Rifwandi, Budak Bintan Pesisir yang Kini Koki Royal Caribbean Cruises

Loading...
Lulusan Bintan Tourism Institute (BIT) Diakui Industri Pariwisata Dunia (2)

Saat memancing sotong bersama bapaknya, budak Pulau Tenggel, Kecamatan Bintan Pesisir, Kabupaten Bintan ini hanya berharap tangkapannya banyak. Yang ada hanya doa dalam hatinya, semoga dapat sotong banyak untuk makan dan kebutuhan lain. Sesederhana itulah doanya.

Sigit Rachmat – Tanjungpinang

Bahkan saat lulus SMA, Rifwandi, budak kampung tadi tak pernah membayangkan akan meneruskan pendidikannya. Melihat sampan, pompong, jala, pancing di sekitarnya serta lautan yang menghampar luas di hadapannya, ke sanalah ia akan menuju.

Sangat lumrah, bapak nelayan anak juga nelayan. Tak heran jika sejak kecil Rifwandi pun sudah terbiasa dengan air laut. Ia main di laut. Merenung ditemani desah angin laut. bercermin di permukaan air laut. Baginya, saat itu, laut adalah segalanya.

Iri sudah pasti ada ketika mengetahui teman-temannya banyak yang bisa kuliah. Menyebar, mencari kampus yang sesuai dengan keinginan mereka. Di seberang lautan pun dikejar. Namun, dengan apa Rifwandi hendak mengejar cita-citanya. Ia harus tahu diri.

Jika ada yang bisa berbuat apa saja, kapan saja, dengan cara apa saja, Dialah Tuhan. Raja segala raja. Dan Rifwandi ada dalam rencana Tuhan.

Tahun itu di almanak yang tergantung di dinding rumah Rifwandi bersama orangtuanya, adalah 2009. Kabupaten Bintan masih dipimpin oleh Ansar Ahmad SE MM. Kala itu, bupati ini memang gemar memberikan beasiswa untuk anak-anak lokal yang memiliki semangat untuk maju. Mendobrak tradisi lama.

Semangat Rifwandi terbakar. Jika ia hanya pasrah dengan keadaan, ia tak akan memiliki perbedaan dengan kebanyakan orang di kampung. Mendengar tawaran beasiswa untuk anak-anak berprestasi dari keluarga kurang mampu, Rifwandi menyambarnya.

Meski hanya kuliah setahun Rifwandi bersyukur. Meski ijazahnya kelak hanya D1 ia anggap sebuah berkah. Meski kuliahnya di Pulau Bintan, ia tetap yakin bukan tempat kuliah yang menjadikan lulusannya berkelas. Namun kemauan dan kemampuan lulusannya.

Adalah Bintan Tourism Institute (BTI) yang dulunya bernama Sahid Bintan Tourism Institute. Di sinilah Rifwandi digembleng ilmu yang sama sekali tak pernah diterimanya di sekolah sebelumnya, apalagi di rumah. Dunia pariwisata yang berkelas, bukan sekadar menjual cinderamata kepada turis mancanegara yang mengunjungi Bintan.

Jerih payah Rifwandi berbuah manis. Sekali lagi Tuhan Maha Agung. Begitu lulus, ada tawaran bagi Rifwandi untuk bergabung. Dari Royal Caribbean Cruises yang menaungi Royal Caribbean International, Celebrity Cruises, dan Azamara Club Cruises. Di sinilah kapal-kapal pesiar terbesar dan termewah di dunia berada. Rifwandi diberi posisi Commis atau koki.

Dunia tanpa batas itu sekarang terbentang di hadapan Rifwandi. Jika dulu batasannya adalah cakrawala di ujung kampungnya, membatasi laut dan langit di ujung sana, kini batasan itu dilaluinya. Ia bagai kupu-kupu yang keluar dari kepompong. Rifwandi menyapa dunia.

Bersama para koki kelas dunia dari berbagai dunia, Rifwandi pun berkeliling dunia. Asia, Amerika dan Eropa kini menjadi tempat singgahnya.

Terbayang setahun bagaimana para dosen di Bintan Tourist Institute (BTI) mengajarinya ilmu yang kini benar-benar dipraktikkan. Ternyata setahun belajar membuahkan hasil. Rifwandi kini tak malu mengaku anak kampung, namun Rifwandi sekarang bukan yang dahulu. Secara finansial, ia berkecukupan. Wawasannya pun semakin luas.

Selain kepada dosen-dosennya di BTI, Rifwandi bersyukur memiliki orangtua yang memberinya dorongan. (bersambung)

Tulisan ini disarikan dari postingan Suyono Saeran di Facebook tanggal 8 Februari 2017.

Loading...