Syahrul Bisa Menang, Lis Tak Bisa kalah

Loading...

Oleh Buana Fauzi Februari

Kemesraan ini… janganlah cepat berlalu, sepenggal bait lagu lawas ini mengiringi acara perpisahan untuk pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang, H Lis Darmansyah SH dan H Syahrul SPd yang pada 16 Januari 2018 mengakhiri periode
pemerintahan keduanya.

Suasana sedih, haru dan emosional yang mendalam campur aduk saat itu, bukan karena lihainya panitia mengemas acara namun justru karena perpisahan ini adalah awal dari sebuah persaingan. Ya persaingan yang seru, sebab keduanya kembali maju mencalonkan diri sebagai pemimpin Kota Tanjungpinang, Kota Gurindam Negeri Pantun. Lis kembali maju sebagai Calon Wali Kota sedangkan Syahrul tak lagi sudi mendampingi Lis dan memilih maju sebagai Calon Wali Kota juga. Ngeri…

Bolehdikatakan mereka berdua adalah pemain sandiwara yang andal. Selama 5 tahun menjabat sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang mampu menunjukkan kemesraan di depan publik dan baru nampak pecah kongsi menjelang akhir masa jabatan nya.

Di Pilwako kali ini Lis akan berpasangan dengan mantan “musuh” nya di Pilwako 2012, dr Maya Suryanti sedangkan Syahrul berpasangan dengan mantan anak buah Lis di PDIP, Rahma SIP. Pada 12 Februari 2018 kedua pasangan calon (paslon) sudah ditetapkan KPU Kota Tanjungpinang sebagai peserta pemilu kepala daerah Tanjungpinang 27 Juni 2018. Lis
didukung oleh 6 partai dengan perolehan kursi 20 sedangkan Syahrul hanya didukung oleh 3 partai peraih 10 kursi di DPRD Kota Tanjungpinang. Lantas siapakah yang akan keluar sebagai pemenang, berikut penulis mencoba menganalisis dari kajian strategi, program dan aksi para tim sukses masing-masing.

Sama-sama wakilnya perempuan

Entah kenapa Pilwako Tanjungpinang 2018 ini terasa unik, karena ternyata dikuti oleh 2 pasang calon yang keduanya sama-sama berpasangan dengan calon wakil walikota perempuan. Lis memang lebih dulu mendengungkan bahwa bakal calon nya diantaranya adalah Maya Suryanti yang notabene lawa nya pada Pilwako yang lalu dan juga putri mantan Wali Kota Tanjungpinang Suryatati A Manan.

Dan ternyata seperti dugaan banyak orang Maya Suryanti melenggang mulus menjadi pendamping Lis setelah mengikuti kontestasi di DPP PDIP. Dipilihnya Maya bukan tanpa perhitungan yang matang, Maya diyakini mampu mendulang suara dari para loyalis ibunya. Di samping itu Maya juga memperoleh suara yang cukup signifikan pada Pilwako 2012 yakni sebesar 26.616 suara atau sekitar 31,30 persen, Lis sendiri meraih 39.129 suara atau 46,01 persen.

Jadi kalau dikalkulasikan perolehan keduanya bisa mencapai 77,31 persen dan kalaupun harus dibagi dua dengan kemungkinan suara dari para wakil mereka pada Pilwako 2012 yang lalu masih didapat angka 38,65 persen, jelas bukan angka main-main dan itu modal dasar.

Lalu bagaimana dengan Syahrul? Kandidat yang satu ini memang tak terduga, selama mendampingi Lis sebagai Wakil Wali Kota sepak terjangnya di dunia politik nyaris tak terdengar. Gayanya yang sedikit kaku namun menenangkan ini ternyata mampu membuat hingar-bingar politik di Kota Tanjungpinang meriah. Berawal dari kenekatannya menyatakan akan maju juga sebagai calon wali kota dan enggan mendampingi Lis kembali membuat panggung Pilwako mendadak riuh.

Berbeda dengan Lis yang sudah ada perahu PDIP, Syahrul malah sempat terombang ambing tanpa perahu. Namun kejutan dibuatnya dengan mampu menambatkan Gerindra bahkan tak tanggung-tanggung jabatan Ketua DPD Gerindra Kepri digenggamnya. Posisi ini melangkaui Lis yang hanya Sekretaris DPD PDIP Kepri.

Belum sempat reda rasa terkejut orang, Syahrul kembali membuat manuver di menit-menit akhir pendaftaran bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang. Sang mantan guru ini pun memilih politisi perempuan sebagai pendampingnya. Adalah Rahma SIP, seorang legislator dan pengusaha tempatan yang cukup berkibar di Tanjungpinang. Pada Pileg 2014 lalu Rahma mampu membukukan 1983 suara dukungan dan mencatatkan namanya sebagai peraih suara terbanyak di Dapil Tanjungpinang Timur. Dan lucunya Rahma adalah politisi PDIP dan diketahui Dapil Tanjungpinang Timur adalah sarang Banteng. Apakah dipilihnya Rahma oleh Syahrul dengan tujuan untuk mengobrak abrik kantong suara moncong putih di Dapil tersebut, bisa jadi.

