Tindakan Konsumerisme Masyarakat pada Masa Pandemic Covid-19

Loading...

Pandemic covid-19 sangat berdampak besar tidak hanya dari segi kesehatan yang terkena dampaknya tetapi dari segi perekonomian juga terdampak. Salah satunya dari proses ekonomi yang terdampak ialah proses pertukaran barang dan jasa.

Pada masa pandemic yang mengharuskan kita untuk tetap di rumah saja, bahkan ada beberapa orang yang tersiksa dengan keadaan ini. Dengan kedaan ini kita diharuskan melakukan semua aktivitas dari rumah seperti belajar dari rumah,dan bekerja dari rumah.
Namun dengan keadaan ini bisa menjadi salah satu kesempatan bagi orang-orang yang ingin berbisnis dari rumah karena semua dilakukan dari rumah otomatis banyak waktu luang yang bisa di manfaatkan untuk mengembangkan skill.

Tetapi semenjak ada internet dan media sosial semua akan terasa mudah. Internet dan media sosial tidak hanya bisa digunakan untuk mencari informasi saja, namun juga bisa membantu kita untuk mencari barang-barang yang kita butuhkan serta dengan media sosial juga bisa kita manfaatkan untuk mempromosikan jualan kita.

Mungkin dahulu sebelum adanya internet orang-orang lebih memilih agar langsung datang ke toko untuk mendapatkan suatu barang yang dicari. Namun sekarang kita dipermudah dengan adanya toko-toko online yang menjual berbagai kebutuhan kita.

Seperti pakaian, berbagai produk makanan, kebutuhan pokok, serta barang-barang rumah tangga yang dibutuhkan bisa kita beli dengan cara tetap di rumah saja dan melalui gadget yang kita miliki.

Tidak heran lagi sebagian masyarakat terutama remaja yang lebih banyak memiliki waktu di rumah untuk scrolling sosial media dan toko online, sadar tidak sadar kita menjumpai promo-promo yang ditawarkan oleh berbagai jenis toko.

Sehingga ini bisa disebut racun “media sosial”. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab dari merebaknya budaya konsumerisme yang terjadi saat ini.

Kondisi saat ini dapat memicunya timbulnya demonstration effect, yakni masyarakat akan terpengaruh secara psikologi karena terlalu banyak melihat online shop yang menjual beragam barang-barang yang depat memanjakan mata.

Konsumerisme meningkat di masa pendemi kerena disebabkan mudahnya untuk bertransaksi mulai dari proses pembayaran maupun pengiriman sehingga konsumen tidak perlu membuang-buang waktu untuk kepasar pada masa pendemic karena konsumen sudah dimanjakan dengan berbagai kemudahan.

Ditambah dengan situasi jenuh yang disebabkan harus membatasi interaksi dan ruang gerak dengan dunia luar sehingga konsumen tidak hanya membeli barang karena suatu kebutuhan tetapi konsumen membeli barang karena mengikuti trend maupun terpengaruh dengan berbagai online shop tersebut.

Akibatnya prilaku konsumsi masyrakat meningkat, terutama bagi kalangan atas yang memiliki cukup uang dan tidak terpengaruh oleh adanya pandemic.

Masyarakat tidak akan merasa puas dengan barang-barang yang mereka beli karena mereka menilai barang bukan karena berdasarkan kegunaan melainkan berdasarkan citra yang melekat pada barang tersebut. Sehingga masyarakat akan terus menerus melakukan konsumerisme

Permasalah ini selaras dengan teori Jean Baudrillard tentang konsumerisme yang disebutnya atribut masyarakat, lebih dari sebuah tindakan mengosumsi barang dan jasa. Bahkan seringkali tindakan konsumsi yang dilakukan bukan karena memenuhi kebutuhan tetapi hanya karena ingin mengikuti trend karena konsumerisme sudah menjadi gaya hidup masyrakat.

Konsumeris juga merupakan gaya hidup masyarakat yang menjadikan tolok ukur kebahagian itu dari barang-barang mewah yang dimiliki sehingga kebahagianyang mengindikasikan gaya hidup yang boros.

Baudrillard berpendapat bahwa mereka yang berada dalam masyarakat konsumen perlu mengosumsi untuk merasa hidup. Pemaknaan ini melahirkan slogan “aku mengonsumsi maka aku ada”, jika dulu ada slogan dari decrates “ I think therefore I am”(aku berfikir maka aku ada) maka pada masyarakat postmodern berubah menjadi “I shope therefore I am ( aku berbelanja maka aku ada).

Dalam kaca mata Baudrillard pada era postmodern masyarakat konsumen semakin tunduk pada begitu banyak pencitraan. Indusri disain berhasil memancing masyarakat untuk terus menerus berkeingingan sehinga barang-barang yang dikonsumsi masyarakat bukanlah kebutuhan tetapi keinginan karena ada tanda di dalamnya. ***

Penulis Shelvia Pransisca, mahasiswa Jurusan Sosiologi angkatan 2019, Unversitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang.

Loading...