Saparudin Muda Bongkar Sejarah Lahirnya Perpat

Loading...

Suarasiber.com – Saparudin Muda membuka sejarah lahirnya Perkumpulan Anak Tempatan (Perpat) dan bagaimana proses lahirnya di Provinsi Kepulauan Riau.

Sapar, begitu dia dipanggil, menceritakan sejarah lahirnya Perpat kepada wartawan suarasiber.com melalui sambungan telpon, Sabtu ((3/4/2021).

“Perpat lahir pada tahun 1999 di Batam,” Sapar mengawali lahirnya Perpat yang kini usianya sudah 21 tahun.

Ada empat orang yang mendirikanya, yakni Burhanudin, Jufri Bakri, Bacok dan Hasanudin. Kemunculannya bermula dari keresahan yang terjadi di Batam yang saat itu dikelola Otorita Batam.

Kala itu ada statemen dari pihak Otorita Batam yang mengatakan bahwa Batam adalah pulau kosong yang isinya orang hutan. Saparudin dan teman-temannya segera membuat gerakan anak tempatan.

Menurut Sapar pada zaman itu anak daerah tidak diakomodir dan terkesampingkan. Gerakan yang digagas adalah dari akar rumput, dari bawah ke atas.

Maka dibuatlah Perpat yang kala itu kependekan dari Persatuan Pemuda Tempatan. Luar biasa, Perpat menjadi alasan 5.000 warga tempatan turun ke jalan. Mereka berunjuk rasa ke Gedung Otorita Batam di Batam Center.

Gerakan itu sukses karena Ketua Otorita Batam kala itu, Ismeth Abdullah merespon dengan menjamin akan memberikan tempat untuk anak tempatan.

Asal Mula Nama Perpat

Pohon Perepat yang namanya diadopsi oleh sebuah organisasi massa di Kepri menjadi Perpat, kependekan dari Perkumpulan Anak Tempatan. Source : flickr.com/Steve & Alison

Tak hanya membongkar sejarah Perpat, Saparuddin juga mengungkapkan bagaimana organisasi yang dipimpinnya diberi nama Perpat.

Seperti pernah ditulis wartawan suarasiber.com untuk suaratempatan.com, 8 Februari 2021 lalu, ternyata pemilihan kata ini mengandung filosofi yang dalam,

Yang mengusulkan nama Perpat ialah Hasanuddin Muda. Perpat adalah nama sejenis pohon yang tumbuh di pantai atau pesisir.

“Pohonyya rimbun, hanya ada di pantai. Pohon ini tak bisa tumbuh di gunung atau di darat, hanya tumbuh di pantai,” tutur Sapar saat bertemu di kediamannya, Kota Batam.

Uniknya, pohon Perpat ini memiliki akar selain ke bawah juga ada yang tampak menunjang-nunjang ke atas. Selama akarnya masih berdiri tegak, pohon ini susah untuk ditumbangkan.

“Filosofinya, satu payung yang didukung kekuatan-kekuatan lain. Payungnya Perpat, didukung organisasi sayap yang kita bentuk. Juga cocok dengan kami yang hidup di pesisir,” lanjut lelaki bergelar Putra Kelana Jaya ini.

Seperti diberitakan koran ini sebelumnya, Perpat memiliki organisasi sayap seperti Srikandi Perpat, Puan Perpat, Kartini Perpat dan Belia Perpat.

Memiliki Nama Berbeda

Berdasarkan penelurusan koran ini, ada referensi yang menyebutkan jika Perpat memiliki nama latin sonneratia alba.

Ia adalah sejenis pohon penyusun hutan bakau. Pohon berbatang besar ini sering didapati di bagian hutan yang dasarnya berbatu karang atau berpasir, langsung berhadapan dengan laut terbuka.

Nama Perpat (dalam referensi ditulis perepat) juga sering dipakai untuk pohon pantai lain yang agak serupa yang dikenal sebagai pidada.

Hidup menyebar mulai dari Afrika timur, Kepulauan Seychelle dan Madagaskar, Asia Tenggara, hingga ke Australia tropis, Kaledonia Baru, kepulauan di Pasifik barat dan Oseania barat daya.

Pohon ini juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti bogem, bidada, pidada, pedada, kedada, bangka, beropak, barapak, pupat, posi-posi, mange-mange, muntu, sopo, susup, dan wahat putih.

Sementara di Filipina, tumbuhan ini dikenal sebagai bunayon, buñgalon, hikau-hikauan, ilukabban, lukabban, pagatpat, patpat, palatpat, palalan, payan.

Kegunaan Pohon Perpat

Dilansir dari wikipedia, kayu Perpat berkualitas sedang. Kayu ini awet dalam air laut, tidak mudah belah dan menahan pasak dengan baik.

Karena alasan itulah batangnya seringkali dipakai untuk geladak, rusuk dan siku-siku perahu. Di Minahasa, kayu yang berwarna cokelat muda hingga tua ini digunakan untuk ramuan rumah.

Hanya saja, kayu ini mengandung garam sehingga menimbulkan karat pada paku dan baut. Kayu ini juga merupakan kayu bakar yang baik.

Daun-daunnya yang muda dimakan mentah (sebagai lalap) atau direbus. Demikian pula buahnya yang sepat dan masam, dapat dimakan jika mulai melunak. Di Maluku, buah ini digunakan sebagai bumbu memasak ikan.

Sebelum menutup perbincangannya dengan suarasiber.com, Sabtu ((3/4/2021), Sapar mengatakan pada tahun 2.000 Perpat dilegalkan. Hal ini membuat sejumlah daerah ikut bergabung sehingga lahirlah Perpat Karimun, Lingga, Anambas dan Natuna dan Tanjungpinang saat itu pertemuannya dipimpin langsung oleh Hasanudin.

Di ujung percakapan, Sapar berujar, “Harapan kami Perpat mampu menjadi payung bagi masyarakat tempatan.” (fut/ztr)

Loading...