular itu selama satu bulan terakhir tidak keluar Tambelan. Dia hanya diam di Tambelan.

Pemuda 22 tahun itu sempat aktif membantu warga menyalurkan bantuan sembako kepada warga Tambelan. Tak ada keluhan. Saat rapid test, pemuda itu hasilnya reaktif. Ia pun berlayar dengan Sabuk Nusantara.

Sabtu (23/5) ini setelah dapat informasi positif, petugas di Tambelan langsung melakukan tracing terhadap warga yang kontak erat dengan pasien positif.

Keluarga saya juga termasuk dites karena pernah berhubungan dengan pasien. Hasil sementara non reaktif. Menunggu 10 hari lagi dites kembali. Berharap juga non reaktif.

Warga Tambelan harus waspada. Jumat (22/5), malam di Kelurahan Teluk Sekuni misalnya ada tiga warga dari Kalimantan Barat datang. Mereka ikut kapal kapal barang lalu lalang di Tambelan ke Kalbar. Mereka bebas masuk Tambelan tanpa membawa surat bebas Covid-19.

Padahal Pontianak salah satu kota transmisi lokal dekat dengan Tambelan. Kalaupun sudah sampai di Tambelan tak membawa surat bebas Covid-19, minimal warga itu dikarantina 14 hari di rumah khusus. Karena kita tidak tahu apakah dia bebas virus atau tidak. Jika warga luar itu membawa virus, lalu dia melakukan sosialisasi di tengah warga, maka inilah jadi bahaya.

Harusnya warga pendatang dari luar Tambelan sampai di Tambelan wajib membawa surat bebas Covid19. Sesuai surat edaran Gugus Tugas RI yang jadi pedoman. Tak boleh mudik. Karena itu aturan dari Bupati Bintan Apri Sujadi yang diteken pertengahan Mei lalu juga bisa jadi pedoman khusus. Karena Tambelan bagian dari Bintan, peraturan itu berlaku seluruh Bintan tanpa terkecuali.

Kapal kapal membawa sembako bukan berarti dilarang, tapi tak boleh bawa penumpang yang tidak ada surat bebas rapid test. Dan harusnya kapal barang tak membawa penumpang. Aturan Kementerian Perhubungan demikian.

Tambelan tak memiliki dokter spesialis paru. Sehingga jika ada warga yang nantinya menderita covid19 harus dirujuk ke Tanjungpinang dan RS Singkawang. Ada satu warga Desa Pengikik, enam jam dari Tambelan yang saat ini masih dirawat di RS Singkawang. Sudah dua Minggu dirawat di sana tapi tidak diketahui sakit apa.

Padahal warga ini baru balik dari Bangka Belitung belum lama ini. Di Babel, informasinya, warga itu berhubungan dengan salah satu pasien positif. Sampai di Pengikik, baru ketahuan. Dan akhirnya dirujuk ke Singkawang karena lebih dekat dibandingkan dengan ke Tanjungpinang.

Tetapi sampai dengan tadi malam, belum dapat informasi apakah warga ini positif atau negatif. Dua minggu hasil Swab belum keluar. Mungkin di Singkawang antre menunggu hasil tes. Di Batam perlu waktu tiga hari menunggu hasil swab.

Camat Tambelan sebagai kepala wilayah di pulau itu harus tegas menjalankan perintah Bupati. Kerahkan Satpol-PP PP, RT, RW, menegakkan aturan bupati. Bisa kerjasama dengan aparat kepolisian untuk keamanan.

Kalau camat acuh terhadap aturan tersebut sebagai langkah antisipasi, maka Bupati harus segara ganti camat dan Sekcam karenanya tak mampu menjalankan aturan dibuat bupati. Ini bukan perkara flu biasa. Covid19 jika lambat ditangani bisa menular dalam waktu cepat.

