Menyoal Nurdin Basirun

Loading...
Dari Pidato yang Tak Jelas Sampai Kebijakan yang Tak Tuntas

Oleh Buana Fauzi Februari

Nurdin Basirun, ya siapa yang tak kenal dengan nama tersebut pastilah bukan orang Kepulauan Riau, Provinsi yang luas lautan nya 96 persen dari daratannya. Nurdin adalah penguasa Provinsi itu saat ini dan jabatannya adalah Gubernur.

Sebelum sampai ke tampuk Gubernur jalan panjang dan penuh kejutan ditempuh Nurdin yang sejatinya seorang pelaut mulai dari jabatan sebagai Wakil Bupati Kabupaten Karimun berpasangan dengan HM Sani sebagai Bupatinya lalu ketika HM Sani diajak Ismeth Abdullah untuk menakhodai Provinsi Kepri maka secara otomatis posisi Nurdin pun terangkat menjadi orang nomor satu di Karimun.

Dan lewat kontestasi Pilkada ia mampu meneruskan estafet sebagai Bupati Karimun untuk 2 periode masa jabatan. Hinggalah pada Pilgub Kepri 9 Desember 2015 yang lalu nasib Nurdin betuah lagi karena kembali dapat mendampingi Ayah Sani (sapaan untuk HM Sani) yang terpilih secara meyakinkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau.

Mereka dilantik Presiden Jokowi pada 12 Februari 2016. Sampailah akhirnya takdir juga berkehendak lain “Sang Untung Sabut” gugur di tengah masa kepemimpinannya sebagai Gubernur Kepulauan Riau tepatnya tanggal 8 April 2016 pukul 15.00 wib di Jakarta setelah sempat mengikuti rapat di Istana Negara. Dan karenanya kembali Nurdin secara otomatis dilantik menggantikan HM Sani menjabat Gubernur Kepri sejak 25 Mei 2016 sampai 2021 mendatang.

Sejak menjabat sebagai Gubernur, banyak yang tak berubah dari sosok seorang Nurdin Basirun. Penampilannya masih tetap low profile dengan kemeja putih dan tanpa embel-embel pin atau jengkol jabatan. Rutinitas safari subuh berganti-ganti masjid dan surau terus ditekuninya. Keluar masuk kampung masih kebiasaannya.

Naik turun kapal menyinggahi pulau-pulau dan pesisir makin sering dibuatnya bahkan tabiatnya yang suka men-ciak satu kedai kopi tetap melegenda hingga hari ini. Pokoknya Gubernur paling merakyat beliau inilah, menggentel kue buah melaka, mendorong gerobak tanah, tidur beralas papan rumah, makan dengan lauk seadanya dan soal berjoget jangan ditanya. Nurdin pun gemar berdangkong ria.

Sebagai mantan Anak Buah Kapal, Nurdin tentu sangat paham arah angin dan alunan gelombang, sehingga untuk memimpin Provinsi berciri Kepulauan dan bertekstur maritim seperti Kepri tentu mudah baginya. Kapal hampir sama dengan pemerintahan, ada arah tujuan, ada penumpang, bawa barang dan menghadapi rintangan cuaca dan gelombang.

Kapal juga bisa tenggelam bila terlanggar batu karang atau diterjang ombak. Pemerintahan begitu juga, bila dipimpin oleh orang yang tak paham, alamat akan karam. Ungkapan bahwa pelaut yang andal tidak lahir dari lautan yang tenang juga berlaku untuk Nurdin sekarang. Gubernur yang andal tidak lahir dari Pemerintahan yang dijalankan seorang.

Lewat tulisan ini, penulis mencoba menyampaikan apa yang menjadi uneg-uneg dan rasa penasaran masyarakat Kepulauan Riau terhadap jalannya roda pemerintahan di bawah kemudi Dr Nurdin Basirun SSos MSi. Walau penulis yakin apa yang dikemukakan di sini belum tentu bersifat kritik tapi lebih banyak bermaksud menggelitik agar Pak Gubernur terasa geli dan mencari punca rasa geli tersebut agar hilang dan lega sehingga dalam memimpin Kepri, bapak lebih cermat dan teliti walau seorang diri. Amin YRA.

Pidato yang Tak Jelas

Setiap Apel Senin pagi yang dilangsungkan di Kantor Gubernur Kepri yang diikuti oleh seluruh pejabat maupun staf Organisasi Perangkat Daerah (OPD), terkadang Nurdin menjadi Pembina Apelnya. Setiap kali naik panggung dan memberikan amanat setiap itu pulalah peserta upacara apel hanya akan disuguhi bunyi kresek-kresek audio dari pengeras suara yang tak mampu mengeraskan suara sang Gubernur agar sampai ke telinga sekretaris daerah, para asisten nya, kepala badan, kepala dinas, pejabat eselon termasuk para staf khusus yang sekarang dah jadi Tenaga Ahli serta seluruh staf yang ada.

