Suarasiber.com (Batam) – Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau (Kejati Kepri) kembali menggiatkan kegiatan Program Jaksa Masuk Sekolah (JMS) melalui jalur kegiatan Penyuluhan Hukum dalam bingkai Program Pembinaan Masyarakat Taat Hukum (BINMATKUM), Kamis (08/05/2025).
Kali ini, dua sekolah menengah kejuruan ternama di Batam menjadi titik sentral kegiatan, yakni SMKN 1 Batam dan SMKN 3 Batam.
Kegiatan bertujuan membentuk karakter generasi muda yang sadar hukum dan memiliki integritas,
Mengusung tema strategis “Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) serta Pencegahan Tindakan Perundungan (Bullying)”, kegiatan ini diarahkan untuk membentuk revolusi mental dan karakter siswa sebagai bagian dari upaya sistematis membina kesadaran hukum generasi penerus bangsa.
Tim penyuluh hukum dalam kegiatan JMS ini dipimpin langsung oleh Kepala Seksi Penerangan Hukum (Kasi Penkum) Kejati Kepri, Yusnar Yusuf Hasibuan, S.H., M.H. Turut memperkuat tim, antara lain Kasi III Hendry Sipayung, S.H., M.H., Rama Andika Putra, Riyan Hidayat Prabowo, Syahla Regina, dan Melisa, yang semuanya berperan aktif dalam menyampaikan materi dan berdialog bersama siswa.
Program JMS secara khusus dirancang sebagai sarana edukatif untuk mengenalkan dasar-dasar hukum kepada siswa-siswi tingkat menengah, dengan menekankan bahwa mereka merupakan generasi emas yang akan menentukan arah masa depan bangsa.
Dalam pemaparannya, Kasi Penkum menjelaskan secara mendalam perbedaan mendasar antara narkotika dan psikotropika. Narkotika, menurutnya, adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman maupun hasil sintesis/semi-sintesis yang dapat menyebabkan perubahan kesadaran, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan. Sedangkan psikotropika adalah zat yang bukan tergolong narkotika, namun bersifat psikoaktif dan bekerja pada sistem saraf pusat sehingga dapat mengubah fungsi mental dan perilaku seseorang secara khas.
Lebih lanjut, disampaikan pula faktor-faktor kompleks yang melatarbelakangi terjadinya perundungan (bullying) di lingkungan sekolah. Korban umumnya menjadi sasaran karena dianggap berbeda, lemah secara fisik atau sosial, memiliki kepercayaan diri rendah, atau kurang populer di kalangan teman sebaya. Perundungan juga dapat dipicu oleh karakter agresif pelaku, rendahnya konsep diri, pengalaman traumatis di keluarga, pola asuh yang tidak kondusif, serta lemahnya pengawasan dan kepedulian dari pihak sekolah. Bahkan, lingkungan sekolah yang permisif terhadap praktik premanisme dalam bentuk geng tanpa arah juga berperan dalam menormalisasi perilaku menyimpang ini.
Sesi diskusi interaktif menjadi puncak antusiasme dalam kegiatan ini, di mana para siswa secara aktif mengajukan pertanyaan terkait isu NAPZA, bullying, hingga berbagai persoalan hukum yang mereka temui di lingkungan sekitar.
Sebagai bentuk dukungan institusional, kegiatan ini turut dihadiri oleh Kepala SMKN 1 Batam, Drs. Deden Suryana, M.Pd., serta Kepala SMKN 3 Batam, Agus Syahrir, S.Pd., M.Pd. Kehadiran para kepala sekolah bersama segenap guru dan total lebih dari 550 siswa peserta (400 siswa di SMKN 1 dan 150 siswa di SMKN 3) memperlihatkan komitmen serius dalam membentuk lingkungan pendidikan yang bebas narkoba dan bebas perundungan. (***)
