Oji, Juara Dangdut Kepri yang Ingin Membumikan Salawat

Loading...

Di panggung lomba dangdut terbesar di Indonesia itu, seorang pemuda yang lahir dan besar di Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang, terlihat menggerakkan bibirnya. Ada ketegangan di wajahnya, namun ia tetap tenang.

Nurali Mahmudi

Rozi Syahputra, atau belakangan dikenal oleh masyarakat Indonesia pencinta dangdut sebagai Oji Liga Dangut Indonesia (LIDA) Indosiar tentu tak pernah membayangkan ia akan bernyanyi di atas panggung yang begitu megah. Jumlah penonton yang memenuhi kursi. Atau tatapan dan komentar dua juri yang dianggapnya harus dicermati, Nassar dan Iyeht Bustami (Makcik).

Memang, putri pasangan Yuslina dan Zulkifli ini sejak SD sudah gemar bernyanyi. Ayahnya, yang bekerja di sebuah perusahaan swasta penyedia jasa transportasi laut di Tanjungpinang membiarkan saja keinginan anaknya itu.

Mengecap pendidikan di SDN 005 Kampung Bugis, prestasi bernyanyinya masih belum dikenal. Begitu duduk di bangku SMP, SMPN 11 dan SMPN 2 Kampung Bugis, kepiawaian menggetarkan pita tenggorokannya untuk mengeluarkan nada yang indah mulai tampak. Lomba menyanyi skala kecil pun diikutinya. Dan Oji langganan juara.

Kesukaannya menyanyikan lagu Melayu terus tumbuh saat menginjak remaja. Di MAN Tanjungpinang, selain menimba ilmu, ia juga menjajal setiap lomba menyanyi. Meski tanpa guru yang khusus membimbingnya dari SD hingga MAN, namun kebiasannya membaca alquran dan bersalawat membantunya bervibrasi atau mengeluarkan cengkok dangdut.

Niatnya yang suci, membumikan salawat menjadi motivasinya untuk berprestasi di usia muda. F-man

“Awalnya dari ngaji setiap hari, terus coba-coba bersenandung. Dan lagu Melayu sangat melekat di hati saya,” tutur Oji kepada suarasiber.com, menjelang penampilannya sebagai bintang tamu Tanjungpinang City Centre (TCC) Idol, Minggu (28/1/2018).

Mengasah suara dan bakatnya, Oji justru berguru kepada Ustaz Mansyur, imam Masjid Raya Nur Ilahi Provinsi Kepri, Dompak. Tidak tanggung-tanggung, Oji dibimbing ustaz ini bertahun-tahun. Sebenarnya lebih ke ilmu melantunkan ayat Alquran dengan indah.

Kini, mahasiswa semester 7 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman, Kepri yang kampusnya di Bintan Buyu jurusan Ahwal al-Syakhsiyah (Hukum Keluarga) ini telah menjadi bintang dangut Kepri.

Rabu (24/1/2018) pukul 00.45 WIB, perolehan SMS dukungan untuk Oji mencapai 37 koma sekian, menjadikannya juara LIDA Indosiar wilayah Privinsi Kepri. Kontestan Kota Tanjungpinang ini mengalahkan pedangdut Batam, Yulia Ultri dan Asya Aunima Tabila serta pedangdut satu kota Dwi Mindra Wahyuni dan Ona Sastra. Juara kedua diraih Yuli dengan perolehan 35 persen SMS dan diikuti Mira dengan 28 persen SMS.

Sadar bahwa LIDA Indosiar adalah lomba dangdut terbesar se-Indonesia, Oji pun harus menerima konsekuensinya. Salah satunya semakin banyaknya penggemar, bukan hanya dari Tanjungpinang atau Kepri, melainkan juga kota-kota besar di Indonesia.

“Facebook saya sudah limit, tak bisa lagi diadd friend. Kalau instagram sehari bisa ratusan yang follow saya,” tutur Oji yang saat babak penentuan membawakan lagu Fatwa Pujangga.

Tak ingin sombong, Oji senantiasa membalas doa atau sekadar sapaan dari penggemarnya yang baru.

Oji bukan hanya ingin menang LIDA Indosiar, jauh lebih dalam ia ingin membumikan salawat. Pemuda ini yakin kekuatan salawat luar biasa. Kalimat suci itulah yang senantiasa diucapkannya dalam hati setiap kali mengikuti lomba menyanyi. Dengan bersalawat ia merasa lebih tenang dan hati lebih terkendali. Lihatlah, saat diputuskan menang sebagai kontestan Kepri yang akan berlaga ke 34 besar Indonesia, Oji menanggapinya dengan tenang. Ia tidak berlebihan.

Lahir dan besar di Tanjungpinang, Kota Melayu, Oji tak ingin tradisi kota ini menjauh darinya. Yang bisa dilakukannya ialah mengenakan tanjak atau penutup kepala khas Melayu. Bukan hanya saat berlaga di atas panggung, saat berbincang dengan suarasiber.com pun Oji setia mengenakan tanjaknya.

Ada kesedihan dalam hatinya ketika berada di Jakarta. Saat ia menyebut Tanjungpinang, hanya sedikit orang yang tahu. “Mereka lebih mengenal Batam atau Riau, Pekanbaru,” tutur Ojo tak dapat menyembunyikan guratan kesedihan di matanya. Suaranya lirih menahan helaan nafas.

Kegemarannya mengaji mendukung bakatnya sebagai penyanyi Melayu yang kini mencoba berlaga di LIDA Indosiar. F-man

Begitu juga saat ia menggunakan bahasa Melayu, orang-orang langsung menganggapnya ia orang Malaysia. Hal-hal tersebut membuat hatinya sedih, sehingga justru membulatkan tekadnya untuk terus menggunakan dialek Melayu saat berbicara dengan siapa pun.

Sebuah kisah lainnya dari Oji, sewaktu lomba di Jakarta, ayahnya, Zulkifli tengah sakit. Dan saat diumumkan anaknya juara, sakit kepalanya berangsur menghilang. tentu saja, Yuslina dan Zulkifli bangga memiliki putra yang memiliki bakat hingga mengantarnya hingga seperti hari ini.

“Abah hanya berpesan, jangan sombong,” ucap Oji.

Tanggal 8 februari mendatang, Oji akan berangkat ke Banjar, Kalimantan untuk berziarah. Selanjutnya, ia langsung bertolak ke Jakarta untuk mengasah kemampuan vokalnya. Panggung LIDA Indosiar sendiri akan dilaksanakan Maret. Menghadapi 33 kontestan lain se-Indonesia bukan pekerjaan ringan.

Selain itu, karena pemenang diputuskan berdasar dukungan SMS terbanyak, Oji harus memiliki strategi. Disadari atau tidak, jumlah penduduk Kepri tentu tidak sebanding dengan penduduk Sumatra, Jawa atau provinsi lain yang berpenduduk besar. Untungnya, satu orang pendukung bisa mengirimkan SMS berkali-kali.

“Oji akan menjalankan amanat warga Kepri, perjuangannya tak berarti apa-apa tanpa dukungan SMS dari seluruh warga kepri,” ungkap anggota DPRD Kepri, Susilawati yang sore itu menemani Oji. Ada juga Riswan dari Pemkab Bintan yang duduk di samping idola baru Kepri ini.

Kemarin, hari ini, dan esok, Oji akan senantiasa melantunkan salawat. Sama seperti menembus persaingan di panggung dangdut terbesar di Indonesia, niat sucinya membumikan salawat akan tak kalah susah. Namun justru itulah Oji tak ingin menyerah.

“Bismillah,” ujarnya. Pasti.

Loading...