Suarasiber.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kepulauan Riau menggelar Kegiatan Kenali dan Penduli Lingkungan sendiri (Kenduri) untuk Wujudkan Desa Siaga dengan Resiliensi, di Karimun, Rabu (21/8/2024).
Membaca kalimat di atas, salah satu kata yang mungkin menjadi pertanyaan adalah resiliensi.
Berdasarkan sejumlah sumber, resiliensi adalah kemampuan individu untuk menghadapi, mengatasi, dan bangkit kembali dari kesulitan atau tekanan hidup. Ini bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga berkembang meskipun ada tantangan.
Resiliensi mencakup kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan, tetap positif dalam situasi sulit, dan memulihkan diri dari kejadian negatif dengan cara yang lebih kuat dan lebih bijaksana.
Manfaat Resiliensi
- Kesehatan Mental yang Lebih Baik: Resiliensi membantu individu mengelola stres dan mengurangi risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Orang yang lebih resiliens cenderung memiliki pandangan yang lebih optimis dan kemampuan untuk mengatasi tekanan dengan lebih efektif.
- Peningkatan Kesejahteraan Emosional: Resiliensi memungkinkan individu untuk mempertahankan keseimbangan emosional, bahkan di tengah tantangan. Ini membantu dalam menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain dan mencegah burnout.
- Kinerja yang Lebih Baik dalam Karier: Di tempat kerja, resiliensi membantu karyawan untuk tetap fokus, produktif, dan inovatif, meskipun menghadapi tekanan atau perubahan yang tak terduga. Ini juga meningkatkan kemampuan untuk belajar dari kesalahan dan terus maju.
- Kemampuan Beradaptasi yang Lebih Tinggi: Resiliensi memfasilitasi kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan tantangan baru, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Ini adalah keterampilan penting dalam dunia yang terus berubah.
Pendapat Para Ahli
- Dr. Martin Seligman, seorang psikolog terkenal dan pelopor dalam bidang psikologi positif, menyatakan bahwa resiliensi adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Menurutnya, membangun resiliensi melibatkan pengembangan optimisme, rasa syukur, dan kemampuan untuk menemukan makna dalam tantangan.
- Dr. Ann Masten, profesor di University of Minnesota, menggambarkan resiliensi sebagai “kapasitas bawaan” manusia yang dapat diaktifkan dan diperkuat melalui pengalaman dan dukungan sosial. Ia menekankan pentingnya lingkungan yang mendukung untuk memupuk resiliensi pada individu, terutama pada anak-anak.
- Dr. George Bonanno, seorang psikolog klinis di Columbia University, menekankan bahwa resiliensi adalah respons alami terhadap kehilangan dan trauma. Menurutnya, kebanyakan orang memiliki kapasitas resiliensi yang besar, yang memungkinkan mereka untuk pulih dari berbagai bentuk kesulitan tanpa mengalami gangguan jangka panjang.
Resiliensi adalah kualitas penting yang membantu individu untuk tidak hanya bertahan dalam menghadapi tantangan, tetapi juga tumbuh dan berkembang.
Dengan memahami dan mengembangkan resiliensi, seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional, serta meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan.
Para ahli setuju bahwa resiliensi dapat dipelajari dan diperkuat, menjadikannya keterampilan yang sangat berharga dalam kehidupan modern. (***/syaiful)
Editor Ady Indra P
