141 Tahun Ibu Kartini, Ini Kata Sri Mulyani

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Tepat 141 tahun yang lalu atau 21 April 1879, lahir seorang perempuan keturunan bangsawan Jawa. Anak dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan MA Ngasirah itu diberi nama Radeng Ajeng Kartini.

Walau lahir di masa kaum wanita serba dibatasi, namun pemikiran Kartini yang terungkap di surat-suratnya, sangat visioner. Jauh melebihi zamannya.

Surat yang kemudian dibukukan dengan judul asli Door Duisternis tot Licht yang artinya Dari Kegelapan Menuju Cahaya, menampilkan visionernya pemikiran Kartini.

Kartini memang lahir di era kegelapan dan usianya juga pendek. Dia mati muda di usia 25 tahun, sekitar 4 hari setelah melahirkan anak satu-satunya (17 September 1904).

Tapi pemikirannya abadi. Dia dikagumi lintas bangsa. Namanya abadi sebagai nama jalan di sejumlah tempat di Belanda.

Begitu juga nama jalan di banyak sekali kota di Indonesia. Juga di lagu Ibu Kita Kartini, karya WR Supratman, yang kagum dengan visionernya pemikiran perempuan muda itu.

Meski sepi dari peringatan, apalagi bersamaan dengan merebaknya wabah virus corona. Namun, hingga kini pun visionernya Kartini masih sangat dihormati.

Seperti yang disampaikan salah seorang perempuan tangguh Indonesia, yang sangat dihormati di dunia. Selain di Indonesia, yakni Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan.

Melalui laman Instagram resmi miliknya, Sri Mulyani yang kecerdasannya bikin banyak orang iri, menyampaikan kekagumannya kepada Ibu Kartini. Seperti disampaikannya di bawah ini:

“Satu abad lalu Kartini sebagai perempuan, dipingit di rumah karena adat istiadat. Dinding rumah tidak menjadi penghalang bagi Kartini untuk memperjuangkan dan peduli akan nasib perempuan dan anak-anak untuk maju.

Hari ini kita harus tinggal di rumah karena Covid19. Kita dapat mencontoh semangat Kartini – meski di rumah, you can always do good think for your family, your community and your country. Never try to find any excuses to do good things for others.

Mereka yang bekerja siang malam menghadapi ancaman Covid19.
Di garis depan para tenaga medik dokter, perawat, pekerja rumah sakit – memiliki tugas mulia menyelamatkan jiwa manusia dengan resiko jiwa raga mereka sendiri.

Ucapan Terimakasih dan penghargaan tidak akan mampu menebus jasa besar mereka yang telah membaktikan dirinya untuk menolong dan menyelamatkan nasib sesama manusia.

Pandemi Covid19 memberi kesempatan kepada kita semua untuk mampu menunjukkan kualitas kemanusiaan kita.

Seperti Kartini, keperempuanannya, pingitannya, dan berbagai halangan adat, sosial kultural tidak menjadi alasan untuk memajukan kaumnya, dan menjadi pahlawan bangsa dan pahlawan kemanusiaan.

Satu abad lebih, warisan Kartini dalam bentuk kepedulian dan perikemanusiaan yang adil dan beradab tidak pernah musnah.

Pemikirannya yang maju jauh melampaui waktu saat itu, abadi dan lekat dengan kita semua dari jaman ke jaman.

Sang Pencipta menghendaki agar umat manusia selalu mampu dan mau berbuat kebaikan bagi sesama manusia dan bagi alam semesta. Sudahkah kita?” (mat)

Loading...