Sama-sama menggunakan media sosial

Dengan ditetapkannya peserta Pilwako Tanjungpinang 2018 hanya dua pasang calon, head to head antara kedua nya tak dapat dihindari. Dapat dipastikan menghemat anggaran karena Pilwako kali ini tanpa putaran kedua. Namun Pilwako dengan hanya 2 paslon ini berpotensi menimbulkan kerawanan konflik horizontal, perbedaan pendapat antar pendukung acap kali jadi pemicu keributan yang dapat berujung pada kerusuhan massal.
Saat ini upaya penggiringan opini oleh masing-masing tim sukses paslon gencar dilakukan. Media sosial adalah pilihan yang murah meriah namun efektif, karena mampu menyampaikan pesan langsung ke individu pemilih. Media sosial semisal Facebook menjadi media yang dominan dipergunakan. Berbagai klaim hasil pembangunan dari kedua paslon dipublikasikan.

Baik Lis maupun Syahrul sama-sama punya tim siber. Sayangnya tim siber kedua paslon kurang kreatif mengemas visi misi maupun program paslon. Mereka lebih banyak bermain pola mendiskreditkan paslon lawan, padahal para pemilih sekarang sangat cerdas. Bentuk-bentuk pencitraan jangan harap laku di sanubari mereka. Pemilih cerdas hanya akan memilih pemimpin yang berkualitas dan kualitas bukan hanya ditentukan oleh figur paslon akan tetapi faktor tim pendukung juga menentukan. Kadang kala paslon tidak dipilih oleh masyarakat bukan karena mereka tak suka tapi karena tim suksesnya yang bikin resah…

Adu data dan adu program sejatinya diharapkan masyarakat dari penyebaran informasi lewat media sosial. Jangan hanya pengkultusan seseorang dan jangan pula menebar benih kebencian terhadap orang lain. Berita hoax berseliweran di media sosial, Facebook menjadi tak nyaman dibuka, berbagai grup baru menjamur di WA dengan tagline mendukung paslonnya, Instagram penuh dengan foto paslon berbagai gaya. Pokoknya setiap hari pengguna Medsos dicokoki dengan informasi yang itu itu aja dan oleh orang yang itu itu juga.

Sama-sama rajin blusukan

Kata blusukan mulai populer di era Jokowi, saat mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta. Hmpir tiap hari Jokowi blusukan dan sepanjang menjalani aktivitas blusukannya tersebut Jokowi akan dikelilingi oleh media, baik televisi, cetak maupun online. Maka gaya Jokowi tersebut pun ramai ditiru oleh para penirunya yang akan maju di Pilkada masing-masing.

Ada yang hanya meniru blusukannya saja tapi ada juga yang sampai ikut-ikutan
menjadikan seragam kotak-kotak sebagai branding nya. Untuk Pilwako Tanjungpinang, gaya blusukan masih jadi favorit para kontestan. Pasar selalu dipilih untuk dikunjungi, selain karena pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual sehingga akan banyak orang berada di sana, pasar juga adalah barometer perekonomian.

Sayangnya kunjungan ke pasar hanya seringkali sekadar basa basi. Tempat ibadah juga menjadi destinasi kunjungan para paslon, tak peduli agama apapun, begitu juga acara-acara kesukuan atau marga juga menjadi ajang para paslon memperkenalkan diri atau menjual program nya. Tak ketinggalan acara hajatan warga pun ikut menjadi titik tujuan paslon dalam rundown kegiatan mereka perhari. Sehingga slogan Bawaslu “Tolak Politik Uang dan Politisasi SARA” rasanya sangat hambar dan terkesan hanya slogan kosong.
Kehadiran paslon di sebuah tempat ibadah jelas punya maksud, walau mereka membungkus dengan alasan silaturahmi tetap saja tak bisa menutupi aroma politik uang yang ada. Seharusnya para penyelenggara Pemilu tegas bersikap, bukan sekadar berslogan. Untuk tujuan mencari dukungan seorang Syahrul sekalipun yang dikenal sebagai sosok yang islami juga ikut-ikutan mengunjungi tempat ibadah agama lain.

Jangan tanya Lis, karena calon yang satu ini sangat menghargai keberagaman dan selalu terlihat membaur dengan kalangan atas maupun bawah. Isu agama memang komoditas empuk para paslon, namun dibalik itu menyimpan potensi kerawanan sosial. Isu agama sangat sensitif sehingga sebaiknya tidak digunakan sebagai ajang mencari dukungan. Masih banyak tempat lain yang bisa digunakan dan cara lain untuk mendapatkan dukungan pemilih dan Lis atau Syahrul pasti paham soal itu.

Tulisan ini masih belum selesai, penulis sengaja menggantung nya karena sebagaimana juga Pilwako Tanjungpinang yang berdinamika maka ide dan gagasan penulis juga ikut berkonstalasi dan berkembang sesuai suasana kebatinan Pilwako Tanjungpiang..

Penulis adalah Pengamat Kebijakan dan Alumni Lemhannas

Loading...