Teh Tarik Ketageh yang Bikin Nagih Hadir di Samping Swalayan Wellcome, Tanjungpinang

Loading...

Suarasiber.com – Masih ingat ramainya pembeli antre pesanan teh tarik di bazar belakang Rav Hotel, Tanjungpinang, setiap menjelang berbuka puasa kemarin?

Setelah itu penggemar teh tarik tak mendengar lagi kabarnya. Kabar gembira untuk penggemar minuman teh tarik, karena Bang J membuka lapak di samping Pasar Swalayan Wellcome, Bintan Centre, Tanjungpinang.

Tetap mengusung brand Teh Tarik Ketageh, Jamalluddin Fadli yang lebih dikenal dengan sebutan Bang J bersyukur bisa melayani pelanggan di tempatnya yang baru.

Pembeli masih bisa merasakan nikmatnya teh tarik buatan Bang J dengan harga Rp10 ribu.

“Masih sama dengan harga saat saya buka di bazar Ramadan kemarin,” ujar Bang J yang mengundang suarasiber.com ke tempatnya, Sabtu (20/11/2021).

Lelaki kelahiran Tanjungpinang ini menguasai ilmu meracik teh tarik dari para pakar. Bahkan ia juga menuliskan tagline Asli dari Johor, sebagai informasi teh tariknya memiliki rasa senikmat yang dijual di Johor.

Teh Tarik Ketageh buka sampai malam. Ada dua jenis minuman yang ditawarkan, yakni dingin dan panas. Menurut Bang J, semuanya memiliki penggemar sendiri-sendiri.

Ada satu hal yang ditunggu pembeli ketika memesan teh tarik di sini. Seperti diungkapkan Syarifah yang memesan rasa original.

“Suka lihat abangnya (Bang J) menuangkan teh tarik setinggi itu dan nggak tumpah. Lihai…,” ungkap warga yang tinggal di Gesek ini.

Populer di Asia Tenggara

Melansir Dewan Perpustakaan Nasional Singapura bia pengetahuanpintar.com, minuman yang terbuat dari campuran teh dan susu ini banyak dijumpai di Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Hal ini memang tidak mengherankan karena penyebaran teh tarik memang terkonsentrasi di wilayah Asia Tenggara. Ini membuat wilayah Asia Tenggara punya sejarah teh tarik yang cukup kuat, bahkan dalam kebudayaan di negara-negara itu.

Secara harfiah, nama ‘teh tarik’ berasal dari proses pembuatannya yang dilakukan dengan cara ditarik. Teh dan susu akan dicampurkan dari satu gelas ke gelas lain secara bergantian, ‘ditarik’ sampai menghasilkan tekstur yang berbusa serta creamy.

Tak hanya itu, selidik punya selidik, proses pembuatan ini dimaksudkan untuk menghasilkan cita rasa yang kaya, serta mengeluarkan aroma teh yang harum.

Uniknya, meskipun percampurannya dilakukan di udara dari satu gelas ke gelas lain, peracik teh ini sama sekali tak pernah menumpahkan teh ke lantai.

Konon, teh tarik pertama kali muncul di Malaysia dan dibuat oleh imigran muslim keturunan India. Pada masa itu, terjadi imigrasi besar-besaran ke Malaysia dan imigrannya adalah para pekerja karet selama penjajahan Inggris.

Para imigran ini pun kemudian membuka kios chai tea (teh tarik) karena daun tehnya sangat mudah ditemukan. Hanya saja, setelah perang dunia kedua, daun teh ini sangat sulit ditemukan sehingga menjadi barang mewah.

Alhasil, pekerja kelas bawah pun mengumpulkan sisa-sisa daun teh kemudian merebusnya untuk diekstraksi. Mereka kemudian menambahkan susu, gula, dan meraciknya dengan cara ditarik. Varian ini pun kemudian populer, hingga kemudian dikenal sebagai teh tarik.

Lahir di Masa Sulit

Minuman teh tarik yang kini digemari berbagai kalangan, dari bawah hingga orang kaya ternyata lahit saat era kemiskinan.

Sekilas minuman ini serupa dengan Milk Tea yang terkenal dari Taiwan, teh tarik memiliki rasa hampir sama. Namun cara pembuatan keduanya yang agak berbeda.

Melansir dari World of Buzz, Senin (22/11/2021) teh tarik ternyata sudah ada setelah masa Perang Dunia II. Teh manis legit ini diciptakan saat banyak orang dalam masa kemiskinan.

Orang India beragama Islam yang bermigrasi ke Semenanjung Melayu dan bekerja untuk perkebunan karet dan industri pertambangan yang mengenalkannya.

Usai Perang Dunia II dau teh sebagai bahan dasar Chai Tea sulit didapatkan. Para imigran India bereksperimen dengan bahan lain, dan lahirlah teh tarik seperti yang kita kenal kini.

Apakah di Tanjungpinang banyak penggemar minuman ini? Bang J mengakui cukup banyak.

Apakah salah satunya Anda, sobatsiber? ***

Editor Nurali Mahmudi

Loading...