Ingat di Indonesia diumumkan 2 Maret ada dua kasus. Sekarang Sabtu (23/5) di Indonesia sudah menembus 20,796 kasus dengan kematian lebih dari 1.326. Dan di dunia Covid19 sudah membunuh lebih dari 340 ribu sejak Januari 2020. Lebih dari 5,3 juta menderita virus mematikan ini (worldometer). Dan angkanya terus naik belum menujukkan tanda tanda menurun.

Hanya beberapa negara yang ketat melakukan intervensi pencegahan yang tegas bisa menang seperti Vietnam dengan nol kematian. Negara longgar antara kepentingan ekonomi yang mau diselamatkan atau nyawa manusia, maka angka korban Covid19 naik terus.

Brazil, Amerika, dua negara padat penduduk mencatat rekor besar terkena Covid19. China penduduk 1,4 miliar bisa menekan Covid19 karena aturan tegas. Tak ada kompromi. Satu positif di Wuhan pasca lokdon, maka mereka tes 11 juta. Begitulah waspada mereka terhadap Covid19. Sama dengan Korea Selatan melakukan pengawasan ketat untuk melacak virus dan tes lalu tes PCR.

Tenaga tenaga medis di Tambelan, inilah saatnya peran anda semua diuji. Jangan letih untuk berbuat baik. Minta kirimkan alat rapid test sebanyak banyaknya dari Kabupaten Bintan untuk memastikan warga Tambelan bebas Covid-19. Tapi kapal tidak ada lagi ke Tambelan saat ini. Mungkin jika habis alat rapid test habis lebaran dikirim. Risiko pulau sedikit terisolasi.

Ingat kasus Hawaii. Kapten Couk dan rombongannya memperkenalkan flu pertama,
tuberkulosis, dan sipilis ke Hawaii. Para pendatang Eropa
berikutnya menambahkan tipus dan cacar. Pada 1853, hanya 70.000 orang yang selamat di Hawaii.

Lainnya mati karena kasus cacar yang dibawa pendatang di pulau itu. Padahal sebelum datang Kapten Couk, Hawaii aman dari wabah Eropa dan Amerika. (Noah Harari).

Dan kasus Flu Spanyol 1918 juga membunuh 50-100 juta manusia karena di awal awal pemimpin negara di dunia sibuk persiapan perang dan perang dunia. Flu Spanyol dikira flu biasa. Lambatnya menangani kasus menyebabkan korban berjatuhan.

Semoga wabah tak terjadi di pulau kecil berada di Laut China Selatan yang sebenarnya terisolasi sendiri karena dibatasi lautan luas dan ganas.

Tapi Covid19 bisa menembusnya. Tak ada yang mustahil bagi Covid19. Mulai dari pusat pemerintahan hingga daerah terpencil diserang. Mulai dari pemimpin hingga rakyat jelata jadi korban. Dari bayi hingga usia senja juga mati.

Dia tak pilih pilih kasta. Bayangkan sudah banyak dokter perawat gugur. Jangan biarkan mereka lama lama bertugas di rumah sakit. Perlu 7 tahun untuk mencetak dokter dengan biaya ratusan juta. Semoga kita sedikit memahami dan mengerti betapa perjuangan tenaga medis itu antara hidup dan mati.

Sekarang ini, ikuti pedoman dibuat Nabi Muhammad 1400 tahun lalu. Jangan masuk ke daerah wabah, diam di rumah dan isolasi diri sampai suasana aman. Berdoa minta perlindungan kepada Tuhan dan patuhi protokol kesehatan seperti jaga jarak, jangan berkerumun, pakai masker, olahraga, serta makan yang bergizi.

Langkah itu sebagai ikhtiar. Jika pun kena Covid19, walau sudah berusaha itu namanya takdir. Kalaupun mati, termasuk mati syahid. *

Robby Patria,
Lahir di Tambelan, lulus SD, SMP Tambelan sedang S3 di Malaysia

Loading...