Lucunya lagi bila Pak Gubernur tertawa maka seluruh peserta apel pun ikut tertawa namun tak tahu apa yang diketawakan karena tak jelas apa yang dilucukan. Seperti tak ada yang berani menegur Nurdin dan menyampaikan, “Mohon izin Pak Gub, setiap bapak pidato suara bapak tak terdengar dan kami hanya ngangguk-ngangguk saja sedang yang lain sibuk memainkan HP-nya”.

Fingerprint

Sejak pemberlakuan absensi dengan metode alat perekam sidik jari atau fingerprint memang mampu mengubah sebagian perilaku ASN (PNS, PTT dan THL) yang ada di pemprov Kepri. Dari yang malas datang ke kantor menjadi rajin datang pagi-pagi untuk absen hadir dan datang lagi malam-malam untuk absen pulang. Ya akibat adanya fingerprint memang banyak yang mendadak disiplin namun tak sedikit yang mendapat berkah dari model absen dengan fingerprint tersebut.

Akal-akalan pun terjadi. Istilah 804 pun populer, datang jam 8 lalu pulang dan kembali absen jam 4. Tak tanggung-tanggung untuk menguatkan kedisiplinan ASN di Pemprov Kepri, sanksi tegas pun diberlakukan dengan memotong tunjangan. Keren sekali namun kalau ada sanksi harusnya juga ada penghargaan, untuk ASN yang memang hadir pagi lalu bekerja keras dan bahkan sampai lembur justru tak dapat apa-apa.

Terus apakah sistem absensi yang ternyata semi online tersebut bersih dari permainan? Pertanyaan lain juga muncul, kemana uang hasil penerapan sanksi disiplin tersebut. Masuk penerimaan daerah kah, atau kemana ?

Wakil Gubernur?

Di usia yang tak lagi muda, berdiri lama, berjalan jauh, kurang tidur, dan lambat makan bukan hal yang sepele. Risiko setiap saat bisa saja kesehatan menurun. Dan ini kan dialami oleh Nurdin sebagai Gubernur tunggal.

Ya karena beliau sampai hari ini tak memiliki Wakil Gubernur untuk membantu menjalankan roda pemerintahan. Penulis tak ingin masuk dalam ranah konflik hukum dan politik tentang kenapa proses pemilihan Wakil Gubernur Kepri masih bermasalah namun perlu diingat di daerah lain yang juga mengalami krisis ketiadaan Wagub telah selesai berpolemik.

Sebut saja Sumatera Utara dan Riau. Kedua saudara tua kita tersebut telah memiliki Wakil Gubernur dan pemerintahan nya telah berjalan normal.

Lalu kenapa dengan Kepri? Pertanyaan itu cuma Nurdin yang bisa jawab, yang lain tak bisa termasuk DPRD Kepri yang telah bersusah payah me-Wagubkan Pak Isdianto. Bisa ada tidaknya Wagub di Kepri tergantung Sang Gubernur. Karena 6 bulan lagi Kepri boleh tanpa Wagub, atau kalaupun terpaksa harus ada karena sanksi menanti maka Wagubnya harus yang sehati. Bahasa kerennya sekonektivitas hati dengan Nurdin, InsyaAllah.

Musim Plt

Bak cendawan di musim hujan, yang tumbuh subur maka pejabat Pelaksana Tugas yang disingkat Plt pun sama berseminya di Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Publik mencatat ada beberapa posisi strategis yang terbiar kosong tanpa pimpinan definitif.

Sebut saja posisi Kepala Badan Retribusi dan Pajak Daerah (sebelumnya Dispenda) yang ditinggalkan Isdianto, Kepala Badan Kesbangpol yang telah pensiun. Itu untuk dalam pemerintahan sedang yang di luar pemerintahan ada jabatan Direktur Utama BUMD Kepri, PT Pembangunan Kepri yang saat ini dijabat oleh pelaksana tugas.

Setali tiga uang anak perusahaannya PT Pelabuhan Kepri pun bernasib sama walau sudah melalui rangkaian seleksi namun Dirutnya tak kunjung dilantik. Dirut PDAM Tirta Kepri yang di-Pltkan juga menambah daftar panjang posisi strategis yang semestinya digesa untuk didefinitifkan.

Kalau untuk menyelesaikan permasalahan tersebut Pak Gubernur harus fokus di kantor maka kami mohon, hentikan sejenak belusukannya Pak, uruslah itu dulu.

Sebenarnya masih banyak yang ingin penulis ungkapkan di sini, namun mengingat niat penulis hanya untuk menggelitik bukan mengkritik maka di lain kesempatan akan penulis luapkan. Semoga rasa bangga memiliki Gubernur seperti Pak Nurdin Basirun tetap melekat di sanubari setiap orang Kepulauan Riau, dimana pun berada.

Penulis adalah Pengamat Kebijakan

Loading...